15 | Warm Water

Mulai dari awal
                                    

"Bulan depan aku pergi ke Washington. Itu berarti, sekitar dua minggu dari sekarang. Semoga tidak ditunda lagi." Georgia meletakkan mangkuk sisa masker ke atas nakas. "Mr. Bayer tersayang, kau punya waktu lima belas sampai dua puluh menit untuk diam."

Selama menunggu masker di wajah Nathan kering, Georgia menyibukkan diri untuk bermain ponsel. Banyak pesan yang masuk ke ponselnya. Sejak ia tiba di apartemen Nathan, Georgia sengaja menjauhkan diri dari ponsel. Memang sejak dulu selalu seperti itu. Nathan juga melakukan hal yang sama.

Saat ini Georgia ingin sekali tertawa, mendapati sebuah unggahan baru dari akun Instagram Adam. Ini merupakan hal langka, mengingat unggahan terakhir Adam terjadi sekitar satu tahun lalu. Laki-laki itu serius mengakui kekalahannya. Beberapa hari lalu mereka sengaja bertaruh, menebak skor pertandingan. Sayangnya Adam kalah dan membuatnya harus kembali aktif di Instagram.

Closer to the sun when I'm with you.

Foto dengan caption yang Adam pilih benar-benar cocok. Foto itu diambil satu hari sebelum taruhan terjadi. Wajah Adam tampak cerah—lebih ke arah silau, terkena sorot matahari. Ekspresinya juga tampak kesal karena Georgia tiada henti mengambil fotonya secara diam-diam.

Mengingat-ingat hari itu membuat jantung Georgia kembali berdebar. Ia merasa seperti ada sebuah tarikan kuat hanya karena melihat foto Adam. Segala tindakan yang sebenarnya biasa saja, mendadak terasa spesial bagi Georgia.

Suatu hari Georgia pernah sengaja menguji seberapa kuat debaran jantungnya. Ia meminta Adam untuk terus mengenggam tangannya selama berada di festival, dengan alibi agar tidak terpisah. Tidak hanya jantungnya yang bekerja lebih cepat, fokus Georgia juga mendadak sering hilang. Sebelum hari itu terjadi, setiap Adam menggenggam tangannya Georgia tak pernah merasakan apa pun. Namun kali ini berbeda, semuanya berubah.

Nathaniel Bayer : Kenapa tersenyum?

Georgia Smith : Tentu ada sesuatu yang layak untuk mendapat senyumku.

Nathaniel Bayer : Ini tidak adil. Aku juga ingin tahu.

Georgia Smith : Tidak bisa. Maskermu akan retak. Jika itu terjadi aku akan marah.

Nathaniel Bayer : Menyedihkan sekali.

"Kau benar, rasanya jauh lebih baik," ujar Nathan setelah membasuh wajah.

Georgia tersenyum tipis, alisnya bergerak naik turun karena ucapannya terbukti. Masih fokus dengan ponsel, Georgia merasakan beban ranjang kembali bertambah, Nathan sudah merebahkan diri di sebelahnya.

"Minggu depan aku punya acara premier film," celetuk Nathan.

Mendengar ada keanehan di ucapan Nathan, Georgia buru-buru meletakkan ponselnya. Kedua matanya mengarah tajam, sekaligus menyipit. "Premier?"

"Ya, premier seperti biasa. Mungkin—"

"Nate." Georgia sengaja menyela kalimat Nathan. "Kita sudah bahas ini sebelumnya."

Posisi Nathan berubah duduk. Laki-laki itu menggenggam kedua tangan Georgia erat. Sorot matanya menampilkan kecemasan. Namun nahas, Georgia tidak menyadari hal itu karena sudah terlanjur kesal.

"Gia, ini bukan seperti yang kau pikirkan. Aku hanya—"

"Bukan seperti yang kupikirkan? Lalu apa?" Lagi-lagi Georgia memotong ucapan Nathan. Ia terlalu kesal, sampai harus mengusap wajahnya kasar. "Sudah kukatakan berulang kali, aku tidak bisa Nathan, aku juga belum siap. Apa jadinya jika kau tiba-tiba membawaku ke sana?

"Gia, dengarkan—"

"Coba pahami perasaanku, Nathan. Bayangkan—"

"Georgia!"

Ocean Eyes (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang