GOODBYE!

368 22 0
                                    

    Evan menundukkan kepalanya ketika berhadapan dengan keluarga Dev, ada Erden juga didekatnya yang turut menyertainya untuk meminta maaf. Dia tidak bisa memenuhi permintaan Gika untuk menunda acara minta maaf-nya karena ia sudah kembali tidak tenang. Rasa bersalah yang selama ini menghantuinya semakin menjadi-jadi sehingga Evan mengalami kesulitan tidur. 

   "Jadi maksud kamu, kamu yang buat anak saya meninggal?" Ibu dari Dev menanyai Evan berkali-kali, dan Evan masih manjawab dengan hal yang sama. 

   "Iya, Bu. Saya sengaja merusak rem mobil Dev." 

    "Saya minta maaf, Bu, Pak, saya bersedia dihukum yang seberat-beratnya untuk pertanggungjawaban." pinta Evan berulang-ulang. Isak tangis memenuhi ruang tamu rumah ini, keluarga Dev yang mulai mengikhlaskan kepergian Dev harus membuka kembali luka lama mereka karena Evan yang tiba-tiba datang meminta maaf dan juga meminta hukuman. 

   "Dev, Devara anak bunda... malang sekali nasibmu, Nakk!! kenapa kamu harus meninggal ditangan sipecundang ini??" sang Ibu menangis histeris. Evan menggigit bibirnya setelah mendengar ucapan Ibu Dev tersebut. Ayah dan adik Dev berusaha menenangkan beliau. 

   "Kenapa lo harus muncul sekarang disaat keluarga gue udah berusaha untuk sembuh dari semua luka itu? harusnya lo nggak muncul disini hari ini!" adik Dev yang bernama Galan itu akhirnya membuka suara setelah melihat kondisi sang Ibu yang tiba-tiba histeris. 

    "Sa...ya.. merasa bersalah, dan tidak tenang. Selama beberapa tahun belakangan ini, saya harus mengomsumsi oat-obatan penenang." balas Evan terbata-bata, Galan tertawa sinis. 

   "Nggak guna! harusnya lo ikutan mati!!" teriak Galan, teriakan yang memungkinkan tetangga yang lain bisa mendengarnya. 

    "Lo cuma nggak bisa tidur tenang, lo bayangin nggak menderitanya keluarga gue kek mana? Keluarga gue harus ninggalin Jakarta karena kehilangan itu, Mama gue harus dirawat berbulan-bulan di RSJ gegara stress ditinggal Kakak gue. Dan sekarang lo dengan enaknya dateng, bersimpuh didepan keluarga gue, meminta maaf seolah-olah semuanya itu bisa balikin Kakak gue, seolah-olah bisa menghapus luka dihati keluarga gue. Kurang ajar banget ya..." lanjut Galan lagi, Evan dan Erden yang mendengarnya hanya mampu menunduk dan diam-diam turut menangis. Mereka tahu betul apa itu kehilangan karena kedua orangtua mereka meninggal diusia mereka yang masih muda, tapi mereka yang memahami rasa sakit itu malah tega memberikan rasa sakit yang sama kepada orang lain untuk kepentingan diri mereka sendiri. 

    "Keluar lo! lo nggak pantes ada disini! dan jangan pernah berani menunjukkan muka lo lagi didepan keluarga gue, gue dan keluarga gue nggak bakal laporin lo ke Polisi karena penjara terlalu baik buat lo!" Pada akhirnya, Galan yang memberi keputusan final karena ke-dua orangtuanya sudah tidak bisa berfikir logis, tangis mereka terdengar saling bersahutan, menangisi nasib malang anak tertuanya.  Evan dan Erden melangkahkan kakinya keluar dari rumah Dev, ada Gika dan Harla yang menyambut mereka dengan perasaan khawatir didepan pintu gerbang rumah Dev. Gika memboyong mereka kedalam rumahnya, membiarkan mereka berdua menenangkan diri dari tekanan yang baru saja mereka dapatkan. 

   "Lo udah minta maaf, semuanya sudah berlalu. Nggak ada yang perlu lo khawatirkan lagi. Lo berkewajiban untuk meminta maaf karena lo yang salah, tapi mereka juga berhak nggak maafin lo karena mereka yang terluka." nasihat Gika ketika Evan menceritakan kejadian didalam rumah Dev, 

    "Gue harus keluar Indonesia sekarang biar nggak ketemu sama mereka lagi, mereka nggak mau gue masuk penjara." kata Evan terburu-buru, mungkin dilubuk hatinya yang paling dalam dia juga takut masuk penjara. Gika menghela nafas, 

    "Lakuin apapun yang menurut lo memang harus dilakuin." katanya. Setelah berbincang-bincang hingga beberapa lama, Evan dan Erden pun pamit pulang. 

Tetangga 5 Langkah (Revisi On Going)Where stories live. Discover now