Hidden Chapter I

2.6K 486 10
                                    

don't copast
don't siders
voment juseyo








[ Jeno and His Hemofily ]
.
.
.

ALARM berbunyi begitu memekakan telinga. Dengan nada dering lagu bergenre hip-hop cukup berisik memenuhi kamar.

Meskipun begitu salah satu pemilik kamar sudah bangun bahkan sebelum alarm berbunyi. Ia membiarkan suara bising itu terus berulang-ulang karena room-matenya akan marah jika alarm dimatikan sebelum pemiliknya bangun.

Matahari mulai menyingsing, Jeno masih santai dengan baju piamanya. Membaca surat dari Eric yang baru saja tiba pagi ini. Jeno tersenyum membaca tulisan tangan Eric yang yah... kalian tau sendiri. Bahkan Jeno harus menggunakan google translate photo untuk membacanya.

Selesai menulis balasan surat, Jeno beralih berdiri di dekat jendela. Memandangi butiran salju yang turun di luar kamar asrama. Tentu saja bukan salju pertama yang dilihat Jeno. Sewaktu kecil ia sering bermain lempar salju dengan Eric dan Hyunjin.

"Snowfall..." gumam seseorang, bersuara serak khas bangun tidur dengan logat Kanada yang begitu kental.

Orang itu ikut berdiri melihat keluar jendela. Kamar begitu hening setelah alarmnya dimatikan.

"Do you miss your family?"

"Tentu, tapi gue gak akan pulang sebelum gue lulus dari sini." jawab Jeno.

"Really? Kalo gue sih tetap akan pulang ke Indonesia, gue kangen hangatnya perapian rumah."

Orang itu Mark, room-mate Jeno. Dulu Mark adalah kakak kelasnya waktu SMP. Jeno tak menyangka bahwa mereka akan bertemu lagi sebagai room-mate. Jeno bersyukur karena hanya Mark lah yang ia kenal di negara terluas kedua di dunia ini.

"Mau titip sarapan apa?" tanya Mark, mahasiswa fakultas Arts and Science itu telah siap memakai jaket serta sarung tangannya.

"Gue nanti makan di kantin."

"Okay, i'll buy some pancakes for you."
"Kita hidup sendiri di sini, Jeno. Gak ada yang ngerawat semisal lo sakit."

Mark bergegas pergi, kakak kelasnya itu tak akan membiarkan perut Jeno kosong hingga petang nanti. Lain halnya Jeno yang tidak begitu mementingkan pola makannya. Ia hanya akan makan jika dirinya ingin.

Puas memandangi hamparan salju Jeno kemudian memutuskan untuk mandi. Tapi langkahnya terhenti ketika tak sengaja menginjak pecahan gelas. Sepertinya Mark kurang bersih membersihkan pecahan gelas tadi malam.

"Hhss..."

Jeno tertatih ke kamar mandi. Duduk di closet dan mulai berusaha mengeluarkan pecahan gelas dari kakinya.

Hal yang paling Jeno benci adalah ketika ia terluka. Ia harus menunggu lama sampai darahnya berhenti keluar. Untung ini hanya terkena pecahan gelas, bukan mimisan atau luka yang lebih besar. Meminum pil penambah darah tidak akan cukup untuk menggantikan darahnya, harus melakukan transfusi darah.

Tak lama Mark kembali dengan kantung plastik berisi makanan. Bingung ketika tidak melihat Jeno di kamar.

"Jen!"

"Kamar mandi!"

Mark mendatangi asal suara. Terkejut ketika melihat lantai kamar mandi terdapat tetesan darah.

"Oh my God, gue panggilin Kak Jacob!" ucapnya panik.

"Gak usah, gue bisa sendiri."

Jeno membersihkan kakinya menggunakan air, tapi tetap darah keluar dari sana meskipun dalam skala kecil.

[✔] HUJAN || Jeno x EricWhere stories live. Discover now