02

3.5K 802 187
                                    

Untungnya pria itu berhasil menangkis wadah berisi air yang tadi Sylvia lempar padanya. Tapi tetap saja, ia terkena sedikit percikan airnya.

"Orang mesum, ya?! Pake modus pingsan!" seru Sylvia. Ia kemudian mengambil pentungan milik ayahnya yang selalu diletakan di rak besar pembatas ruang tamu dan tengah.

"Anjir, apaan sih, Lo? Gue bukan orang mesum! Gue buka baju kan buat dikompres, yang sakit dada gue, liat," pria itu menunjuk memar besar di dadanya. "Sembarangan Lo nuduh orang mesum, dilempar barang lagi. Lagian kok yang Lo ambil air anget sih, es batu harusnya,"

"Heh, Mas! Udah ditolong juga, kok malah ngatur?"

Pria itu mendengus, "Gue bukan ngatur, gue cuman bilang yang bener. Oke, gue berterimakasih Lo udah nolong gue, meskipun akhirnya dilempar wadah sama air. Tapi gue bukan orang mesum, dan ngompres memar itu gak pake air anget. Tapi pake es, dibungkus kain atau handuk. Lo emangnya gak pernah nanganin orang luka-luka kayak gini apa?"

"Ya, udah, gue ambilin es batu, tunggu bentar," Sylvia pun pergi ke dapur untuk mengambil es batu, tak ketinggalan juga kotak obat.

Sementara pria itu, selama Sylvia pergi, ia mengambil kain yang tadi Sylvia lempar, lalu ia gunakan untuk mengelap air yang bercecer di lantai.

Dari penampilan kainnya pria itu sudah tahu kalau itu kain lap. Dan bisa-bisanya gadis itu mau mengompres memarnya menggunakan kain lap.

Sylvia tak lama kembali dari mengambil es batu dan kotak obat. Pria itu sendiri pas sekali baru selesai mengelap lantainya.

"Kok udah kering lantainya?" tanya Sylvia sembari meletakan apa yang ia bawa ke meja.

"Ya, udah gue lap," balas pria itu. "Gue kompres sendiri aja,"

"Kenapa?"

"Takut Lo gak bener,"

Pria itu mengambil kain berisi es batu yang Sylvia wadahi dengan piring. Ia kemudian menempelkannya di atas memar yang ada di dadanya.

Ringisan kecil keluar dari mulutnya.

"Kok, Mas gak jadi pingsan?" tanya Sylvia, yang sontak membuatnya dapat tatapan tajam dari pria itu.

"Berharap gue pingsan?"

"Gak gitu, Mas. Habis tadi Mas kan emang kayak udah mau pingsan, ehh... ternyata enggak," papar Sylvia.

"Ya, untung kan gue gak jadi pingsan,"

Sylvia mengangguk, "Mas, yang bakal tinggal di depan?"

"Iya, nama gue Hyunjin, salam kenal," ucapnya dingin.

"Sylviana," balas Sylvia.

Hyunjin hanya mengangguk sebagai tanggapan.

"Mas, bakal tinggal sendiri?" tanya Sylvia.

"Iya, kalau tinggal bareng keluarga, gak mungkin ngontrak di rumah kecil kayak gitu," balas Hyunjin, "Gue baru dapet kerjaan di daerah sini, makanya pindah,"

"Oohh... tapi saya tinggal bareng orang tua saya di sini, gak masalah kok, meskipun gak besar rumahnya,"

"Ya, itu kan Elo. Gue biasa tinggal di rumah besar,"

Perfect | Hhj ✔Where stories live. Discover now