2-HUJAN

7.5K 1K 68
                                    

Don't copast
Don't siders
Vomment juseyo







MOBIL berwarna hitam milik Seulgi berhenti tepat di depan gerbang bercat hitam-emas. Dia dan kedua keponakannya sampai di depan rumah kediaman Atmajaya yang terlihat sepi.

"Oke, kalian berdua turun. Tante cuma bisa anter kalian sampai sini." ucap Seulgi kepada kedua keponakannya yang duduk di kursi penumpang.

Jeno turun dari mobil terlebih dahulu lalu di ikuti Eric setelahnya. Mereka berdua kelihatan murung semenjak keluar dari rumah sakit. Eric yang biasanya cerewet juga sekarang diam dan sering menggigit bibir bawahnya resah.

"Astaga... wajah kalian biasa aja dong! Ga usah tegang gitu kek mau ketemu siapa aja kkkk.. " Seulgi terkikik melihat raut wajah Jeno dan Eric. Padahal mereka berdua cuma bertemu kakaknya alias mama Jeno dan Eric tapi kenapa mereka kelihatan tegang.

"Ya udah tante balik ke rumah sakit lagi. Tante titip salam buat mama kalian. See you... Seva jangan nakal!"

Eric dan Jeno sama-sama membungkukkan badannya sebelum Seulgi menaikkan kaca dan melajukan mobilnya. Meninggalkan Jeno dan Eric yang masih berdiri di depan gerbang.

Eric mengusap wajahnya kasar. Bagaimana sekarang, pasti di dalam rumah ada Mamanya. Bukan Eric tidak mau bertemu Mama, tapi Eric takut kalau mamanya akan marah melihat dia dan Jeno pulang dengan keadaan banyak luka.

Apalagi, keadaan rumah yang kacau. Karena mereka berdua lupa memesan go-clean. Ditambah Jeno kemarin membanting vas bunga yang harganya hampir sama dengan iPhone itu.

Eric melirik kakaknya yang hanya diam menatapi kaki telanjangnya. Eric semakin kesal, kok bisa Jeno sesantai itu sedangkan dia pusing mencari alasan agar Mamanya tidak marah.

"Hhss.. kenapa tante kasih tau Mama, sih! Hey tunggu!!!"

Teriakan Eric dianggap angin lalu oleh Jeno. Tangannya mendorong masuk gerbang rumah dan berjalan ke dalamnya. Eric menahan emosinya, lagi-lagi orang itu mengabaikannya seperti orang gila yang berbicara sendiri.

Mereka berdua berjalan lurus melalui jalan setapak menuju pintu utama. Teras rumah masih berantakan dengan beberapa pot yang pecah dan warna merah kecoklatan dari muntahan darah Jeno tiga hari yang lalu. Kolam ikan di samping teras juga kacau dengan beberapa pot tanaman yang masuk ke dalamnya. Dan itu membuat Eric semakin takut untuk masuk ke dalam rumah yang bahkan lebih kacau dari ini.

Sampai di depan pintu, Jeno memegang knopnya siap membuka pintu, sebelum suara Eric yang membuatnya berhenti. "Gue bilang tunggu!"

"Anjing lo beneran budek, hah?!" Jeno melirik tangan Eric yang menahan tangannya agar berhenti mendorong pintu. Jeno menarik tangannya dari cekalan Eric, bergerak menghadap Eric untuk mendengarkan apa yang akan adiknya katakan.

"Lo ga takut Mama bakal marahin kita, hah?"

"Kenapa harus takut?"

Eric membuka mulutnya tak habis pikir dengan isi kepala Jeno saat ini. "Lo ga liat kedaan rumah kacau? Ck, gue lupa mesen go-clean lagi... "

Jeno memperhatikan Eric yang terus berjalan mondar-mandir sambil menggigiti kukunya. "Emang gara-gara kita 'kan, kenapa takut kalo Mama marah?"

Eric menghentikan langkahnya tepat di depan Jeno. Jari telunjuknya mengarah pada wajah Jeno yang sama dinginnya menahan emosi.

"Kita?! Siapa yang lo maksud kita? Kalo bukan karena lo mukul gue di depan gerbang, semuanya ga bakal kacau kek gini."

"Lo yang pertama mancing emosi gue Ric, gue gabakal lukai orang lain tanpa sebab."

[✔] HUJAN || Jeno x EricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang