4; Bibi

54 18 1
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


••-••


"Eonni mau pergi sekolah ya?"

"Iya.Jadi untuk sementara waktu Ara di rumah Bibi Eonni dulu ya. Tidak apa-apa kan?"

Seola tersenyum kecil saat melihat Ara yang terlihat berpikir.Memutuskan untuk membiarkan gadis kecil itu,Seola menatap lurus ke depan.

Hari ini dia ada kelas. Karena berpikir ia akan meninggalkan Ara,Seola memutuskan untuk menitip gadis kecil itu bersama bibinya.

Berbicara tentang Ara,gadis kecil itu sudah tiga hari bersamanya. Seola mendadak merasa menjadi seorang Ibu. Merawat dan menjaga gadis kecil itu dihari-hari dia masih senggang.

Tapi,hari ini tidak.Dia mengingat jadwal kelasnya. Mengingat sebentar lagi dia akan segera lulus. Seola berusaha sekeras mungkin mencapai nilai terbaik. Dari skripsi yang harus ia selesaikan juga pencapaian lainnya.

Tentang Seola yang sesungguhnya tinggal sendiri di kota besar, ia sedikit kesulitan saat ada anggota baru ditempat tinggalnya.

Jika dipikir,kenapa perempuan ini mau repot-repot untuk menjaga anak oranglain sementara dia bisa melaporkan pada polisi.

Seola sebenarnya punya jawaban untuk itu. Walaupun terdengar aneh dan kejam. Dia hanya ingin memberi balasan pada orangtua Ara yang tega meninggalkan gadis kecil itu. Tidak juga,dia belum punya waktu pergi ke tempat polisi berada.

Bus berhenti pada perhentian pertama,
Seola melirik Ara yang menatap keluar tempat orang-orang turun dan naik ke dalam bus.

Sudut bibirnya tertarik tipis. Gadis kecil ini terlihat sangat lucu dan polos.

Bus kembali berjalan dengan beberapa penumpang baru. Ara memutar kepala pada Seola yang sedang menatap ponselnya.

"Eonni,"panggilnya.

Seola menoleh,tersenyum sebagai respon.

"Aku rindu Eomma,"katanya.

Senyum Seola perlahan luntur. Kenapa ini sangat menyesakkan saat mendengar langsung kalimat itu dari gadis kecil.

Seola mengelus rambut Ara."Ara akan segera bertemu dengan Eomma.Eonni janji,"ujarnya.

Ara menyandarkan kepalanya pada lengan Seola. Seola tersenyum hampa. Apa Seola tega membiarkan anak kecil ini berpisah dengan orangtuanya dalam jangka waktu yang lama?

"Ah kita sudah sampai. Ayo turun,
Ara,"sahut Seola seraya berdiri menggenggam tangan Ara.

Keduanya turun lalu menghampiri sebuah rumah berpagar putih.Kompleks perumahan bibinya ini sangatlah asri. Rumah-rumah disekitar sini pun sangat enak dipandang mata.

"Bibi! Aku datang,"seru Seola senang.

Senyumnya mengembang manis. Setelah membuka pagar rumah,mereka melangkah masuk. Biasanya pagi begini,Sena-nama Bibi Seola, merawat kebun bunga dan sayurannya. Namun,presensi Sang Bibi tidak ada di sana.

DREAM [On Going]Where stories live. Discover now