Mall

1.3K 71 6
                                    


Dia sengaja menghilang supaya kamu terbiasa tanpanya.


Happy Reading <3

.

.

.

.

.

.


Riana pun tidak mau menyerah, ia pun menyusul Devino dan mengambil tangan kiri Devino lalu di lilitkan di pinggangnya. Jadi, Devino seperti merangkul dua cewek sekaligus. Devino melepas paksa tangannya dari pinggang Riana.

"Apaan si ?!" bentak Devino.

"Iiiihhhh kenapa dilepas Vin? Kan bunda yang minta gue ikut sama lo," ujar Riana asal.

"Gak usah  ngarang." ujar Devino.

Anisha yang tidak peduli pun memutuskan untuk jalan duluan tanpa arah. Devino memberikan tatapan tajam sekilas ke arah Riana. Dito, Jerry, Willy, dan Gio pun menghampiri Riana. 

"Udah gak papa. Emang gitu anaknya kalau udah bucin," ujar Willy.

"Masih ada pangeran Dito kok disini ayang," ujar Dio lalu tersenyum sumringah.

Ponsel Riana berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Saat Riana melihat siapa yang menelfonnya, buru buru ia langsung mematikannya. Riana sedikit tegang di tempatnya. Apalagi ia berada di antara keempat teman Devino.

Gio sempat melihat siapa yang menelfon Riana. Gio yakin dia pasti tidak salah liat. Tapi, darimana Riana kenal orang itu ? Dan apa hubungan Riana dengan orang itu ?

"Kenapa gak di angkat ?" tanya Jerry.

Riana hanya menggelengkan kepalanya dan pergi menyusul Devino dan Anisha. Sedangkan, Anisha berusaha jalan agar lebih cepat. Hati nya sangat panas. Mood nya benar benar hancur. Rasanya ia ingin mencekik orang orang disekitar nya. Ia tidak peduli dengan suara Devino yang terus memanggilnya. Kali ini ia benar benar tidak ingin berurusan dengan Devino.

"Ca ca ca," Devino pun meraih tangan Anisha. Anisha berhenti dengan kening yang berkerut.

"Lo panggil gue apa tadi?" tanya Anisha.

"Ca." ulang Devino enteng.

"Ada ya cowok setolol lo," Anisha melepas paksakan tangannya dari tangan Devino, lalu ia pergi meinggalkan Devino kembali. Devino tersenyum di tempatnya. Ia kembali menyusul Anisha.

Devino kini mencengkram kuat tangan Anisha tetapi, Anisha terus berusaha melepaskan tangannya dengan menghentakkan kuat. Devino menarik Anisha ke dalam lorong yang sepi dan sempit yang merupakan tempat di letakkannya alat alat kebersihan dan memepetnya disana.

"Lo-- hmmpp," Devino membungkam mulut Anisha dengan tangannya. Devino melihat ke arah luar dan kembali melihat Anisha. Devino kembali tersenyum. Dengan jarak sedekat ini, ia bisa melihat Anisha dengan detail. Lekuk wajahnya yang indah membuat Devino tidak bosan menatapnya bahkan mengalihkannya sedetik pun ia tidak mau.

DEVINO (END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon