63. Selesai

326 12 2
                                    

~•°•~

Follow ig:

@reyputrawjy
@sinnta10
@_alyamhn
@bimamggla
@alvaro.snjy68
@angelaaa.mrkl
@_doniii.prsty69
@_kesyalazurdi
@xykrn_
@nurkrnia_

***

Alvaro tampak mengenaskan dengan wajah babak belur yang mana luka lebam terlihat hampir di setiap wajahnya, sudut bibirnya juga tampak mengeluarkan sedikit darah. Dia benar-benar tak melakukan perlawanan apapun saat Rey menghajarnya atau memakinya, cowok itu hanya diam dan menerima itu.

Mungkin ia rasa itu ganjaran yang tepat baginya.

Kini Alvaro masih berada di apartemennya, ia tinggal di sana lebih tepatnya. Setelah kematian sang ibunda dan penangkapan ayahnya, Alvaro memutuskan untuk tinggal di apartemen yang dua tahun lalu diberikan sang kakek sebagai hadiah kemenangannya di olimpiade matematika.

Cowok itu tak berniat mengobati luka lebamnya, dia tampak melamun sambil memegangi sebuah tabung bertuliskan ‘Future hope’ yang mengitari tubuh tabung itu. Itu terlihat seperti kapsul harapan, atau secara istilah kumpulan harapan yang dipersiapkan untuk kehidupan masa depan.

"Lily, lo udah enak, kan tinggal di sana? " Kata Alvaro dengan senyuman getir. Ia kemudian menundukkan kepala, "Gue di sini masih sengsara Li, rasanya berat banget. "

Air matanya luruh, jatuh di atas benda tabung itu. Alvaro terisak, "Gue capek Li, capek... Banget! Pengen istirahat. "

Alvaro berbicara dengan benda itu, berbicara pada seseorang yang juga ikut memasukkan harapan didalam kapsul harapan itu. Alvaro tampak begitu rapuh, sosok kuat yang selama ini berdiri kokoh saat terterpa badai masalah kini telah lelah, dan waktunya ia beristirahat.

"Gue boleh nyerah ya? Capek banget hidup kaya gini. "

Kita juga harus memanusiakan diri kita sendiri. Kita bukan robot, bukan mesin yang tak kenal kata lelah, dan rasa sedih. Kita hanyalah manusia berhati lunak, yang mudah tergores dengan serpihan-serpihan kecil. Kita hanya manusia berjiwa lemah, yang mampu merasa lelah dan butuh waktu untuk istirahat.

Kita sering lupa untuk memanusiakan diri kita sendiri karena terlalu sibuk memanusiakan manusia lainnya.

***

Pukul empat sore hari ini, hujan mengguyur perkotaan selama satu jam sebelumnya, kini hanya menyisakan gerimis saja. Sebuah mobil warna merah berhenti di gedung parkir apartemen, Angela keluar dari mobil itu.

Gadis itu tampak terburu-buru sambil mengutak-atik ponselnya. Dia menekan beberapa digit angka di benda itu, lalu menempelkannya pada telinga, menelepon seseorang.

Sambil terus berjalan ia sambil menunggu panggilan di jawab oleh orang yang ia hubungi. Namun tak ada jawaban, mengundang decak kesal darinya.

Angela lebih mempercepat langkah kakinya, menuju unit yang ia tuju.

Di dalam lift pun gadis itu tetap mencoba menghubungi orang yang sama, ia mulai cemas, mondar-mandir di dalam lift yang tak ada orang selain dirinya. Lagi-lagi terjadi hal yang sama, gadis itu terdengar kembali berdecak.

"Angkat dong Al..! "  Angela kembali menghubungi. Namun tak ada yang berbeda.

Sampai lift terbuka, ia sampai di lantai yang ia tuju. Angela melangkahkan kakinya dengan cepat, rasa cemas akan hal buruk yang ia pikirkan membuatnya ingin memastikan bahwa semua baik-baik saja.

Playboy Ketemu Pawangnya!!!Where stories live. Discover now