8. Anything for My Ane

Start from the beginning
                                        

"Hiperbola kamu. Yaudah, udah beres kan? Saya ini pusing, Ne. Edgar jadi gila kerja. Laporan-laporan dari dia datangnya cepat banget. Belum lagi minta rapat terus. Saya yang pusing," ujarnya mencurahkan keluh kesahnya padaku.

"Mas, tapi itu kan di luar kehendak saya," ujarku.

"Saya tahu. Tapi kamu penyebab Edgar jadi begitu. Saya jadi kepikiran untuk buat aturan tidak boleh menjalin hubungan asmara dengan sesama rekan kerja," katanya.

"Mas Bagas kepikiran begitu bukan karena habis patah hati juga kan?" godaku. Bagaimana tidak, gosip yang kuketahui adalah ia menjalin hubungan dengan Kirana, salah satu news anchor program berita di Next. Tapi justru Kirana mengumumkan pertunangannya dengan Garin Rahadian, aktor kebanggaan tanah air.

Mas Bagas tertawa masam. "Siapa yang patah hati, sih? Saya patah hati kalau Carissa punya pacar," jawabnya. Carissa adalah nama putri semata wayang Mas Bagas.

"Iyadeh, Mas. Tenang, masih banyak ikan di laut," kataku yang menuai kekehan darinya.

"Ane, kalau kamu bisa meng-handle HR sampai 4 bulan lagi, saya mau promosikan kamu jadi GM HR. April sebentar lagi selesai cuti, kan? Kamu masih sanggup?" ujarnya tiba-tiba yang membuatku kaget.

"M—maksud Mas Bagas, division head?" tanyaku terbata.

Mas Bagas menggelengkan kepalanya. Disesapnya kopi susu yang ada di mejanya sebelum memberikan penjelasan padaku. "Saya mau buat bagian baru. Kalau division head, kamu harus bertanggung jawab pada direktur. Sementara, garis struktur HR ada di bawah saya langsung.

"Rencana saya, nanti di bawah saya ada General Manager of Human Resource, yang dijabat oleh kamu. Di bawah kamu nanti baru ada April dan HR external department head. Mereka akan bertanggung jawab langsung ke kamu. Jadi kamu yang nanti langsung berhubungan dengan saya.

"Sebenarnya rencana ini udah agak lama, Ne. Makanya saya nggak ingin rekrut division head. Saya mau buat kamu latihan memegang kendali HR. Nyatanya, udah 5 bulan kamu jadi HR external department head ditambah hampir 3 bulan kamu merangkap jadi temporary HR internal department head, kamu bisa menjalaninya dengan memuaskan. Saya suka kinerja kamu," ujarnya.

Aku terkejut mendengarnya, antara tidak percaya dan tersanjung atas kepercayaan Mas Bagas padaku.

"Mas, tapi saya masih muda dan baru 8 bulan jadi department head loh," kataku.

"Kenapa kalau kamu masih muda? Kamu minder dengan direktur-direktur kita yang lebih tua dari kamu? Di Next itu egaliter, saya nggak pentingin usia, yang penting otak dan kemampuan. Toh saya baru akan promosiin kamu kalau sudah 1 tahun jadi department head. Nggak perlu waktu lebih lama lagi untuk membuktikan kamu layak jadi general manager."

Perkataan Mas Bagas itu seakan menambah kepercayaan diriku. Ada rasa bangga dan excited tidak sabar menerima promosi yang begitu prestisius untuk usiaku sekarang. Seorang perempuan yang belum genap 28 tahun akan menjadi general manager di perusahaan pertelevisian besar sekelas Next.

***

G.O.D.: Ne? Kelar jam berapa?

Sebuah pesan dari Genta kuterima saat kusadari sekarang sudah hampir pukul 7 malam. Aku yang masih berkutat dengan tumpukan pekerjaanku baru menyadari tawaran Genta pagi tadi.

"Mampus gue," umpatku sebelum menelepon pria itu.

"Gentaa, maaf. Gue baru ngeh udah jam segini," ujarku.

"Iyaa. Udah kelar belum lo?"

