44 : KEMBALI

9 0 0
                                    

"Terima kasih, Pak Arka."

Arka langsung menoleh pada suara yang sangat ia kenali. "Zara ?"

"Nama saya Naya. Saya kesini untuk berterima kasih pada Bapak karena sudah mau datang jauh-jauh ke desa kami untuk membantu pendidikan disini. Saya juga berterima kasih karena sudah menolong saya kemarin." Ujar Zara dengan formal.

"Zara, kamu kenapa ? Kenapa bicara formal seperti ini ? Dimana Zara yang kukenal ? Zara yang selalu bicara tidak sopan padaku." Ujar Arka.

"Maaf, Pak. Saya bukan Zara, saya Naya." Jawab Zara singkat.

"Zara. Jangan bersandiwara seperti ini ! Aku mohon kembalilah seperti Zara Fahrani yang ceria, yang selalu bicara tanpa henti, yang selalu berdebat denganku." Ucap Arka penuh harap.

"Arka." Panggil Zara. "Zara yang ada dihadapanmu ini bukan lagi Zara yang sama. Kamu telah menghancurkan hidupnya. Karena itu aku memulai hidupku yang baru sebagai Naya. Pulanglah ! Jangan pernah kembali lagi !" Ucap Zara kemudian ia kembali ke rumah Pak Kades.

Arka tak mampu berbuat apa-apa. Benar kata Zara. Dirinya telah menghancurkan hidup Zara. Lalu untuk apa dia terus mengejar Zara jika dia sudah tidak ingin melihatnya lagi ? Jika hidup Zara hancur karenanya, maka hidupnya juga tidak akan pernah indah.

*****

"Mbak Zara ?" Bi Asih kaget saat ia melihat Zara sudah pulang ke rumah.

"Bibi." Zara memeluk pembantunya itu yang sudah seperti keluarganya sendiri.

"Ayo masuk ! Bibi buatkan makanan ya." Ucap Bi Asih.

"Nggak usah, Bi. Kakak mana ? Kenapa rumah sepi banget ?" Zara mengamati seisi rumahnya.

"Mas Aldo dan Mbak Suci sedang pergi ke Hongkong. Mas Aldo ada urusan pekerjaan disana. Oh ya, biar Bibi telpon mereka, kalau Mbak Zara sudah pulang."

"Ehh !! Nggak usah, Bi." Zara menghentikan Bi Asih. "Jangan ganggu mereka. Nanti kan mereka juga akan pulang. Baguslah kalau mereka pergi, karena aku ada pekerjaan penting. Pokoknya Bibi jangan telpon Kak Aldo, biarkan saja dia pulang sendiri kalau pekerjaaannya sudah selesai. Aku harus pergi sekarang. Untuk beberapa hari aku nggak tinggal di rumah dulu. Pokoknya Bibi jaga rumah ya, Bye !" Zara berlari dan langsung pergi.

Flashback on

Zara kembali ke desa pergi meninggalkan Arka seolah-olah dirinya memang sudah melupakan Arka dan memulai hidup baru sebagai Naya. Namun hatinya tak pernah berhenti menangis. Jika Zara sudah menentukan jalan hidupnya sendiri, maka Tuhan juga sudah menentukan jalan hidup yang terbaik untuknya.

Entah mengapa Zara kembali membaca laporan kehamilan Devina yang ditemukannya saat di rumah sakit kota. Kali ini Zara membaca laporan itu secara keseluruhan.

"Dua belas minggu ? Kandungan Devina tiga bulan ? Bagaimana bisa kandungannya berusia tiga bulan ?" Zara masih tidak percaya dengan usia kandungan Devina. "Batalnya pernikahanku baru sebulan yang lalu. Kenapa Devina sudah hamil tiga bulan ? Itu artinya anak yang di kandungan Devina bukan anaknya Arka. Astaga ! Bagaimana bisa Arka dibohongi dengan perempuan itu ?

"Tidak ! Aku harus kembali. Aku harus menyelamatkan Arka dan keluarganya dari Devina. Dari awal aku sudah merasa ada sesuatu yang aneh dengannya." Ucap Zara.

Flashback off

Sejak pulang dari Desa Widamba, Arka masih mengunci dirinya di kamar. Dia tidak ingin bertemu siapapun, dan tidak ingin makan. Dia juga tidak tidur semalaman. Pikirannya terus berputar pada Zara.

"Kakak !! Kak ! Buka pintunya !" Vania berteriak agar Arka membuka pintu.

Arka menghapus air matanya dan dengan cepat membuka pintu kamarnya agar Vania tidak berteriak lagi.

"Ada apa, Vania ? Kenapa harus teriak-teriak ?" tanya Arka.

"Ayo ke depan, Kak ! Ayo cepat !" Vania menarik tangan Arka menuju ke ruang tamu. "Lihat siapa datang !" Vania menunjuk orang yang sedang duduk di ruang tamu bersama Diana.

Arka melihatnya dan terdiam beberapa saat. "Zara ?"

"Hai, Arka." Sapa Zara dengan senyum manis di bibirnya.

Sapaan Zara dibalas Arka dengan senyuman di bibirnya. Ia seolah kembali hidup melihat Zara datang ke rumahnya. Lalu Devina keluar dari kamarnya dan melihat Zara datang.

"Hai, Devina." Zara menyapa Devina dengan senyuman. "Lama tidak bertemu. Apa kabar ?"

"Baik." Jawabnya singkat namun pikirannya sedikit tidak tenang.

"Zara akan menginap di rumah kita, karena di rumahnya tidak ada siapa-siapa. Aldo dan Suci sedang pergi ke Hongkong karena urusan bisnis." Jelas Diana.

"Menginap ?" tanya Devina.

"Iya, Devina. Kenapa ?" ucap Zara ketus. "Bukan hanya menginap, tapi aku kesini karena ingin memperbaiki hubunganku dengan Arka. Aku ingin memberinya kesempatan kedua. Aku ingin menikah dengan Arka." Tambahnya.

"Hah ?" Semua orang tercengang dengan keputusan Zara.

"Iya." Jawab Zara. "Kejadian hari itu, aku sudah memaafkan Arka. Dan juga soal pembunuhan Papa, aku sudah maafkan. Lagipula Arka sudah menjalani hukuman di penjara. Untuk apa aku menghukumnya lagi padahal aku sangat mencintainya." Zara tak melepaskan pandangannya pada Arka.

"Zara. Apa kamu serius ? Kamu masih ingin menikahiku ?" Arka masih tak percaya dengan ucapan Zara.

Meskipun kamu adalah pembunuh Papa dan aku juga tidak tahu apa kamu benar-benar mencintaiku atau tidak, tapi aku tetap mencintaimu. Aku juga harus melakukan ini agar Devina tidak menjebakmu lagi dengan kelakuan liciknya. Batin Zara.

"Iya. Aku kasih kamu kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya." Jawabnya. "Oh ya Tante, kalau bisa segerakan aku menikah dengan Arka sebelum Kak Aldo pulang ke Indonesia. Aku yakin dia masih nggak suka kalau kami menikah. Tapi kalau dia pulang dan kami sudah menikah, mau tidak mau dia pasti menerima. Cukup pernikahan yang sederhana aja, Tante." Jelas Zara.

"Empat hari lagi kita akan menikah !" Ucap Arka tegas.

"Oke." Jawab Zara singkat.

Akhirnya Zara mengetahui jika Arka dan Devina belum menikah dari Diana. Ia merasa sedikit lega, karena ia ingin Arka tidak terjebak dengan wanita yang sudah hamil. Jika Zara merasa lega, maka kekhawatiran melanda Devina sejak Zara menginap di rumah Arka.

"Kenapa dia harus kembali lagi dalam hidup Arka ? Ini bisa semakin mempersulitku untuk bisa mendapatkan Arka. Perutku juga akan semakin besar nanti. Bagaimana ini ?" Devina sangat khawatir.

Devina mengambil tasnya dan mencari sesuatu di dalamnya. "Dimana ? Dimana kertas itu ? Aku bahkan belum sempat membaca laporannya."

"Sedang mencari ini, Devina ?" Zara muncul di depan pintu kamar Devina dengan laporan itu di tangannya.

"Zara ?" Devina kaget saat Zara ada disana. "Kenapa laporan itu ada padamu ?"

"Entahlah. Mungkin karena Tuhan ingin agar Arka tidak akan terjebak denganmu." Zara memberikan laporan itu pada Devina.

Devina mendadak pucat saat mengetahui laporan kehamilannya ada pada Zara. Devina sangat takut jika Zara memberitahukan pada Arka.

"Kenapa ? Kamu takut ?" tanya Zara. "Kamu takut kalau aku akan memberitahu Arka kalau kamu sudah hamil tiga bulan ? Jadi kejadian waktu itu bukan salah Arka. Iya, kan ?"

"Jangan takut ! Aku tidak akan memberitahunya. Lagipula, empat hari lagi kami akan menikah. Setidaknya Arka terbebas dari rencana licikmu." Ujar Zara lalu pergi dari sana.

Arka & Zara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang