64. Kehilangan Dan Merasa Bersalah

387 13 0
                                    

~•°•~

Follow ig:

@reyputrawjy
@sinnta10
@_alyamhn
@bimamggla
@alvaro.snjy68
@angelaaa.mrkl
@_doniii.prsty69
@_kesyalazurdi
@xykrn_
@nurkrnia_

***


Rey dan Sinta berlari menyusuri koridor rumah sakit, beberapa kali Rey menabrak orang lain karena tak memperhatikan langkahnya. Cowok itu panik setengah mati, mendengar Alvaro bunuh diri tubuhnya serasa tersambar petir. Tak dapat Rey percaya jika Alvaro akan mati dengan cara seperti ini.

Mereka berdua terus berlari, sampai di sana melihat sekumpulan remaja dan beberapa orang asing di depan ruangan. Rey dan Sinta berlari menghampirinya.

Tak menyapa atau bagaimana, Rey langsung menarik baju Doni kasar, "Kasih tau gue kalo lo bohong,'kan Don?! Lo bercanda,'kan bangsat!! " Cowok itu langsung menodong dengan pertanyaan. Sedangkan Doni tak bereaksi banyak, hanya menatap Rey dengan berlinang air mata.

Kedua mata cowok itu tampak merah dan berair, ia masih tak percaya akan kenyataan ini. Bahwa Alvaro kini telah tiada.

"Rey udah Rey, kamu gak boleh kaya gini. " Sinta mencoba menarik tangan Rey, mencoba menenangkannya.

"Rey, gue tau lo belum percaya, tapi ini kenyataannya Rey! Alvaro overdosis obat penenang! " Ucap Bima.

Pertahanan Rey hancur, tubuh cowok itu langsung melorot, ia menangis. Hubungannya dengan Alvaro memang sedang buruk, akan tetapi Rey tak pernah memutus tali persahabatan mereka. Tali yang mereka ikat sejak masih kecil, saling menemani setiap fase kehidupan, tak mungkin dengan mudah Rey memutus tali persahabatan mereka.

Selama ini mereka tetap sahabat.

Sinta hanya dapat menghela napas berat, ia maklum dengan sikap Rey kali ini. Kemudian tatapan Sinta beralih kepada Angela yang duduk di bangku sana duduk bersama Alya dan Kesya. Terlihat tatapannya kosong.

Gadis itu pun memutuskan untuk menghampirinya, Angela sama terpukulnya dengan Rey. Sinta sadar akan perasaan Angela kepada Alvaro beberapa hari terakhir ini. Sinta duduk di sampingnya, mengusap pundak gadis itu menguatkan. "Yang sabar ya, La. "

Angela tak bergeming, gadis itu masih saja menatap kosong ke arah depan.

Ketiga temannya hanya mampu menghela napas, Angela benar-benar yang paling terpukul. Gadis itu yang beberapa hari terakhir sering bersama Alvaro, menemaninya sejak kepergian Karin—ibunda Alvaro. Oleh karena itu Sinta paham, terlebih Sinta tahu jika adik sepupunya itu memiliki rasa dengan Alvaro.

Angela menaruh hati terhadap Alvaro.

Sinta tahu juga baru-baru ini, dan ini hanya persepsinya saja. Melihat dari pandangan Angela pada Alvaro yang tampak berbeda, tingkah Angela yang tiba-tiba berubah saat bertemu dengan cowok itu. Sinta menyimpulkan jika Angela menyimpan rasa.

Pintu yang terbuka mengalihkan perhatian sejumlah remaja itu, dua pria dengan kartu identitas yang tergantung di dada sebelah kiri mereka tampak keluar dari kamar jenazah.

"Kalian ini... Teman-temannya korban? " Tanya salah satu pria itu.

Mereka hanya mengangguk mengiyakan.

"Em... Apa ada keluarga atau kerabat dekat dari korban? Kami ingin melaporkan hasil pemeriksaan. " Ujar polisi itu.

Bima melirik Rey yang tak bereaksi, entah kenapa anak itu. Kemudian Bima tampak menghela napas berat, "Tidak ada orang terdekat yang bisa kami hubungi Pak, ayahnya saat ini mendekam di penjara sedangkan ibunya telah tiada. Jadi hanya kami orang terdekatnya, kami teman baiknya. " Jelas Bima.

Playboy Ketemu Pawangnya!!!Where stories live. Discover now