45. Jeniper

1.1K 72 23
                                    

~•°•~

BONCAHP LAGI YA ALLAH!!

Follow ig:

@reyputrawjy
@sinnta10
@_alyamhn
@bimamggla
@alvaro.snjy68
@angelaaa.mrkl
@_doniii.prsty69
@_kesyalazurdi
@xykrn_
@nurkrnia_

***

Sinta langsung melemparkan tubuhnya ke kasur kamarnya, menghela napas. Lelah, sekali. Ia benar-benar bertemu dengan Ibunda Rey, gugup sekali rasanya tadi. Walaupun ibunya baik, tetap saja Sinta merasa canggung dan gugup.

Sedang memejamkan mata, Sinta terganggu saat ponselnya berdering. Ia meraih benda itu, melihat beberapa notifikasi pesan di layar.

Rey

| Sin, masa Mama minta nomer kamu

Sontak Sinta langsung melotot, berguling untuk duduk.

Ha?! Terus di kasih? |


| Kasih lah, Mama tuh gak bisa di bantah

Ih!! Kok di kasih sih!! |

| Ya gak papa dong, minta nomer calon mantu
Read

Sinta tak lagi membalas pesan dari kekasihnya itu. Ia melempar ponselnya ke kasur, mendengus kesal.

"Nyebelin banget, kenapa di kasih sih?! " Gerutunya.

Bukan karena apa, Sinta belum siap saja saat Mama Ranti menghubunginya. Masih terlalu canggung baginya!

Gadis itu terdengar menghela napas, kembali merebahkan tubuhnya. Memejamkan mata, berniat untuk tidur. Namun niatnya terhenti tatkala suara ponsel kembali mengganggu.

Sinta mendesis tajam, meraih ponselnya tanpa merubah posisi. Satu panggilan telepon masuk, dari nomor tidak di kenal. Sinta berniat mengabaikannya, namun beberapa kali nomor itu kembali menelpon.

Dengan terpaksa Sinta menekan ikon hijau untuk mengangkat panggilan itu.

"Halo, siapa ya? "

Tak ada jawaban, orang di seberang sana masih diam.

"Halo? " Lagi-lagi tak ada suara.

Sinta berdecak kesal, "Kalo gak penting saya matiin! "

".... Lo nanggep ancaman gue candaan? "

Sontak Sinta membelak kaget, mendengar suara dari penelepon itu. Ia tak mampu lagi untuk menjawab ataupun bersuara, lidahnya terasa kelu.

"Gue harap lo mikir dua kali, jauhin Rey atau orang terdekat lo kena imbasnya. "

Pip

Sambungan terputus, Sinta masih diam membeku. Rasa takut kembali memenuhi pikirannya.

Ia harus bagaimana?

***

Kini keramaian terdengar dari tiga laki-laki bujang yang tengah asik bermain PS di kamar tidur tuan muda Rey. Kegiatan rutin mereka bertiga, seperti tak ada kegiatan lain.

Teriakan histeris Doni terdengar begitu memekik, ia tampak bahagia karena memenangkan permainan. Sedangkan Bima terlihat menghela kecewa, berdecak kesal.

"Yos!! Gue menang lagi, seratus ribu....! " Doni sambil menggoyangkan pinggulnya. Gila memang.

Rey dan Bima berdecak, tangan Bima terulur memukul pantat anak itu.

PLAK! 

"Anjir main tabok aja lo! Mana kenceng lagi, " kata Doni sambil mengusap pantatnya yang terasa perih.

Bima seperti kelewat kencang memukulnya.

Sedangkan Rey dan Bima terkekeh kecil. Kemudian Rey beranjak menuju nakas, mengambil dompetnya yang tebal. Doni yang melihat itu langsung tersenyum senang, berlari menghampiri Rey. Ia menodongkan tangannya, meminta uang.

"Yaelah liat duit ijo mata lo! " Celetuk Bima.

Doni berbalik, menatap Bima dengan kesan remeh. "Jangan iri~ jangan iri~, jangan iri dengki! "  Cercanya.

Lemes sekali mulut laki-laki itu.

Rey berdecak, meletakkan uang seratus ribu di jidat Doni. Tidak meletakkan, lebih tepatnya menepuk dengan keras. "Diem udah, ntar Mak gue bangun bege! "

Doni yang tadinya ingin melempar protes diurungkan niatnya tatkala uang seratus ribu telah berada di tangannya. "Asek..! Mayan nih buat beli jeniper, " ujar Doni senang.

"Mana cukup nyewa cewek seratus ribu, kelewat murahan kalo beneran ada. " Sahut Rey sinis.

Lalu lagi-lagi terkekeh bersama Bima. "Don, lo kan mau di nikahin sama Angela, kagak usah banyak tingkah dah lo nyewa-nyewa cewek segala. Ketauan Babap di marahin loh. " Bima ikut menjawab. Sekaligus mencerca.

Sedangkan Doni menghela napas panjang, berdecak, "Otak lo pada aja yang isinya hal negatif mulu, jeniper tuh es jeruk nipis anjir,

Jeniper, jeruk nipis peras! Jangan suka suudzon deh, gak baik kata Pak Eko. " Ujar Doni panjang lebar.

"Emang lo tau Pak Eko guru pelajaran apa? " Tanya Bima.

Terlihat Doni berdecak, "Ini anak, lo pikir gue gak tau? Gue anak rajin, sering masuk kelas gak pernah bolos. Tidak seperti tuan muda Rey yang terhormat itu. "

Rey yang namanya di bawa-bawa pun hanya memutar bola matanya malas. Tak ingin meladeni Doni yang sedang setengah sinting itu.

"Guru Agama Islam kan? " Jawab Doni dengan percaya diri, yakin sepenuh hati.

Setelah itu Rey dan Bima langsung tertawa terbahak-bahak, membuat Doni mengerenyit bingung. "Bener kan? "

Rey dan Bima masih setia tertawa, Bima sampai memegangi perutnya. Rey mengusap air mata yang keluar akibat tertawa, "PD banget lo bilang lebih rajin dari gue, masuk doang, merhatiin kagak! "

"Emang Pak Eko guru apaan? " Tanya Doni heran.

"Gak ada yang namanya Pak Eko goblok di sekolah kita, guru mana anjir..? " 

Rey dan Bima makin menjadi, tertawa terbahak-bahak tak tahu waktu. Ini sudah pukul dua pagi, dan bukankah Rey tadi menyuruh Doni untuk diam karena ibunya di rumah? Apa dia lupa?

Sedang mengatur napasnya dan mencoba untuk berhenti tertawa, Rey dibuat mengerenyit tatkala nama seseorang terpampang di layar ponselnya.

Ia tampak terheran-heran, lalu dengan ragu ia mengangkat panggilan itu.

"Iya, halo Om? "

"Halo Rey, ini Om Zidan... "

***

Huhu huhu...
Ini Om Zidan paling baik kenapa nelpon Rey malem-malem gitu yakkk

Ada apakah gerangan???

~•°•~

Playboy Ketemu Pawangnya!!!Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora