6; keluarga

37 10 0
                                    

Jung Seola.


Aku membuka mata dan langsung bergerak duduk dengan raut terkejut. Beberapa detik aku menahan napas lalu mengerjap. Aku tidak mengerti kenapa bangun dengan perasaan was-was begini.

Napasku mulai berhembus teratur. Aku menutup mata sejenak lalu mulai turun dari ranjang. Keluar dari kamar menuju dapur.

Aku mengecek ponselku. Dua panggilan tak terjawab dari Ibu. Ini sudah tiga hari sejak aku menelpon dengan Ibu. Apa ada masalah ya.

Entahlah,sebentar akan ku telpon balik. Aku membuat sarapan sederhana lalu bergegas mandi. Hari ini aku akan mengunjungi Ara. Aku terlalu sibuk dengan tugasku sampai melupakan gadis kecil itu.

Sebenarnya aku sedikit takut sekarang. Rasa itu hampir memenuhiku saat Bibi selalu mengingatkan untuk pergi melapor pada polisi.

Bibi selalu bersikeras untuk pergi melapor sendiri. Tapi aku selalu melarangnya. Entah apa yang kupikirkan. Aku mulai bertanya-tanya; apakah aku sudah sangat jahat pada Ara karena memisahkan gadis kecil itu dari orangtuanya.

Pikiranku terbongkar saat mendengar ketukan dipintu. Aku bangkit dari sofa lalu berjalan pelan ke arah pintu. Siapa yang datang pagi-pagi begini.

Nana?

Yoongi?

Atau Kim Taehyung? Ah kurasa tidak kalau dia.

Aku membuka pintu. Menatap wajah-wajah yang nampak dihadapanku sekarang. Ya wajah-wajah,karena ini lebih dari satu orang.

Senyumku mengembang. Sampai kurasa tulang pipiku sakit. Sudut mataku mulai basah tapi dengan cepat mengusapnya.

"Ah ini tidak adil. Kenapa kejutannya seperti ini?"

Tawa Ayahku menguar. Ibuku berhambur memelukku. Lia,adik pertama dan Alin,bungsu juga memelukku. Aku tertawa bahagia sembari membalas pelukan mereka.

Beralih memeluk Ayah,tersenyum penuh afeksi kepada mereka. "Ayo masuk! Ayo, ayo!"

"Dimana kamar mandinya Eonni?"

Aku melirik Lia, tertawa karena rautnya yang kaku. "Disana, dekat dapur"

"Oke,"katanya sembari tertawa lalu berlari.

"Kenapa kalian tidak bilang padaku kalau datang hari ini?"tanyaku mengeluh. Memasang raut tidak terima.

"Kami sengaja tidak memberi taumu karena ini kejutan diakhir tahun,"kata Ayah dengan cengiran.

"Ibu menelponmu tadi pagi,tapi kau tidak mengangkatnya,"sahut Ibu pula. Ia menatapku kesal.

Aku tertawa malu . "Maaf,aku tidak dengar. Tadi aku masih tidur. Aku kira Ibu salah tekan, jadi aku tidak menelpon balik,"
jelasku.

"Ya, alasan diterima,"ujar Ibuku jenaka.

Kami mulai tertawa lalu tenggelam dalam percakapan. Lia datang dan ikut bergabung. Membicarakan hal sehari-hari sampai hal yang lebih serius.

Ayah dan Ibu membicarakan usaha mereka yang mulai meroket. Ayah akan berangkat ke Seoul. Itu membuat kami sedikit cemas tapi ayah meyakinkan bahwa dia akan baik-baik saja.

DREAM [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang