27-HUJAN

2.5K 373 14
                                    

don't copast
don't be sider
voment juseyo












WEEKEND, hari yang paling ditunggu setiap orang. Hari untuk bersantai dan mengisi ulang tenaga setelah dipakai bekerja lima hari penuh. Waktunya berkumpul dengan keluarga dan berlibur sepuasnya.

Hal itu tak berlaku bagi Sherlin. Bukannya berlibur, Sabtu-minggu justru hari paling sibuk untuknya. Lebih tepatnya tidak ada hari libur untuknya.

Masih pukul sepuluh pagi dan speedometernya sudah mencapai belasan kilometer. Masih pagi sudah banyak yang menggunakan jasanya. Entah mengantarkan makanan, ke pasar atau pun menjadi kurir.

"Untung kejar paketku udah selesai, capek banget..."

Sembari menunggu pesanan selesai dibungkus Sherlin meregangkan ototnya di teras warung makan.

Perutnya berbunyi, ia lupa sarapan saking semangatnya untuk bekerja. Tapi setelah melihat isi dompet, Sherlin tersenyum kecut. Hanya ada satu lembar dua puluh ribu dan satu lembar lima ribu rupiah.

Kemalangan akhir bulan, uangnya habis untuk membayar sewa rumah serta iuran listrik dan air kemarin.

"Sepuluh ribu buat bensin, sisanya buat makan. Tau gitu aku puasa aja hari ini."

Sherlin menatap sekitar, melihat kendaraan berlalu-lalang melintas. Didominasi kendaraan bus pariwisata, Sherlin ingin rasanya pergi ke pantai seperti orang-orang. Ia juga butuh bersantai satu hari saja.

Mata sipitnya memicing ketika melihat seorang anak kecil menangis di seberang jalan. Sebagai orang yang mempunyai jiwa positif yang besar, Sherlin menghampiri anak laki-laki tersebut.

"Adik kenapa nangis?"

Bocah itu berhenti menangis meskipun masih sesenggukan. Menatap Sherlin yang ikut berjongkok di depannya.

"A-aku telat, Kak. Hiks... mereka udah ambil semua." bocah itu menunjuk ke sekeliling.

Sherlin mengangguk paham, melihat kondisi tempat yang mereka pijak bersih tanpa sampah yang biasa ia lihat menumpuk seperti bukit.

"Hiks, a-aku gak tau mau cari makan di mana lagi..."

Bocah itu menangis lagi, lebih kencang. Sherlin memeluk bocah berbaju lusuh itu. Iba karena di saat orang-orang banyak yang membuang makanan sia-sia, justru anak kecil ini mencari makanan sisa di tempat pembuangan sampah.

"Kamu tinggal sama siapa aja?"

"Sama adik..."

"Cuma berdua?"

Bocah itu mengangguk. Sherlin menggandeng tangan kecil itu, membawanya ke warung makan tempat ia memesan tadi.

"Mbak, nasi bungkusnya dua porsi lagi ya!"

Mereka berdua mencari tempat duduk. Bocah tadi sudah tak menangis lagi. Malah tertawa kencang ketika Sherlin banyak menceritakan pengalaman konyolnya.

Setelah selesai semua, Sherlin memutuskan untuk mengantar anak itu pulang. Tentu sebelumnya ia harus mengantar pesanan terlebih dahulu.

"Makasih, Kak!"

[✔] HUJAN || Jeno x EricDonde viven las historias. Descúbrelo ahora