"Belum sih, tapi bisa gue lanjut di rumah. Lo di mana? Udah jalan balik belum?" tanyaku.

"Gue di parkiran Next. Buruan kalau mau nebeng," ujarnya.

"GUE NEBENG! TUNGGU GUE YA," ujarku girang sebelum mengakhiri panggilan. Segera kututup laptopku. Tak butuh waktu lama untuk mengemasi barang-barangku. Dan dengan kecepatan kilat, aku segera berlari ke mesin presensi otomatis untuk lapor pulang.

"Pulang duluan ya. Jangan pada lembur," pamitku pada Gita, Vera, dan beberapa tim HR internal yang masih berkutat pada pekerjaannya.

"Iya Mbak Ane. Hati-hati ya," respons mereka dengan wajah letih yang iri karena aku akan pulang lebih dulu.

Pulang pukul 7 membuatku tak perlu mengantre lift. Aku juga senang pulang pukul 7, terkadang aku bisa satu lift dengan artis yang baru selesai shooting program talkshow di gedung Next. Meski mereka tidak mengenalku, jujur saja, dengan satu lift dengan mereka aku sudah senang. Apalagi kalau artisnya ramah, mereka akan menyapaku.

Ting.

Suara lift menyadarkanku dari lamunan. Pintu lift terbuka dan membuatku sedikit terkejut kala menemukan Edgar seorang diri di dalam lift.

"Gar," sapaku sopan saat memasuki lift. Pria tampan itu hanya menjawab hai saja. Tidak masalah.

G.O.D.: Gue di basement A12

Membaca pesan Genta membuatku tidak memencet tombol G pada lift yang berarti lantai dasar di mana lobby berada. Saat aku masuk lift—dan pasti Edgar yang memencetnya—tombol B1 atau basement 1 sudah menyala. Parkir kendaraan memang ada di basement.

Mungkin Edgar merasa aneh karena aku tak memencet tombol G, di mana biasanya aku naik turun lift dari lobby. Edgar memicingkan matanya padaku.

"Maksudnya minta dipencetin?" tanyanya saat lift sudah hampir lantai G.

"Ng—nggak kok. Emang turun di B," kataku yang membuatnya kikuk. Dasar sotoy.

Ting.

Lift terbuka tepat di lantai B1. Aku dan Edgar melangkah keluar lift. Kami berjalan beriringan dalam diam menuju lokasi parkir.

"Bawa mobil?" tanyanya.

"Enggak. Dijemput Genta," jawabku yang telah menemukan Volvo Genta bertengger manis di A12. "Duluan," lanjutku.

"Wow. Okay hati-hati," ujarnya saat aku berbelok. Aku tak membalasnya dan segera masuk ke mobil Genta.

"Turun bareng Edgar?" tanya Genta yang melihatku dan Edgar berjalan bersama.

"Ketemuan di lift. Udah yuk," jawabku sembari mengaitkan seatbelt.

"Mau mampir makan nggak?" tanya Genta yang mulai mengemudikan mobilnya.

"Mau dong! Taichan Senayan yuk," ajakku langsung.

"Anything for my wife," jawab Genta dengan cengiran.

"Halah," kataku sambil menyikut bahu kirinya.

***

Hai-hai! Gimana sejauh ini ceritanya? Jadi aku membuat alur cerita ini nggak terburu-buru, semua mengalir apa adanya dan realistis aja. Untuk yang ngebet pingin romantic scene Genta-Ane, mohon bersabar yaa. Pasti akan ada namun perlahan-lahan :D

Next update kalau udah di atas 200 votes yaa :P Hihi love you, guys!

Oh ya, tentang gambaran associate itu aku nggak ngarang. Karena jujur aja, aku sering menjadikan advokat sebagai pekerjaan di tokoh ceritaku karena orang terdekatku bekerja di bidang itu. Jadi untuk risetnya lebih mudah dan akurat hihi. Tapi maaf yaa kalau ada kekeliruannya. Boleh banget dikoreksi. Terimikici!

The Only Exception [END]Where stories live. Discover now