26

2.3K 599 181
                                    

Sylvia duduk di depan meja yang berada di kamar Hyunjin, dan menggambar menggunakan binder bekas Hyunjin kuliah dan pulpen. Sementara Hyunjin sedang tidur dengan posisi menyamping menghadap ke arahnya.

Sylvia sesekali melirik Hyunjin, kemudian kembali menggambar. Ia menopang dagunya, sembari tersenyum kecil melihat hasil gambar wajah Hyunjin yang baru setengah jadi. Jujur, kalau bisa ia ingin selamanya menggambar wajah Hyunjin. Menggambar yang baru setiap harinya.

Menyimpan setiap momen wajahnya menggunakan gambar, menurutnya jauh lebih berarti dari pada foto.

Tapi ia merasa tidak akan bisa melakukannya. Hubungan apa yang bisa membuat mereka bisa terus bersama? Kalau hanya teman, tentu saja tidak bisa.

Kalau ia dan Hyunjin memiliki gender yang sama, meskipun status hanya teman, mungkin bisa.

Suatu saat mereka akan bertemu pasangan mereka masing-masing, meskipun ia tidak percaya diri untuk punya pasangan.

•••

Hyunjin terbangun karena mendengar suara dengkurannya sendiri. Ia mengerjapkan mata, sebelum bangkit duduk, kepalanya sudah tidak pusing, dan badannya juga sudah terasa lebih baik.

Saat ia menoleh ke samping, ia menemukan Sylvia terlelap di mejanya.

Hyunjin turun dari kasur, kemudian mendekati Sylvia. Ia menyentuh bahu gadis itu, lalu mengguncangnya pelan.

"Tan, bangun, Tan, jangan tidur di meja," ucap Hyunjin, namun tidak ada respon dari Sylvia.

Hyunjin melirik bindernya yang masih dalam posisi terbuka, dan dijadikan bantal oleh Sylvia. Ia menarik bindernya perlahan, kemudian tertegun melihat gambar wajahnya yang tengah tertidur di atas kertas bergaris.

Ia pikir Sylvia hanya pintar dalam menggambar digital, tapi ia ternyata juga bisa menggambar sketsa di kertas, bahkan menggunakan pulpen.

Suara lenguhan Sylvia, menyadarkan Hyunjin dari lamunannya. Ia langsung menurunkan binder yang menutupi wajahnya, kemudian memperhatikan Sylvia yang baru saja terbangun dari tidurnya.

"Om udah mendingan?" tanya Sylvia, sembari menatap Hyunjin dengan mata yang masih setengah tertutup.

"Iya, udah mendingan. Tapi coba cek suhu badan gue,"

Sylvia mengulurkan sebelah tangannya, dan menempelkan punggung tangannya di kening Hyunjin.

"Iya, udah gak sepanas tadi. Kalau gitu gue pulang ya sekarang?"

"Lo belum periksa lengan sama punggung gue, kali aja ada lebam,"

Sylvia terdiam, sembari menatap Hyunjin tanpa ekspresi. Ia mendadak jadi gugup sendiri.

"Periksanya gimana?" tanya Sylvia.

Hyunjin meletakan binder yang ia pegang ke atas meja, kemudian duduk di pinggir ranjang, dan membuka kaos hitamnya yang setengah basah karena keringat.

Sylvia sontak membuang muka. Ia rasanya ingin menendang wajah Hyunjin karena bersikap sesantai itu.

"Cepetan cek," ucap Hyunjin.

"Balik badan, munggungin gue," titah Sylvia.

Hyunjin menurut, ia mengangkat kedua kakinya ke atas kasur, kemudian berbalik badan dengan kaki bersilang.

"Udah," kata Hyunjin.

Sylvia bangkit dari kursi yang didudukinya, kemudian lekas mendekati Hyunjin. Sebenarnya dari jauh pun, sudah terlihat ada memar besar di punggung Hyunjin, disertai goresan-goresan kecil yang memerah.

Perfect | Hhj ✔Where stories live. Discover now