12 | The Feeling

271 34 19
                                    

Halo, apa kabar. Maaf up malam-malam.

Happy reading!!

It's hard to act like I don't think about you sometimes.

Why Don't We - Hard

San Francisco, California, United States

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

San Francisco, California, United States.

"Come on baby boy, come on." Nathan berucap girang, kedua lengannya terbuka lebar, menanti kedatangan bocah laki-laki berusia satu setengah tahun yang sedang belajar berjalan. "Getting closer."

Dari atas sofa Georgia tertawa senang menyaksikan interaksi antara Jason dan Nathan. Jason merupakan putra dari Hanna—salah satu rekan kerja Georgia. Orang yang biasa mengasuh Jason sedang sakit, sementara Hanna punya kepentingan di luar kota. Apartemen Georgia masih satu gedung dengan apartemen milik Hanna, maka dari itu dia memutuskan untuk menitipkan Jason pada Georgia.

Jason tertawa geli ketika tubuhnya didekap erat oleh Nathan. Suara celotehnya dengan bahasa bayi memenuhi seluruh ruangan. Sesekali Jason memberontak, meminta untuk dilepaskan namun Nathan justru mendekap tubuhnya semakin erat, terlalu gemas.

"Apa dia tidak lelah, tertawa tiada henti sejak tadi?"

"Kenapa kau bertanya padaku? Tanyakan saja pada Jason," kekeh Georgia.

Nathan menghujani wajah Jason dengan ciuman kecil sebelum mengangkat tubuh mungil itu tinggi-tinggi. "To infinity and beyond!" seru Nathan menirukan gaya ala tokoh Buzz Lightyear.

Georgia baru akan ikut bergabung, namun langkahnya terhenti ketika mendengar suara bel. "Sepertinya itu Hanna," tebak Georgia. "Come here baby boy."

Georgia menggendong Jason sembari membawa tas yang berisi perlengkapan bayi. Dugaan Georgia benar, Hanna sudah berdiri di balik pintu menampilkan senyum tulusnya.

"Jason, say hi to Mommy."

"Gia, maaf sudah merepotkanmu. Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk berterima kasih. Seharian ini aku sempat cemas, takut Jason tidak terbiasa dengan orang baru."

"Dia senang. Aku sampai heran melihatnya terus tertawa."

"Benarkah?" Bola mata Hanna menampilkan binar hangat. "Tidak biasanya dia seperti ini. Jangankan orang baru, dengan ayahnya saja masih sering menolak. Itu mungkin karena putraku tahu jika ayahnya seorang bajingan."

Georgia menepuk-nepuk pundak Hanna, menyalurkan kekuatannya. "Kau sosok ibu sekaligus ayah yang hebat. Aku bangga padamu," pujinya.

"Okay then, say goodbye and thank you to Aunty Georgia!" Hanna mengangkat lengan kecil Jason, memberi gerakan lambaian perpisahan. "Selamat malam, Gia."

Ketika tiba di ruang tengah, Georgia tidak lagi mendapati keberadaan Nathan. Laki-laki itu sudah berpindah ke dalam kamar, berbaring malas di atas ranjang. Georgia ikut naik, namun hanya duduk.

Ocean Eyes (COMPLETED)Where stories live. Discover now