First Crew: Law-Bepo-Shachi-Penguin (Part 2)

906 57 7
                                    

“Hei, kau sudah bangun?”

Law mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke indra penglihatannya. Ah, rasanya tubuhnya sudah jauh lebih baik. Kepalanya tidak terasa berat lagi dan suhu tubuhnya tidak setinggi sebelumnya. Dan sekarang…dirinya berada di sebuah rumah yang hangat, bersama beruang yang ditolongnya tadi juga dua pemuda berandalan yang dia kalahkan. Ketiganya menatap Law khawatir.

“Apa?”tanya Law, bingung melihat ketiganya. Si beruang kondisinya sudah jauh lebih baik, dengan perban yang melilit kedua cakar dan kepalanya. Si pemuda bersurai oranye, Shachi, merangkul beruang tersebut. Tentu saja Law menjadi bingung. “Sejak kapan kalian baikan?”

Ketiganya saling berpandangan, lalu menahan tawa. Pemuda bertopi penguin yang kali ini menjawab. “Sejak kau mengalahkan kami berdua.”

Law mengernyit tidak paham.

“Yah,”Shachi melepas rangkulannya, lalu mengusap tengkuknya. “Kami mengaku salah. Tidak seharusnya kami mempercayai kabar burung. Jadi, kami mengobati beruang ini, dan meminta maaf padanya.”

“Tidak apa-apa, kok!”Beruang itu melempar cengiran lebar. “Aku sudah baik-baik saja sekarang. Terima kasih atas kebaikan hati kalian!”

“Padahal bukan kau yang seharusnya berterima kasih,”Law menggelengkan kepalanya. Kemudian, dia bangun dan berusaha duduk. Ketiganya masih memandang Law.

“Kenapa kalian terus-terusan melihatku seperti itu?”

“Emm..tidak,”Penguin menggelengkan kepala. “Aku hanya penasaran. Setelah kau mengalahkan kami, kau jatuh pingsan, ternyata kau demam tinggi. Bagaimana kau bisa berjalan jauh dengan keadaanmu yang seperti itu?”

Law tercengang. Tiba-tiba bayangan Corazon melintas di benaknya.

“Benar, benar!”timpal Shachi. “Kami langsung membawamu—dan beruang ini—kesini, ke rumah kami yang…umm…tidak terlalu besar ini. Hitung-hitung sebagai ucapan terima kasih karena sudah menyadarkan kami atas kebodohan kami.”

Law tersenyum tipis. “Kalian memang bodoh.”

“Ngomong-ngomong, kau sudah merasa lebih baik?”tanya Penguin lagi. “Kami tidak tahu banyak tentang perawatan medis. Tapi beruang ini memberi tahu kami beberapa ramuan herbal untuk menurunkan panas. Awalnya kami tidak memercayainya, tapi…setelah melihat wajahmu tidak sepucat dan tubuhmu tidak sepanas sebelumnya, kurasa dia memang bisa dipercaya.”

Si beruang tiba-tiba menunduk. “Maaf karena kalian tidak bisa memercayaiku.”

“Kenapa jadi kau yang minta maaf?”

“Maaf karena aku yang minta maaf.”

“Hentikan!”

Law tertawa. Tawanya membuat ketiga orang(?) di depannya menghentikan kegiatan berdebat mereka. Lalu, tanpa bisa ditahan, mereka pun ikut tertawa.

“Ngomong-ngomong, kenapa kita tertawa?”

“Tidak tahu.”

“Maaf karena aku ikut tertawa.”

“Bisa berhenti katakan maaf?”

“Maaf.”

“Argh!”

“Ngomong-ngomong, siapa kalian?”tanya Law akhirnya. “Kita sudah berbincang-bincang sejak tadi, dan aku…tidak tahu nama kalian. Jujur saja, rasanya cukup…aneh.”

“Kau benar!”seru Shachi, manggut-manggut. “Baiklah, namaku Shachi, 14 tahun.”

“Memangnya harus pakai umur, ya?”tanya Penguin bingung. “Yah, namaku Penguin. Usiaku 15 tahun.”

One Piece Short Story CollectionWhere stories live. Discover now