Glasses: Sanji x Reader

1.1K 166 23
                                    

“[name]-chwaaan~”Sanji berputar-putar seperti sedang menari, seraya membawa nampan berisi secangkir milk tea. “Pesanan milk tea kesukaanmu datang~”

“Uhm. Terima kasih banyak, Sanji,”[name] tersenyum padanya saat Sanji menurunkan cangkirnya di dekat buku sketsa miliknya. “A-anoo…Apa kau melihat kacamataku?”

Sanji berhenti dari kegiatannya yang sibuk berputar. Dia meletakkan nampan di depan dadanya dan menatap [name]. “Apa kau kehilangan kacamatamu lagi, [name]-chan?”

[name] menunduk malu. “Y-ya. Kurasa begitu…Em, baiklah, aku akan mencari kacamataku dulu.”

“Baiklah, biar kubantu kau, [name]-chan. Kapan terakhir kali kau memakainya?”

“Sebelum tidur,”jawab [name]. Sanji menatapnya heran.

“Sebelum tidur?”

“Ya. Kau lihat ‘kan tadi saat sarapan aku tidak memakai kacamata?”tanya [name] balik diikuti anggukan Sanji. “Kurasa…saat itulah aku melupakan dimana kacamataku.”

“Berarti, kacamatamu ada di suatu tempat di kamarmu,”Sanji tersenyum. “Nah, mari kita ke kamarmu, [name]-chan~”

“Uh, kurasa kau benar,”[name] memimpin jalan menuju kamarnya. Saat mengikuti [name], Sanji baru sadar dengan ucapannya barusan. Ke kamar [name] mencari kacamata, berdua saja…

“Lho, Sanji, kau kenapa?”tanya [name], terkejut melihat Sanji berhenti dan merapat ke dinding, wajahnya merah padam.

“T-tidak! Aku tidak apa-apa!”balas Sanji cepat, meski rona di wajahnya semakin pekat. “U-uhm, kurasa…kalau berdua saja tidak akan berhasil. Bagaimana kalau kita meminta bantuan yang lainnya?”

“Benar juga,”timpal [name] polos. Diam-diam Sanji menghembuskan napas lega. “Ah, itu Chopper!”

Rusa kecil imut itu datang menghampiri [name] dan Sanji dan memasang ekspresi lugu. “Hai, [name], Sanji! Ada apa?”

“Bisakah kau membantu kami mencari kacamataku di kamarku? Kumohon?”[name] memasang puppy eyes yang selalu membuat Sanji gemas. Chopper mengangguk, lalu mengikuti keduanya masuk ke kamar. Beberapa saat mereka mencari, ternyata kacamata itu ditemukan di laci milik Nami, yang ternyata salah mengira kacamata milik [name] adalah miliknya. Soalnya, kacamata mereka memiliki bentuk dan warna gagang yang sama persis. Fungsinya pun hampir sama, Nami untuk menggambar pulau dan [name] untuk menggambar objek apapun yang menarik perhatiannya.

“Mungkin kau harus mengganti kacamata agar tidak sama dengan Nami-san, [name]-chan,”kata Sanji saat mereka kembali berdua saja. Seperti biasa, [name] mengerjakan sketsa miliknya dan Sanji akan diam saja di sampingnya, memperhatikan gadis itu menggambar.

“Huh? Begitu, ya?”tanya [name], melepas kacamatanya. “Mungkin kau benar. Tertukar dengan Nami memang tidak mengenakkan. Aku juga tidak mau memakai kacamata, sih. Tapi mataku…”

“Jangan sedih. Menurutku [name]-chan sangat cantik saat memakai kacamata,”Sanji tersenyum padanya.

“Terima kasih, Sanji. Itu karena kau tidak memakai kacamata. Kau tidak tahu betapa repotnya—pandangan yang buram kalau tidak memakainya, khawatir gagangnya patah, lupa diletakkan dimana…”

“Kalau [name]-chan mau, aku akan memakainya juga agar sama sepertimu,”Sanji mengedipkan matanya, bermaksud menghibur [name]. Namun, gadis itu memalingkan wajahnya.

“Sudahlah,”kata [name] memutus pembicaraan. “Aku mau melanjutkan gambar saja.”

Dengan itu pembicaraan pun berakhir. Sanji kebingungan dengan sikap [name] yang tiba-tiba. Dia ingin berbicara lagi, menanyakan apa yang salah, namun dia melihat ada tembok tak kasat mata yang membatasi dirinya dengan gadis itu. Apa dia sudah salah bicara?

One Piece Short Story CollectionWhere stories live. Discover now