46

3.7K 580 310
                                    

"Itu pasangan?"

"Kayaknya sih iya, tadi gandengan tangan, sayang-sayangan. Lagi nyari baju buat nikah kayaknya,"

"Yang cewek kebanting banget mukanya sama yang cowok, mana yang cewek jerawatan, yang cowok mukanya mulus banget. Sayang banget cowok secakep itu sama cewek yang mukanya kayak gitu, mending sama anak aku,"

"Wah, sayang banget ya, Bu, anaknya cantik tapi gak bisa dapetin yang kayak saya, hehe, canda Ibu cantik,"

Kedua ibu-ibu yang sedang membicarakan Sylvia serta Hyunjin terkejut saat objek yang mereka bicarakan tiba-tiba ada di belakang mereka dan menyeletuk —hanya Sylvia sih, Hyunjin sedang memilih-milih tuxedo—.

"Eh, udah gak cantik, gak ada adab!" seru salah satu ibu-ibu.

Sylvia melipat kedua tangannya di depan dada, "Emang Ibu pikir, Ibu punya adab? Dengan ngomongin orang yang gak Ibu kenal, emang itu namanya beradab? Maaf ya, Bu, yang harusnya beradab gak cuman yang lebih muda, tapi yang lebih tua juga harus punya adab. Ibu tau apa tentang saya? Saya ini illustrator terkenal dan berbakat, baik, mandiri, plus gak suka ngomongin orang, apa lagi dalam jarak deket. Kalau mau ngomongin orang tuh jauhan dikit biar gak kedengeran,"

Kedua ibu-ibu ternganga dengan penuturan Sylvia, tercengang sekaligus kesal, ada orang seberani Sylvia.

"Gak usah sombong kamu! Paling ngaku-ngaku doang,"

"Saya gak sombong, saya cuman bilang kenyataan. Saya kan yang paling tau diri saya sendiri, jadi saya bebas dong berkomentar tentang diri saya sendiri, yang penting saya gak merendahkan orang lain, Ibu yang gak kenal saya, ngapain komentarin saya? Komentarnya ngerendahin lagi. Ibu mau saya ngomentarin Ibu? Meskipun Ibu bilang saya jelek, bagi pasangan saya, saya perempuan tercantik. Anak Ibu belum tentu cantik di mata pasangan saya,"

Sylvia hampir saja kena jambakan, kalau saja Hyunjin tidak keburu datang dan menarik tubuhnya untuk menjauh dari ibu-ibu itu.

Sylvia pikir Hyunjin akan memarahinya, mengomel, atau memberinya wejangan karena bertengkar dengan ibu-ibu tadi, tetapi ia hanya diam.

Hyunjin membawanya ke tempat yang agak sepi, kemudian ia berdiri di depan Sylvia, disusul dengan kedua tangannya yang menangkup pipi Sylvia.

"Masih emosi?" tanya Hyunjin, yang Sylvia jawab dengan anggukan.

"Tarik napas, hembusin sampe tenang, tapi jangan sampe kentut,"

Sylvia langsung memukul kepala Hyunjin, mendengar kalimat akhirnya.

Hyunjin hanya tertawa kepalanya dipukul, kemudian membiarkan Sylvia menarik napas dan menghembuskannya sampai beberapa kali.

Setelah melihat Sylvia sepertinya sudah tenang, Hyunjin pun memeluknya.

"Nyebelin banget ibu-ibu tadi!" keluh Sylvia.

Hyunjin menepuk-nepuk punggung Sylvia, agar emosi gadis itu tidak meluap lagi.

Sylvia tiba-tiba malah melepas pelukannya, kemudian mendongakkan kepalanya agar bisa menatap Hyunjin. Sementara Hyunjin malah harus menunduk agar bisa melihat wajah gadis itu.

"Aku cantik kan?" tanya Sylvia.

"Cantik, kamu cantik. Orang lain kan pandangannya beda-beda, gak usah didengerin pendapat orang lain, yang penting pendapat aku,"

"Ya, aku gak masalah kalau orang lain nganggep aku jelek, tapi gak usah diungkap kan? Gak penting banget, malah bikin sakit hati doang!"

Hyunjin tidak bisa berkata-kata, dan hanya bisa menghibur Sylvia dengan cara mengelus-ngelus salah satu pipiny menggunakan ibu jari.

Perfect | Hhj ✔Where stories live. Discover now