20-HUJAN

3.9K 573 26
                                    

Don't copast
Don't siders
Vomment juseyo








SUARA alarm mengusik tidur pemiliknya. Mulai mengulat dengan mata yang enggan terbuka. Kepalanya pusing juga matanya yang membengkak karena menangis semalaman membuat Eric malas sekadar melirik jam berapa sekarang.

Sampai tangannya menyentuh plaster penurun panas di dahinya baru Eric terpaksa bangun. Berdecak ketika tau penyebab kepalanya pusing.

"Gue males sekolah..."

Bukan hanya karena alasan pusing, dia 'kan sudah lebih dari seminggu bolos sekolah. Malas ditanya macam-macam lagipula ujungnya pasti mendapat surat peringatan atau malah diskor.

Meskipun ayah tirinya, Pak Agung guru BK tidak akan mau membela Eric. Yang ada malah mengata-ngatai dan menambah berat hukuman.

Cukup lama tinggal serumah membuatnya tau sifat Pak Agung yang tidak jauh beda saat di sekolah, judes dan suka merendahkan. Psst... juga posesif, ya itu yang Eric nilai selama ini. Heran kenapa mamanya bisa memilih orang berhati batu itu.

Eric melirik jam digital, masih jam lima lebih. Dengan pusing yang sudah mendingan dia masuk ke kamar mandi untuk wudhu.

Hei, siapa yang bilang kalo Eric cuma sholat Jum'at doang?

Sejak dari rumah sakit itu Eric betulan niat sholat lima waktu. Ayolah tidak harus menunjukkan secara langsung ke orang-orang bahwa kita ibadah atau tidak. Jadi, cukup Eric dan Tuhan yang tau.

"Assalamualaikum wa rahmatullah... "

Eric mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Duduk menyila di atas sajadahnya. Seharusnya sekarang dia berdzikir lalu berdo'a. Tapi tidak, mukanya murung.

Rasanya malu. Sadar diri kalau dia bukan hamba yang taat. Cuma orang yang ingat kalau lagi sedih dan ada masalah. Jadi rasanya Eric malu kalau mau minta sesuatu ke Tuhan.

Tapi dia gak akan malu minta barang mahal ke papanya, ya.

Jadi Eric hanya berdo'a sewajarnya, do'a mendapat kepintaran, untuk kedua orang tua, dan do'a keselamatan dunia-akhirat. Ya, mirip do'a yang biasa diajarkan untuk anak TK. Karena Eric betulan tidak berani meminta lebih meskipun Tuhan tidak memberi batasan pada umatnya.

Setelah membereskan alat sholatnya Eric kembali duduk di pinggir ranjang. Masih ada banyak waktu sebelum Eric memutuskan untuk sekolah atau tidak. Matahari belum terlalu muncul yang ada malah hawa dingin ketika pintu balkonnya di buka.

Tok

Tok

Tok

"Eric, kalo udah selesai sarapan ke bawah!"

Itu suara Jeno dari luar. Entah dari mana Jeno tau Eric sudah bangun. Atau karena suara alarmnya sampai ke kamar seberang?

Eric mendesah, menatap ragu pintu kamarnya. Tiba-tiba terpikir sosok Mbak Ayu dan Kiran yang terakhir kali Eric ingat mereka tinggal di rumah ini.

Eric tidak tau mereka masih ada di rumah Atmajaya ini atau tidak. Karena kemarin saat perjalanan pulang dari bukit Eric sudah tertidur. Dan dia yakin Jeno yang menggendongnya sampai ke kamar semalam.

"Ayo pulang ke rumah kita."

"Dan lo bakal liat mayat gue ngapung di kolam renang." Eric tersenyum miris.

Rumah Atmajaya, rumahnya dan Jeno menurut surat warisan yang diputuskan saat sidang cerai kedua orang tua mereka. Alasan mengapa Eric benci ketika orang asing ada di rumahnya. Alasan Eric sangat marah saat Papa membawa Mbak Ayu dan Kiran untuk tinggal.

[✔] HUJAN || Jeno x EricWhere stories live. Discover now