41

1.8K 547 121
                                    

Hyunjin mendudukkan Sylvia di depannya, kemudian mengusap pipi gadis itu yang berlinangan air mata.

"Gue minta maaf," ucap Hyunjin, "Seharusnya gue juga gak munculin diri gue secara dadakan. Lo sekarang mungkin jadi benci sama gue, tapi... tolong maafin gue,"

"Yang waktu itu dikubur, jadinya siapa?" tanya Sylvia, seolah tidak mendengar permintaan maaf Hyunjin.

"Gak ada, gak ada yang dimakamin. Makanya Lo gak boleh liat pas proses pemakamannya," tutur Hyunjin.

Sylvia tertawa getir, "Jadi gue nangisin tanah kosong?"

Hyunjin menghela napas.

"Syl, gue gak tau harus gimana lagi," ucap Hyunjin putus asa.

Sylvia tidak menjawab, ia bangkit berdiri sembari menarik ke belakang rambutnya.

"Biarin gue sendiri dulu, gue butuh waktu buat nyerna semua ini," kata Sylvia.

"Oke," gumam Hyunjin.

Sylvia kemudian masuk ke dalam rumahnya, tanpa mengatakan apapun, meninggalkan Hyunjin sendirian di teras.

•••

Hyunjin duduk di pinggir ranjang, menatap gambar buatan Sylvia yang sudah berganti bingkai. Bingkai sebelumnya sudah pecah.

Ia jadi menyesal waktu itu membawanya, bingkai yang ia beli bersama Sylvia, jadi terpaksa dibuang. Beruntung gambarnya masih bagus.

Hyunjin menopang dagunya, dan memperhatikan kamar Sylvia dari jendela kamarnya.

Iya, ia kembali tinggal di rumah ini, dan sekarang bukan ia kontrak lagi, melainkan dibeli, menggunakan uang tabungannya sendiri. Padahal niatnya ia ingin membeli rumah di tempat lain yang lebih elit, tapi hanya karena seorang gadis, ia pun merubah pikirannya.

'Ya Tuhan, jangan jadiin pengorbanan aku sia-sia. Aku emang salah ya Tuhan, tolong ampuni aku,' batin Hyunjin, dengan bibir yang otomatis melengkung ke bawah.

Hyunjin kemudian menghempaskan tubuhnya di kasur, dan berguling-guling, sampai lelah, dan membuatnya mengantuk.

•••

Sylvia menggulung rambutnya, kemudian menyemprot parfum di pergelangan tangan serta lehernya.

Hari ini hari pertamanya keluar rumah, setelah lima hari mengurung diri di rumah.

Namun ia diam-diam sesekali akan memperhatikan Hyunjin lewat jendela kamarnya. Ia baru sadar, setelah beberapa kali memperhatikan, jalan Hyunjin masih pincang, dan kadang-kadang ia akan meringis kesakitan sembari memegang bahu atau perutnya, kalau bergerak tidak hati-hati.

Sejujurnya Sylvia sangat-sangat rindu, apa lagi melihat Hyunjin yang seperti itu. Tetapi ia benar-benar butuh waktu untuk menerima kejadian yang tidak terduga ini, ia juga butuh waktu untuk meredam rasa kecewa, amarah, serta sedihnya.

Berusaha menggantinya dengan rasa syukur dan bahagia, berusaha memberi dirinya sendiri pengertian pada kondisi Hyunjin yang terpaksa melakukan hal itu.

Sylvia menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya, sebelum akhirnya bergegas keluar dari kamarnya untuk lekas pergi ke kafe Minho.

Iya, hari ini ia mau ke kafe Minho. Sejak Minho menggunakan maskotnya, ia selalu mendapat kopi dan kue gratis dari Minho. Tidak mau menyia-nyiakan hal itu, Sylvia pun jadi sering bekerja di sana.

Perfect | Hhj ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