18-HUJAN

3.5K 636 65
                                    

Don't copast
Don't siders
Vomment juseyo









PUKUL enam pagi, seperti biasa kediaman Atmajaya begitu sepi.

Berbeda dengan satu tahun lalu maupun tahun-tahun sebelumnya. Yang setiap paginya sudah diiringi dentingan alat masak dari Mama yang sedang memasak. Atau teriakan Papa yang memanggil mereka berdua untuk sarapan.

Sekarang hampir tidak pernah terjadi lagi. Hanya suara detak jarum jam dan suara langkah kaki yang sibuk bersiap untuk sekolah.

Tidak ada lagi harum masakan Mama yang menyebar ke seluruh penjuru rumah. Yang ada hanya bau terbakar dari roti yang dipanggang oleh Eric.

Jeno sendiri hanya duduk anteng di kursinya. Hari ini dia malas menggunakan apronnya untuk sekadar membuat sarapan seperti biasanya. Memilih memperhatikan bagaimana paniknya Eric mengangkat roti dari panggangan.

Eric dengan muka frustasinya begitu lucu di mata Jeno.

"Kalo gak enak gak usah dimakan." Eric mendengus.

Dia sendiri tidak nafsu untuk sarapan. Apalagi melihat senyum Jeno yang seakan mengejeknya karena tidak bisa memanggang roti dengan benar. Lebih memilih meminum susu kotaknya sebagai pengganjal perut pagi ini.

"Siapa bilang? Enak kok, tinggal dibuang aja bagian yang gosong."

Jeno menyisihkan bagian roti yang kehitaman. Mengolesinya dengan selai stroberi lalu memberikannya pada Eric.

"Makan, jangan sampai gak sarapan."

"Males, entar gue sarapan di kantin." tolak Eric.

Dan bukan Jeffalino Atmajaya namanya jika tidak tetap memaksa.

"Makan atau Kakak suapin?"

Dan mau tidak mau Eric menurut. Memakan helaian roti yang sudah Jeno sisihkan dari bagian yang gosong.

Kalau Jeno sudah menyebut dirinya sendiri dengan panggilan 'Kakak' berarti perintahnya mutlak. Tidak bisa dibantah lagi. Kalau tidak Eric betulan akan disuapi seperti bocah TK. Dan Eric tidak suka diperlakukan seperti anak kecil.

Setelah sarapan mereka berangkat sekolah dengan berboncengan menggunakan motor Jeno. Pemiliknya juga yang mengendarai motor berwarna biru itu.

Ingatkan Eric untuk mengambil motor barunya di dealer sepulang sekolah nanti.

Pernah memakai motor Jeno ke sekolah saja dia dicengi orang-orang apa lagi berboncengan seperti ini. Apa tidak heboh satu sekolah?

Dan lagi sekarang Jeno mulai banyak bicara mengajaknya mengobrol di sepanjang jalan. Tidak seperti dulu yang bahkan bersenggol lutut saja tidak mau.

"Lo enggak mau lompat lagi?"

"Hah, maksudnya?"

Eric menatap wajah Jeno dari kaca spion. Melihat jalanan pertigaan lampu merah yang ramai dengan kendaraan lain yang ingin berangkat bekerja maupun sekolah.

Dan Eric sekarang ingat dia dulu pernah lompat dari motor Jeno tepat di pertigaan jalan ini. Penyebab dia terlambat masuk sekolah dan dikejar-kejar satpam serta guru BK.

"Lo gak usah ingetin gue kejadian dulu napa."

"Ya siapa tau lo mau naik bus lagi gue anterin sampai halte depan. Gak usah repot-repot lompat kayak dulu."

Lampu merah berganti warna menjadi hijau. Jeno kembali melajukan motornya menuju sekolah.

"Lo sok asik tau, gak? Gue lagi males ngomong sama lu."

[✔] HUJAN || Jeno x EricWhere stories live. Discover now