A Book in Memory

283 25 2
                                    

 Harla menolak tawaran yang diberikan oleh perusahaan agar tetap bekerja disana, dia sudah mendiskusikan ini kepada orangtuanya dan juga Pak Gika sebagai atasannya, mereka setuju dengan keputusan Harla karena mereka mengerti dengan alasan Harla. Hari ini hari terakhir Harla bekerja, divisi keuangan membuat pesta perpisahan kecil-kecilan. 

  "Terimakasih karena telah menerima dan membimbing saya selama ini." Harla menutup pidato singkatnya dengan kata-kata tersebut, setelah selesai mengucap sepatah kata, mereka menikmati makan malam yang disediakan oleh Pak Gika, ya, memang untuk hari ini Pak Gika dengan sukarela mentraktir mereka makan malam disebuah restoran dimana acara perpisahan tersebut diadakan. 

   "Kita pasti akan kangen sama kamu, Har." seorang pegawai berkata begitu, tapi Harla jelas tahu bahwa itu hanya basa-basi, Harla bahkan tidak mengetahui nama orang tersebut. 

   "Aku juga pasti akan kangen kalian, kok." balas Harla turut berbasa-basi.

  Sorry, tapi gue nggak kenal lu!

   "Har, udah selesai, kan? Yok pulang." Pak Gika tiba-tiba saja mengajaknya pulang padahal makanan pria itu baru habis setengah, Harla memang baru selesai makan tapi dia tidak menyangka bahwa Pak Gika akan mengajaknya pulang segera. Harla merapikan bawaannya untuk bersiap pulang, teman-temannya memeluknya satu persatu sebagai tanda perpisahan.

   "Bisa kali jalan-jalan bareng kita sesekali," kata Chia, Harla memeluk Chia dengan sangat erat. Chia adalah orang pertama dikantor yang mendekatinya, wajar kalau Chia punya tempat spesial dihati Harla. 

   "Nanti deh abis gue pulang dari Nias kita jalan seharian, ya." balas Harla, 

   "Balas chat gue, jangan cuma diread." pesan Deon, 

   "Kalau nggak penting ngapain gue bales?" respon Harla membuat Deon memberengut,

   "Nggak asyk!!" katanya, Harla tersenyum karena balasan Deon tersebut. 

   "Baik-baik di Nias ya lo. Kalau nggak sanggup, balik aja. Kantor masih nerima kalau lo mau KKN dikantor." Nasihat Shilla. 

  "Siap bu!" kata Harla menanggapi. Setelahnya, Harla dan Pak Gika benar-benar pulang. 

  "Kerumah orangtua saya dulu ya, Har. Papa sama Mama baru pulang tadi sore, mau ketemu bentar." ajak Pak Gika, Harla melirik kearah jam tangannya, masih jam 8 ternyata, acara perpisahannya hanya sebentar rupanya. 

  "Baik, Pak." Katanya menyanggupi, Pak Gika mengarahkan mobilnya kearah yang berlawanan dengan arah kantor, tapi 15 menit kemudian mereka sudah tiba didepan sebuah rumah berpagar tinggi. 

  "Turun dulu, yuk, Har. Nggak mungkin kan kamu nungguin saya disini?" ajak Pak Gika ketika Harla tampak tidak melepaskan seatbeltnya. Mendengar itu, Harla jadi khawatir sendiri. 

  Berasa ketemu calon mertua dong deg-degannya. 

   "Saya disini aja deh, Pak." tolak Harla. 

   "Ya mau ngapain disini? nggak ngapa-ngapain kan? ikut aja," ajak Pak Gika sekali lagi, sudah Harla bilang, semakin hari dia semakin tak bisa mendebat Pak Gika makanya dengan ogah-ogahan dia membuka seatbelt nya dan keluar dari mobil. 

  Udah bucin dia tuh! 

   Harla mengikuti langkah Pak Gika menuju rumah bergerbang tinggi itu, ketika ia memasuki halaman rumah, ia semakin gelisah. Pak Gika sepertinya menyadari hal tersebut, tanpa diduga-duga ia menarik tangan Harla untuk mengikutinya.

  Kalau nggak ditarik, nggak masuk-masuk dah mereka. 

  "Woahh, anak kesayangan Mama akhirnya datang juga! Kangen Mama, tuh." teriakan lebay dari seorang wanita paruhbaya menyambut kedatangan mereka. Pak Gika melepaskan tangan Harla ketika melihat Mama beliau menghampiri mereka, 

Tetangga 5 Langkah (Revisi On Going)Where stories live. Discover now