burn into ashes: ace x reader

1K 126 8
                                    

Siapa yang tidak mengenal Hiken no Ace atau Ace si Tinju Api? Pemuda bernama asli Portgas D Ace itu, yang mendapat kekuatan apinya dari buah iblis Mera-Mera no Mi, juga menduduki posisi Komandan Divisi 2 di Bajak Laut Shirohige. Sudah tentu dengan kedua fakta itu dia adalah orang yang kuat. Meski belum bisa mengalahkan Oyaji yang adalah kaptennya sendiri dan kami semua, Ace tetap bangga dengan fakta itu.

Aku mengenal Ace dari sejak dia pertama kali bergabung dengan bajak laut ini. Awalnya Ace memang bebal dan besar kepala. Dia sangat haus akan kemenangan dengan cara apapun, bahkan dia pernah berkata akan mengalahkan Oyaji! Tapi seperti yang sudah diduga, dia terus saja kalah. Oyaji tidak mungkin akan kalah dengan pemuda kurang ajar seperti dia!

Itulah kesan awalku pada Ace. Aku melihatnya seperti orang sombong dan mengabaikan kesopanan pada orang lain, bahkan pada Marco! Dia berbicara pada orang-orang seakan semuanya sebaya dengannya.

Tapi semua itu berubah ketika aku mengetahui bahwa Ace adalah orang yang penuh selera humor. Suatu ketika aku melihatnya melakukan beberapa trik dengan kekuatan apinya itu. Orang-orang menatapnya terpesona. Menyadari aku yang diam tak bergerak melihat aksinya, dia kembali memainkan sebuah trik api yang cukup berbahaya. Dia berdiri di atas dek, merentangkan tangannya, seakan siap untuk menceburkan dirinya kapan saja.

"Ace, kalau kau terus berdiri disitu, kau bisa jatuh ke laut!"teriak salah satu orang di antara kerumunan.

Kobaran api menyala di belakang tubuhnya. Dia menatapku dan tersenyum lebar. "Aku akan baik-baik saja! Aku akan menunjukkan pada kalian sebuah trik."

Dia menjatuhkan tubuhnya ke bawah, tubuhnya pun berubah menjadi serpihan api. Aku yang terkejut melihatnya segera berlari ke dek, berupaya menolongnya. Aku tahu Ace itu bodoh, tapi masa dia ingin mengorbankan nyawanya sendiri untuk sebuah trik bodoh? Harusnya dia tahu pemakan buah iblis tidak diterima oleh laut!

Ketika aku tidak melihat ada apapun di permukaan laut—seperti, percikan air dan gelombang yang terjadi ketika ada yang terjatuh—aku bersiap untuk terjun ke bawah. Namun, sebuah tangan menarik tanganku untuk mencegahku.

Itu adalah Ace, sedang tersenyum hangat padaku.

"Aku disini, [name],"katanya, sorot matanya begitu jahil. "Aku tidak akan membiarkan diriku jatuh ke bawah begitu saja."

"Kau bodoh!"makiku, sambil memukul lengannya. "Seharusnya kau tahu kalau kau ditolak oleh lautan!"

"Ya, karena itu aku berubah menjadi serpihan api dan naik lagi ke atas,"Ace mengusap lengannya yang tadi aku pukul. "Jangan marah. Aku jadi tahu sisi dirimu yang lain. Yaitu sering mengkhawatirkan orang lain."

Aku terdiam mendengarnya, sementara orang-orang di sekitarku mulai bersiul-siul dan berseru.

"Ck, bodoh,"aku berbalik dan bersiap meninggalkannya.

"Tunggu, [name]!"dia kembali menarik tanganku. "Apakah aku boleh menjadi temanmu?"

"Ace, jangan jadi teman, jadikan dia kekasihmu!"

"Ya, [name]! Jadikan Ace sebagai kekasihmu!"

"Kalian, diamlah!"balas Ace, menatap tajam kerumunan orang yang menyaksikan triknya tadi. "Bagaimana, [name]?"

"Terserah kau saja,"jawabku pendek, sambil melepaskan tanganku. Sekarang, kau akan membiarkanku pergi?"

"Baiklah,"dia menunduk dengan wajah muram. "Padahal aku berharap kita bisa saling berbicara..."

"Bukankah saat ini kita sedang berbicara?"

Aku tersenyum kecil saat mengingat kembali momen itu. Ace yang dulu kuanggap sombong dan kurang ajar, berbalik menjadi pemuda yang sangat ceria dan setia kawan. Dia sangat menyayangi kami, para kru Shirohige, dan menganggap kami adalah keluarganya seperti kami pun menganggapnya begitu. Kekurangannya yaitu dia mudah sekali terpancing emosinya. Di saat seperti itu dia pasti akan membakar apapun dengan kekuatannya. Aku jadi sering mengajarinya mengendalikan emosi agar dia tidak mudah terlibat pertarungan. Sebab mengandalkan emosi tidak selamanya baik, itulah yang diajarkan kepadaku.

Terlebih, Ace terlalu bergantung pada kekuatan apinya itu. Itu sama sekali tidak menguntungkan. Kuakui dia hebat dalam bela diri, namun bukankah bela diri saja tidak cukup? Dia memang kuat, karena itulah dia diangkat menjadi Komandan Divisi 2, namun dia sering merasa dia tidak cukup kuat.

Atau terlalu kuat sehingga tabiatnya yang dulu kembali—sombong luar biasa.

.

"Kau serius, Ace?"aku bertanya dengan penuh keraguan saat mendengar misi yang diberikan pada Ace. Menangkap Teach yang berkhianat pada Oyaji. Orang itu adalah orang yang berbahaya. Teganya dia mengkhianati Oyaji yang sudah menampungnya. Teganya dia membunuh Tacht, Komandan Divisi 4, demi mendapatkan Yami-Yami no Mi, lalu kabur. Mengkhianati kepercayaan kami semua.

"Aku serius. Kenapa, apa kau tidak percaya padaku?"Ace balik bertanya, mata hitamnya menatapku lekat-lekat.

"Bukan tidak percaya. Kau 'kan tahu Teach orangnya seperti apa..."nada suaraku mengecil. Aku hanya tidak ingin sesuatu terjadi pada Ace.

"Justru karena itu aku harus memberinya pelajaran,"Ace mengangguk, kemudian memegang bahuku. "Aku tidak akan kenapa-napa, jika itu yang kau khawatirkan."

"Ace..." Aku balas menatapnya, memandangnya lamat-lamat. Dia tampak sungguh-sungguh ingin menyeret Teach kembali dan mungkin akan senang hati menyiksanya. "Mengingat perangaimu, aku tidak yakin."

"Dia anggota divisiku," suara Ace memberat, pandangannya menggelap. Aku tahu dia berusaha menahan emosinya setiap kali diingatkan tentang fakta tersebut. "Jika aku tidak menangkapnya dengan tanganku sendiri, aku akan sangat malu dan tidak pantas berada disini lagi. Seorang Ketua harus tegas kepada bawahannya yang nakal."

"Kau pun biasanya nakal," tukasku cepat, dan membuat tubuhnya sedikit rileks. "Baiklah, aku mengerti. Jadi setelah menyeret Teach kesini dan menendang bokongnya, kau akan merasa lebih baik?"

"Seperti itulah."

"Oke." Aku berjalan menjauhinya, lalu mendekatinya kembali. Ace dan kepribadiannya yang kuat selalu kusukai. "Jadi meskipun aku menangis darah untuk mencegahmu pergi, kau tetap akan pergi?"

"Ya."

Tidak ada yang dapat kulakukan untuk mencegahnya pergi.

"Hati-hati, Ace."

.

Selembar kertas kecil di telapak tanganku bergerak-gerak ke depan. Tapi aku tidak bisa mengikutinya. Aku tetap diam di tempat.

Kertas kecil itu terbakar di sudut-sudutnya. Aku berdoa semoga tidak menyebar ke seluruh kertas.

Di depanku, koran yang baru diantarkan oleh seekor burung pelikan pengantar koran terbuka lebar.

Judulnya tercetak besar disana. Kekalahan Hiken no Ace.

Hiken no Ace tertangkap oleh Marshall D Teach dan dibawa ke Angkatan Laut. Marshall D Teach pun mendapat posisi Shichibukai.

Aku tidak sanggup membaca beritanya lebih jauh lagi. Menyadari saat ini Ace sedang mendekam di lantai terbawah Impel Down membuat jantungku serasa diremas.

Perih.

Seharusnya aku sekuat tenaga mencegahnya pergi.

Aku ingin menyusulnya. Demi apapun, aku ingin bangun dan mengikuti arah yang ditunjukkan oleh kertas kecil ini. Ke Impel Down, membebaskan Ace.

Tapi itu mustahil dilakukan.

Dan noda hitam di kertas tersebut mulai menyebar.

.

Oyaji akhirnya menurunkan kami semua untuk berperang melawan Angkatan Laut dan menyelamatkan Ace.

Dibantu oleh kekuatan tak disangka, beberapa tahanan Impel Down yang kabur seperti Crocodile, Ratu Kamabakka Ivankov, Ksatria Lautan Jimbei, serta adik Ace, Monkey D Luffy. Aku merasa kemenangan di depan mata.

Dan aku akan melihat Ace melakukan trik bodohnya lagi...

.

Namun, kertas di tanganku terbakar habis.

.

Ada sesuatu yang terbakar.

Hatiku, berubah menjadi serpihan api, seperti yang terjadi pada kertas yang kupegang ini.

Ada sesuatu yang terbakar,

Membuat segalanya hilang menjadi abu.

Air mataku tidak akan bisa memadamkannya sampai kapanpun.

Du har nått slutet av publicerade delar.

⏰ Senast uppdaterad: Jan 22, 2022 ⏰

Lägg till den här berättelsen i ditt bibliotek för att få aviseringar om nya delar!

One Piece Short Story CollectionDär berättelser lever. Upptäck nu