Double Knot

754 62 2
                                    


Harla membelalakkan mata ketika membaca pengumuman tentang mahasiswa magang di website kampus.

Apa-apaan? Kenapa dari sekian banyak mahasiswa jurusannya yang mendaftar magang hanya dia saja yang lulus? Permainan macam apa ini?

Dia bangkit dari pembaringannya dan mulai mengomel dalam hati.

Bagaimana bisa proposal amburadul begitu bisa lolos seleksi perusahaan sebesar 'A-Z'?

Tak habis fikir dengan kejadian yang menguras emosi ini, Harla memilih menenangkan diri di balkon kamarnya. Memang tak ada yang bisa dilihat, kecuali taman mini di rooftop tetangga depan rumah. Mengingat si pemilik rumah, Harla kembali kesal. Semua yang berhubungan dengan pria dewasa itu selalu menyebalkan. 

Kecuali bodynya!

Shit! Harla menggelengkan kepalanya akibat pemikiran absurdnya itu.
Apa-apaan? Memangnya dia semesum itu sampai naksir body orang segala?

  Kejadian Minggu lalu sudah cukup membuat Harla kehilangan muka saat bertemu pria itu. Bayangkan saja, Harla menyaksikan sendiri si tetangga  itu mengganti pakaian kerjanya dengan  pakaian rumah. Live!! Hal Itu bisa terjadi karena kamar Harla dan kamar pria itu yang berhadap-hadapan, dan jendela kamar si pria itu tidak dipasangi gorden. Harla juga tidak mengerti reaksi tubuhnya saat itu, bukannya bergerak menjauh, dia malah seperti menikmati pemandangan itu, pemandangan yang lebih indah dari taman di rooftop! 

Oh iya, Harla memang penggemar pria-pria berbody bagus. Sebut saja Kim Woo-Bin, salah satu aktor Korea favoritnya. 

  Lagi dan lagi, matanya harus ternodai karena ternyata si pria itu kembali mengganti setelan kerjanya dengan pakaian rumah didepan Harla secara live!

Kali ini Harla tidak menuruti keinginan matanya untuk tetap menatap tubuh indah milik si tetangga, ia memilih kembali ke kamarnya.

"Ngapain dek?" Tanyanya ketika melihat si kembar sedang berada dikamarnya, entah sejak kapan.

  "Kak, minta ditemanin main lego." Arva berucap.

   "Bang Harfif belum pulang?" Tanyanya,  biasanya Harfif-lah yang bertugas untuk menemani merkeka bermain dan Harla bertugas menemani belajar.

Bukan berarti Harla tidak suka menemani adik-adiknya bermain, hanya saja karena kedua adiknya adalah laki-laki, maka dia kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan jenis permainan mereka. Harla itu sangat feminim sejak kecil, hingga dia tidak mengerti permainan yang sering dimainkan oleh anak laki-laki.

   "Iya, Bang Harfif katanya hari ini lembur." Arvi menjawab.

   "Ehm, kita mau bikin apa?" Harla kini duduk di lantai kamarnya bersama kedua adiknya yang telah mengeluarkan potongan-potongan lego dari kotaknya.

   "Hari ini Arva mau bikin pesawat." Kata Arva semangat.

  "Arvi mau bikin mobil yang ini Kak." Arvi juga menjawab penuh semangat sambil menunjuk model mobil yang akan ia buat di buku petunjuk. Tentu saja mereka bersemangat, biasanya kakak perempuan mereka  ini akan menolak jika diajak bermain. Pernah Harla mau diajak main, tapi harus main boneka barbie. Ewh...

Si kembar dengan fokus menyusun potongan-potongan lego menjadi bentuk yang mereka inginkan dengan bantuan Harla dan buku petunjuk yang disediakan oleh pihak lego.

   "Ini salah posisi, Vi. Harusnya potongan yang 3 bulatan ini di atas." Harla memberitahu Arvi, kali ini, ia bertugas membaca buku petunjuk itu untuk adik-adiknya.

   "O iya, benar." Arvi berucap demikian setelah memperbaiki posisi potongan yang salah.

   "Habis ini gimana lagi, Kak?" Arva bertanya, pertanyaan tersebut membuat Harla membalik halaman dengan cepat untuk menemukan petunjuk pembuatan pesawat Arva.

Tetangga 5 Langkah (Revisi On Going)Where stories live. Discover now