20 | The Fame

193 24 19
                                    

Halo, apa kabar? 

Akhirnya sampe juga di part 20. Dulu rencana sih bakal di bawah 30 atau 40. Tapi keknya bisa di bawah 30 kok. Aku udah ngitung kalau misal sesuai sih, di bawah 30. So, selamat menikmati 10 chapter terakhir, or less.

Happy Reading!!

She don't like the flash, wanna keep us in the dark.

Justin Bieber - She Don't Like the Lights

Justin Bieber - She Don't Like the Lights

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

San Francisco, California, USA.

Georgia termenung. Tangan kanannya menggenggam pulpen erat-erat. Matanya terasa pedih, sudah siap untuk menangis ketika pertengkarannya dengan Nathan kembali berputar di kepala. Ini memang bukan pertama kalinya mereka bertengkar. Namun ini yang paling parah. Nathan yang punya pribadi hangat, mendadak dingin tak tersentuh.

Georgia bingung bagaimana harus bersikap. Tidak ada yang sepenuhnya salah atau benar kali ini. Baik dirinya maupun Nathan sama-sama egois. Biasanya, setiap kali mereka bertengkar, Nathan selalu bisa menemukan solusi yang tepat. Kini laki-laki itu bungkam dan Georgia tidak punya ide untuk mengatasinya.

Nathan yang bungkam. Apa dia mulai menyerah?

"Gia. Sudah kau selesaikan?"

Suara rendah Ashton menarik Georgia untuk kembali sadar. Ia tersenyum masam pada Ashton, sebelum kembali mengisi lembar persetujuan.

Hari ini Georgia, Hamish, dan Summer, datang ke markas Californian Waves untuk persiapan perjalanan terakhir mereka di musim gugur. Berhubung sekarang sedang jam makan siang, ruangan yang mereka tempati kini menjadi sepi, hanya ada Georgia dan Ashton. Summer dan Hamish pergi bersama Orion. Lalu Adam, entah ke mana perginya.

"Lama sekali," kata Ashton menerima kertas milik Georgia. "Aku lihat kau terlalu sering melamun hari ini."

"Benarkah? Terlihat sekali ya?"

Ashton mengangguk. "Bukannya aku ingin ikut campur atau sok tahu. Tetapi sepertinya kau ada masalah dengan kekasihmu itu," duganya.

Georgia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Di bibirnya ada senyum kecil yang dipaksakan.

"Pasti berat ya, punya kekasih populer seperti dia."

"Kurang lebih seperti itu," jawab Georgia apa adanya. Memang pada kenyataannya berat ketika harus menjalin hubungan dengan bintang besar.

"Ada tidak, salah satu dari penggemar Nathan yang mengetahui hubungan kalian?"

"Pernah, namun jarang. Aku juga selalu mengabaikannya. Kami berkencan sebelum Nathan terkenal seperti sekarang. Ketika namanya mulai dikenal, kami memutuskan untuk menjaga hubungan ini agar tetap menjadi privasi."

"Kalian hebat," puji Ashton. "Well, ini hanya saran. Jika memang bertengkar, maka segera diselsaikan. Terlalu lama bertengkar tidak baik untuk hubungan kalian. Dia bisa saja lelah, lalu memutuskan untuk mengakhirinya. Tidak selamanya laki-laki harus berjuang, terkadang juga butuh diperjuangkan."

Ocean Eyes (COMPLETED)Where stories live. Discover now