20 : DRAMA LAMARAN

20 6 11
                                    

Cinta. Cinta bisa datang kapan saja dan dimana saja. Pada orang yang disuka atau orang yang sangat dibenci. Pada orang sama karakternya atau justru pada orang yang karakternya berbeda jauh. Akankah cinta datang pada Arka dan Zara ?

"Ma. Aku udah coba buat ngelamar Zara."

"APA ?!! Kamu ngelamar Zara ?" Diana senang saat mengetahui kabar bahagia dari putranya itu. "Terus gimana ceritanya ? Dia terima kamu ? Gimana ? Ceritain, Arka !" tanya Diana lagi.

Arka dengan polosnya menceritakan kejadian secara lengkap pada Diana saat ia menanyakan pendapat Zara. Arka menganggap jika yang dikatakannya pada Zara adalah sebuah lamaran pernikahan. Laki-laki itu benar-benar buta soal cinta dan perempuan.

"Ya ampun, Arkaaa.... Itu bukan ngelamar namanya. Kamu ini kenapa sih, Arka !" Diana sedikit kecewa dengan sikap putranya yang super kaku itu. "Arka, kalau mau lamar perempuan itu harusnya kamu berlutut di depan dia, ungkapin di depan orang banyak, di tempat romantis, pokoknya gitu, Nak. Kamu ini gimana sih, malah ngajak dia berantem." Ujar Diana.

"Mama. Aku itu nggak bisa ngelakuin hal seperti itu. Aku nggak bisa romantis, apalagi Zara bukan orang yang kucintai. Aku mau menikahinya demi Mama dan juga almarhum Om Radi."

"Ya ya. Terserah kamu. Yang penting kamu cepat lamar dia." Ucap Diana yang memaksa putranya untuk segera menikahi Zara.

Arka tak habis pikir dengan sikap Diana yang selalu memaksa dirinya untuk harus menikah dengan Zara, perempuan yang selalu menimbulkan masalah baginya hampir setiap hari. Arka berusaha untuk melamar Zara dengan serius. Namun laki-laki itu masih tidak mengerti kenapa dia ingin melakukan itu, sementara dirinya tidak memiliki sedikitpun rasa cinta pada Zara.

*****

"Pagi, Sayang."

"Mama ? Mama kenapa kesini ?" Arka kaget saat Diana tiba-tiba datang ke kantor tanpa memberitahunya.

"Hai, Kak." Vania menyusul masuk ke dalam ruangan Arka.

"Loh ? Ada Vania juga ? Kamu nggak kuliah ? Kalian mau ngapain kesini ?" tanya Arka.

"Vania hari ini kuliah sore. Jadi dia bisa menyaksikan lamaran Kakaknya sebentar." Jawab Diana.

"Apa ? Lamaran ? Ma, aku kan udah bilang Zara itu nggak mau nikah sama aku. Sekarang Mama malah nyuruh aku buat lamar dia lagi, pake acara kesini lagi. Dan bawa Vania lagi." Ujar Arka kesal.

"Udahlah, Kak. Nurut aja sama Mama. Lamar lagi Zara, tapi pakai cara yang disuruh Mama. Aku jamin Zara pasti klepek-klepek langsung terima cinta Kakak." Ucap Vania sambil tertawa kecil.

"Vania." Arka menegur adiknya karena ia tidak suka hal serius dibawa bercanda.

"Iya maaf, Kak." Vania seakan sudah mengerti dengan kode sang kakak.

Persiapan pun dilakukan sebelum Arka melamar Zara. Diana berencana untuk membuat Arka berani melamar Zara di depan semua orang di perusahaan. Diana menyuruh beberapa orang suruhannya untuk memberitahu seluruh karyawan kantor untuk datang ke lobby pada jam 1 siang dengan berdalih ada pengumuman penting. Diana dan Vania sangat bersemangat menunggu waktu itu tiba. Sementara Arka hanya bisa pasrah dengan semua itu.

"Arka. Cincin yang kemarin mana ? Masih kamu simpan, kan ?" tanya Diana saat melihat wajah putranya lesu menjelang lamaran.

"Iya. Masih ada di jas aku." Jawab Arka datar.

"Oke. Sekarang kita cepat ke lobby. Ayo !" Diana menarik tangan Arka yang sedari tadi sudah pasrah.

*****

"Hai, Zara." Sapa Vania saat ia memasuki ruangan Zara.

"Hai, Van." Sapa Zara sambil menggigit sepotong pizza. "Kamu apa kabar ?"

"Aku baik." Vania heran melihat keadaan meja kerja Zara dimana ada berkas penting, kotak pizza dan juga kaleng soda disana.

"Eh Van, sini yuk kita makan pizza dulu." Ajak Zara sembari menyuguhkan pizzanya.

"Kamu makan pizza sambil kerja gini ? Di atas meja kantor ?" tanya Vania heran.

"Iya." Jawabnya sambil menggigit pizzanya lagi. "Memangnya kenapa ? Oh, aku tahu. Pemandangan ruangan aku pasti beda jauh sama ruangan kakak kamu, kan ? Udahlah, ayo kita makan." Ajaknya.

"Eh, kita ke lobby, yuk. Kakak mau kasih tahu pengumuman penting disana." Ucap Vania.

"Hah ? Pengumuman ? Tapi kenapa di lobby ? Kenapa nggak di ruang rapat ?" tanya Zara bingung.

"Aduh, soal itu aku nggak tahu. Aku tadi cuma di kasih tahu gitu tadi. Ayo !" Vania menarik tangan Zara dan langsung menuju lobby.

Disana sudah berkumpul semua karyawan. Mulai dari manager sampai OB. Zara juga melihat Diana berdiri di samping Arka. Vania langsung memberi kode pada Arka untuk segera melancarkan aksinya.

"Semoga sukses." Bisik Diana pada Arka.

Aksi pun dimulai. Arka berjalan perlahan menuju ke arah Zara. Zara masih bingung dengan apa yang terjadi. Zara melihat Arka sekarang tepat di hadapannya. Mereka berdua saling memandang satu sama lain. Zara mulai sedikit panik dan tidak bisa menebak apa yang terjadi sebenarnya.

"Semuanya." Arka mulai bicara. "Hari ini saya sengaja mengumpulkan kalian semua disini karena ada pengumuman penting. Dan ini adalah langkah awal dalam hidup saya." Arka menatap Zara.

Tanpa menunggu lagi, Arka langsung mengeluarkan cincin yang ada di sakunya dan berlutut di hadapan Zara. Zara kaget dan membelalakkan matanya melihat Arka berlutut dihadapannya.

"Aku ingin menikah denganmu, Zara ?" Ucap Arka sembari menunjukkan cincin berlian dihadapan Zara.

"Hah ??!!" Zara semakin terkejut saat mendengar ucapan Arka.

Lalu seisi kantor terdengar suara riuh yang berteriak karena melihat keromantisan direktur mereka yang dikenal super kaku dan tidak pernah mengenal cinta. Seluruh karyawan kantor mendukung hubungan Arka dan Zara, walaupun mereka semua tahu bahwa setiap hari mereka selalu bertengkar.

"Wah ! Nggak nyangka ya, Pak Arka ngelamar Zara romantis gini. Padahal kan dia orangnya kaku banget."

"Ternyata di balik kehebohan yang dibuat Zara, bisa buat Pak Arka jatuh cinta. Haha.."

"Mereka itu cocok banget. Walaupun sering berantem, tapi keliatan banget gitu aura jodohnya."

Begitulah terdengar bisikan-bisikan sesama karyawan yang membicarakan Arka dan Zara. Zara yang mendengar bisik-bisik itu masih diam mematung tak mengeluarkan sepatah katapun dari bibirnya.

Ya Tuhan. Ini sebenarnya ada apa ? Kenapa Tuan Pemarah ini melamarku ? Dia sudah gila atau apa sih ? Dan kenapa aku seperti tidak bisa menggerakkan tubuhku atau mengucapkan apapun dari mulutku ini ? Ya Tuhan, tolong bebaskan aku dari dia.

Arka mengerti kenapa sikap Zara seperti itu. Gadis itu pasti bertanya-tanya mengapa ia melamarnya di depan semua karyawan kantor. Tapi Arka harus cepat memasangkan cincin itu agar Mama dan adiknya tenang dan tidak mengganggunya lagi. Arka pun langsung meraih tangan kiri Zara dan memasang cincin itu di jari manisnya. Suara riuh tepuk tangan pun memenuhi seisi kantor disertai teriakan selamat dari para karyawan Arka.

Diana dan Vania mendekati mereka dan memeluk mereka berdua. Diikuti dengan ucapan selamat dari para karyawan. Ada sedikit rasa lega di hati Arka karena sudah selesai menjalankan perintah Mamanya. Jika Zara dikenal dengan sosok yang tidak pernah berhenti bicara, hari ini seakan dirinya dikutuk menjadi bisu.

Nahh udah lamaran loh mereka, kira-kira bakal nikah gak ??

Baca terus ceritaku yaaa
Jgn lupa votement nyaa !!

Thanks

Arka & Zara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang