Wannabe

866 63 9
                                    


"Kok lampu lo masih nyala aja? Udah larut banget ini malem, besok lo nggak kuliah?" Harfif menghampiri Harla yang sedang mencetak proposalnya menggunakan printer. 

"Ngerjain proposal magang, si Pak Evan ngeselin. Pake acara daftarin gue segala." Adunya.

"Emang nggak bisa ditunda lagi?" Harfif kini membantu Harla menyusun lembaran kertas proposal yang sudah selesai diprint.

"Gue nggak niatan ikut, makanya proposalnya nggak gue bikin-bikin. Eh si Pak Evan daftarin nama gue, otomatis gue harus bikin proposal dimana deadline nya itu besok." Kata Harla dengan kesal.

"Eh, proposal macam apaan ini? Kok bentukan dan isinya begini?" Tanya Harfif ketika membaca proposal Harla.

"Kaya' bukan lo aja dah, Har." Katanya lagi.

"Kan gue udah bilang, gue nggak niat ikutan. Biar gue nggak terpilih ya gue asal-asalan lah ngerjainnya." Jawab Harla yang membuat Harfif geleng-geleng kepala, ketika lembar proposal terakhir keluar dari printer, Harfif dengan senang hati membantu Harla untuk menjilidnya.

"Tapi lo sadar nggak sih kalau Pak Evan selalu ngasih perhatian lebih ke lo?" Celetuk Harfif tiba-tiba.

"Perhatian lebih apaan? Nyusahin iya." Kata Harla.

"Perhatian tuh bukan sekedar berbaik hati sama lo, Har. Tapi dia tau segalanya tentang lo juga termasuk bentuk perhatian, buktinya dia tau kan kalo lo nggak niatan daftar program magang itu. Artinya dia memahami lo dengan baik, Har. Bukan cuma sekali ini loh dia begitu sama lo. Jangan-jangan nih ya, besok, proposal lo diganti juga sama dia." Kata Harfif panjang lebar menjelaskan teorinya.

"Nggak usah ngada-ngada dah. Sembarangan ngomong bisa masuk penjara loh," kata Harla menyangkal ucapan Harfif.

"Kalau sampai proposal amburadul lo ini lolos, lo inget kata gue ya, Har. Pak Evan itu bukan cuma nganggep lo Mahasiswinya doang, ada yang lain dari itu. Gue cowok, jadi gue paham perasaan cowok lainnya." Kata Harfif yakin.

"Lo bisa peka ya sama perasaan cowok lain, tapi lo nggak peka sama perasaan cewek yang suka sama lo." Balas Harla sengit.

"Dih, kenapa malah bawa-bawa gue dah?" Harfif tidak terima.

"Lupain aja, lo nggak bakal paham. By the way, thanks udah bantuin. Gue mau istirahat nih." Harla mengusir Harfif secara halus.

"Iye, iye. Gue keluar." Harfif berjalan keluar dari kamar Harla. Setelahnya, Harla mengunci pintu kamarnya.

Hah? Cinta?

Apa itu cinta?

☆▪︎☆▪︎☆▪︎☆

Pria itu tersenyum membaca lembaran proposal pengajuan magang yang sedang berada ditangannya.

Mau bilang apa kakaknya kalau tahu dia mengajukan mahasiswi dengan proposal pengajuan magang yang amburadul begini  di perusahaannya?

Dia memasukkan proposal itu ke laci mejanya dan menggantinya dengan proposal ya ia siapkan.

Sungguh pria ini tak tahu apa yang sedang ia lakukan

Evan Srinarendra, pria berusia 31 tahun yang bekerja sebagai dosen di salah satu kampus swasta ternama di Jakarta. Sebenarnya dia adalah salah satu pewaris perusahaan 'A-Z', dan ada beberapa kesempatan yang mengharuskannya berperan demikian. Lalu mengapa dia memilih menjadi dosen? Alasannya Harla, ya cuma Harla. Perempuan berusia 23 tahun yang sudah menambat hatinya sejak belasan tahun yang lalu.

Evan mengenal Harla ketika ia berusia 19 tahun dan Harla berusia 11 tahun. Kala itu, Evan yang baru saja diangkat sebagai wakil direktur bagian keuangan tersebut berkunjung ke rumah sakit tempat Ayah Harla bekerja, dan di sanalah mereka bertemu. Pada saat itu, Evan mengira dirinya gila karena jatuh cinta kepada  anak kecil yang bahkan masih bermain boneka barbie. Namun, lambat laun dia merasa bahwa itu bukan sesuatu yang gila. 9 tahun ia mengikuti Harla kemana-mana, karena selama 3 tahun setelah Harla menyelesaikan studi jenjang SMAnya, dia menghilang ke tempat yang tidak bisa dilacak Evan sama sekali. 3 tahun lalu, Evan sangat bahagia ketika mengetahui gadis itu kembali ke Jakarta, dan dengan senang hati, dia mendaftar sebagai dosen di kampus Harla kuliah. Tentu saja dengan gelar dan kemampuannya, ia diterima dengan mudah disana. Akan lebih mudah mengawasi Harla di kampus daripada di tempat lain.

Tetangga 5 Langkah (Revisi On Going)Where stories live. Discover now