6-HUJAN

4.8K 797 90
                                    

Don't copast
Don't siders
Vomment juseyo











BUKAN pemandangan 'wah' lagi jika saat hujan deras seperti ini banyak siswa yang keluar dari kelasnya. Jam pelajaran terakhir yang mendadak free class karena rapat membuat para siswa mendapat kelonggaran sampai bel pulang berbunyi. Entah untuk pergi ke kantin, menongkrong di depan kelas atau bermain di bawah guyuran air hujan.

Salah satunya Jeno dan kedua temannya yang berdiri di pinggir lapangan basket dengan payung hitam. Laki-laki dengan kulit putih pucat itu asik memantulkan bola dan memasukkannya ke dalam ring. Tidak peduli dengan seragam yang sepenuhnya basah kuyup. Sedangkan temannya hanya melihat dari pinggir lapangan.

Haechan yang berada satu payung dengan Jaemin hanya menutup satu telinganya. Karena anak kepala polisi itu terus berteriak memanggil nama Jeno.

"Aduh Na, lo diem napa telinga gue sakit!"

"WOY JENN-heh, nanti kalo anak tiri gue kesamber petir gimana Chan." Haechan merotasi matanya.

"Ya udah sih tinggal dikubur, khawatir amat. Adiknya aja kaga khawatir sama sekali." Haechan sengaja mengencangkan suaranya ketika kebetulan Eric lewat di belakang mereka.

Tentu aja Eric dengar, tapi merasa bodo amat. Lebih baik lanjut menuju perpustakaan untuk tidur. Lagian, dia tidak merasa mempunyai seorang kakak.

Jaemin menyipitkan matanya, fokus melihat Jeno yang terus menerus berlari mengejar bola. Ada yang aneh dengan anak tirinya itu.

Darah

Jeno mimisan dan sepertinya tidak sadar kalau cairan merah keluar dari salah satu lubang hidungnya. Hanya tiba-tiba merasa pusing. Membuatnya berhenti sejenak untuk mengusap wajahnya yang basah.

Jeno terkejut mendapati darah ditelapak tangan bercampur dengan air hujan. Lebih terkejut lagi ketika ada sebuah tangan yang langsung menariknya ke emperan kelas 10 untuk berteduh.

"Nih, cepet keringin badan lo." Jaemin melempar handuk kecil ke wajah Jeno. Handuk yang dia pinjam paksa dari adik kelas.

"Lo mimisan lagi Jen, entar ikut gue pulang ke rumah biar diperiksa Mama." ucap Haechan setelah mengirim pesan ke mamanya. Jadi tante Seulgi itu mamanya Haechan. Jadi mereka berdua masih saudara sepupu.

"Gue baik-baik aja. Cuma mimisan biasa." Jeno melempar handuk kecil itu ke tong sampah karena sudah penuh dengan bercak darah.

"Terserah, tapi lo harus anterin gue pulang ke rumah." ucapan Haechan membuat Jeno mau tidak mau mengangguk.

"ADUH ANAKKU DARAH LO KELUAR LAGI!" heboh, teriak Jaemin ketika lagi-lagi darah keluar dari hidung temannya. Membuatnya kocar-kacir berteriak ke adik kelas yang lewat di depan mereka untuk meminta tisu. Padahal Jeno maupun Haechan hanya saling diam melihat tingkah panik teman mereka.



























"Ini gue udah sampai di depan mall."

"Gue gajadi ke sana, nyokap minta anter ke bandara."

Eric mengumpat sambil memukul tanki motornya. Janji kumpul di mall batal karena Sunwoo harus mengantar ibunya ke bandara. Padahal Eric sudah menunggu laki-laki berambut merah itu hampir setengah jam di seberang mall. Membuatnya seperti orang kurang kerjaan karena hanya diam duduk di atas motornya.

[✔] HUJAN || Jeno x EricKde žijí příběhy. Začni objevovat