H.E.R

565 44 3
                                    

      Sudah seminggu sejak Harla memulai magangnya di bawah bimbingan Gika, dan selama itu pula dia tak henti-hentinya membuat Gika berdecak kagum. Pak Evan memang tidak salah memilih orang, dan Gika tak lagi merasa keberatan untuk membimbing Harla, malah itu akan menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan baginya. Harla adalah tipe orang yang langsung mengerti walau baru sekali diajari dan tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Mungkin faktor ini menjadi alasan mengapa Harla menjadi salah satu mahasiswa terbaik di kampusnya. Dan Gika juga tidak akan keberatan jika pada akhirnya Harla diterima bekerja diperusahaannya, karena perusahaannya memang membutuhkan orang seperti Harla yang cepat tanggap.

 Malam ini, disinilah Gika berada.

  "Harlanya dibantu buat turun, Fif." Itu suara Tante Sharon, Mamanya Harla. Hari ini, penyakit Harla semakin parah walau beberapa hari yang lalu sudah membaik. Sopir Harla pergi ke bengkel karena mobilnya bermasalah, dan jadilah Harla yang pulang bersama dengan Gika. Awalnya, Harla bersikeras untuk pulang naik taksi karena ia juga harus latihan, tetapi keras kepala  Harla dibalas dengan kegigihan Gika. Ia menggendong Harla ke mobilnya, agar wanita muda itu tak merealisasikan keinginannya itu. Mana mungkin Gika membiarkan Harla yang sangat menderita itu pergi lagi ke tempat lain selain pulang kerumah? Tolong jangan berharap! 

   Berhasil membawa Harla pulang, Gika mendapat tawaran makan malam bersama dari ayah-nya Harla, jangan berfikir bahwa Gika menolaknya. Dia bahkan sangat bersemangat! 

Kapan lagi coba mendapatkan makan malam gratis seperti ini? Umur boleh tua, jabatan dan gaji boleh tinggi, tapi yang namanya gratisan itu tidak boleh dilewatkan. 

   "Pak Gika ngapain disini?" Harla menanyainya ketus, hufft.. wanita muda itu tampak masih kesal dengan tindakan impulsif Gika tadi sore.

   "Numpang makan di rumah kamu, boleh kan?" 

   "Emang nggak punya makanan sendiri, apa?" Tanya Harla sinis.

   "Ya kalau ada, nggak mungkin saya ada di sini sekarang, Har." Katanya, masih jelas terlihat dimata Gika kemurkaan Harla ketika ia memaksa wanita muda itu masuk ke dalam mobilnya tadi sore.

 Udah nggak terbayang teriakannya gimana, berasa lagi diculik om-om! ya, tapi kan Gika itu emang om-om yak?

  "Kenapa,sih, Har? dari tadi jutek terus? jangan mancing keributan deh." Peringat Tante Sharon. 

  Harla hanya membalasnya dengan sebuah tarikan nafas. 

   "Do'a dulu, yuk." Kata Om Arbi, ayah dari Harla. Gika melipat tangannya dan menutup matanya untuk berdoa, Ayah Harla memimpin Do'a. Setelah mereka selesai berdo'a, Tante Sharon sibuk menyendok nasi ke piring-piring, dan yang sudah menerima piring boleh menambahkan lauk-pauk kedalamnya. 

  "Boros banget, sih, makanannya banyak yang sisa. Kalau nggak habis, tadi jangan diambil banyak, dong, Pak." Gika hanya meringis mendengar omelan Harla, ya mau gimana lagi? laper mata, sih. 

  "Har, nggak sopan ngomong  gitu sama yang lebih tua, apalagi Gika itu atasan kamu." tegur Om Arbi, Harla ini memang mirip bom, suka meledak sewaktu-waktu. 

  "Terus, emang ngatain aku itu ART Mama,  sopan?" kata Harla yang membuat Gika gelagapan, jadi itu alasan wanita itu galak kepadanya?

  "Saya kan cuma nanya, Har." Gika membela diri.

  "Alah, nggak usah sok sensi, lo. Lo sendiri yang bikin orang-orang mikir hal yang sama, jangan marah sama Kak Gika-nya dong." Harfif ikut memojokkan Harla.

 "ART-nya Vidan aja dikirain kakaknya  karena pas kerja pake celana jeans pendek, pokoknya modis banget. Berbanding terbalik sama lo, yang pakaiannya kucel semua." lanjut Harfif lagi.

Tetangga 5 Langkah (Revisi On Going)Where stories live. Discover now