29 : DEVINA

10 0 0
                                    

"Devina ? Kamu kenapa ?" tanya Arka saat melihat seorang perempuan duduk di ruang tamunya dengan wajah sedih.

Melihat Arka datang, perempuan itu langsung memeluk Arka dan menangis sejadi-jadinya. Devina Anggita. Perempuan yang lebih muda 3 tahun dari Arka ini adalah teman masa kecil Arka. Mereka bertetangga saat mereka masih kecil hingga pada saat Arka tersandung kasus pembunuhan, Arka dan keluarganya memutuskan untuk pindah dari rumah yang lama untuk memulai hidup yang baru.

"Hei, sudahlah. Berhenti menangis dan ceritakan apa masalahmu." Arka melepas pelukannya dan menghapus air mata temannya itu. "Ada apa ?"

Devina mulai menghentikan tangisannya dan mulai bicara. "Rumahku terbakar. Om dan Tanteku meninggal. Aku nggak punya siapa-siapa lagi sekarang."

Orang tua Devina sudah meninggal saat ia berumur dua tahun karena kecelakaan. Sejak itu, Devina diasuh oleh kakak sang ayah dan juga istrinya yang tidak punya anak. Mereka sangat menyayangi Devina. Hidup Devina sangat sederhana. Ia tinggal di rumah yang kecil dan tidak pernah menduduki bangku kuliah. Setelah lulus SMA, Devina bekerja di sebuah pabrik boneka agar meringankan beban keluarganya.

"Devina. Kamu jangan bicara seperti itu. Kami juga keluarga kamu. Kita bertetangga cukup lama. Kamu bisa tinggal disini kalau kamu mau." Ucap Diana.

"Terima kasih banyak, Tante." Devina memeluk Diana dengan erat.

"Sudah sudah, jangan menangis lagi. Sekarang kamu istirahat ya. Vania, antar Devina ke kamar tamu." Ujar Diana.

"Iya, Ma." Vania mengantar Devina menuju kamar tamu agar ia bisa beristirahat.

"Kasihan sekali dia. Sudah lama kita tidak bertemu dengan dia, sekarang dia malah tertimpa musibah." Diana merasa sangat kasihan dengan apa yang menimpa Devina.

"Kamu istirahat ya, Dev." Ucap Vania saat di kamar tamu.

"Iya, Van. Terima kasih banyak, ya." Jawab Devina.

"Iya. Jangan sungkan-sungkan ya. Anggap rumah sendiri. Kalau kamu butuh sesuatu, bilang aja. Oke ?"

"Oke."

"Ya sudah. Aku pergi dulu, ya." Ucap Vania kemudian menutup pintu kamar tamu yang sekarang menjadi kamar Devina.

Arka Kusuma. Sudah lama ya kita tidak bertemu. Aku sangat merindukanmu.

*****

Sepanjang hari Minggu, Zara dan Aldo tetap di ruangan mereka masing-masing. Aldo di ruang kerjanya berpikir apa yang harus dilakukannya untuk menghentikan Zara menikah dengan Arka. Sementara Zara berpikir bagaimana membujuk sang kakak agar setuju.

"Ini sudah malam. Aku tidak bisa seperti ini terus." Kemudian Zara bergegas ke ruang kerja Aldo.

"Kak."

Aldo menoleh karena mendengar suara Zara memanggilnya.

"Aku mau ngomong sama Kakak." Ujar Zara.

"Pasti Arka lagi, kan ?" Aldo sudah tahu apa yang ingin dibicarakan adiknya.

"Iya."

Aldo menghela nafas panjang dan berjalan mendekati Zara yang tertunduk diam.

"Apa kamu benar-benar mencintai Arka ?" tanya Aldo tiba-tiba.

Zara kaget dengan pertanyaan yang diajukan Aldo. "Iya." Jawabnya singkat.

"Apa Arka juga mencintai kamu ?" tanya Aldo lagi.

Kali ini Zara bingung ingin menjawab apa. Zara mulai mengingat kembali yang terjadi diantara dirinya dan Arka. Arka melamar dirinya di hadapan semua orang tanpa ada pertanda apapun. Tapi Arka tidak pernah mengatakan 'aku mencintaimu'. Tapi Arka berkali-kali mengatakan padanya kalau ia serius ingin menikahinya. Sampai pada akhirnya Arka menciumnya.

"Iya. Pak Arka mencintaiku sama seperti aku mencintainya." Jawab Zara dengan tegas. "Aku mohon, Kak. Restui hubungan kami. Aku mencintai Pak Arka, tapi aku juga menyayangi Kakak. Aku tidak ingin kita bertengkar." Mata Zara mulai berkaca-kaca saat memohon pada Aldo.

Aldo diam sejenak memandangi wajah sang adik tercinta yang hampir menangis karena memohon padanya.

Setelah Papa meninggal, kamu adalah satu-satunya hartaku yang paling berharga, Zara. Aku tidak ingin melihatmu menangis memohon seperti ini. Tapi aku juga tidak yakin kalau Arka mampu membuatmu bahagia. Dulu dia merenggut kebehagiaanku, akankah sekarang dia memberikan kebahagiaan padamu ? Batin Aldo.

"Baik." Ucap Aldo. "Aku akan restui hubunganmu dengan Arka."

Zara tersenyum senang saat mendengar ucapan Aldo.

"Tapi kalian jangan langsung menikah. Setidaknya kalian harus saling mengenal dan mengerti satu sama lain agar kalian lebih yakin. Pernikahan bukan mainan. Kalian harus yakin dari dalam hati kalian." Jelas Aldo.

"Iya, Kak. Lagipula aku juga butuh waktu untuk lebih mengenal dia. Dia itu batu yang sangat keras. Susah banget dihancurkan." Zara langsung memeluk Aldo dengan senang. "Aku bakal turutin apapun syarat Kakak yang penting Kakak restuin aku." Ucapnya senang.

"Oh iya, satu lagi. Kamu kan sudah tahu kalau aku dan Arka pernah bersahabat. Misalnya nanti kamu jadi menikah dengannya, jangan pernah kamu buat kami dekat lagi. Aku tidak mau." Aldo menambahkan syaratnya.

"Kenapa ?" tanya Zara sembari melepas pelukannya.

"Dan jangan pernah bertanya, atau aku tidak jadi merestuimu." Ucap Aldo sedikit mengancam.

"Iya iya. Jangan ngambek dong. Terima kasih ya, Kak. Aku sayang Kakak."

"Besok pagi, aku akan mengantarmu ke kantor. Sekalian aku ingin bicara dengan Arka disana mengenai pernikahan kalian."

*****

"Devina. Ada baiknya juga kamu tinggal disini sekarang." Ucap Vania saat sarapan pagi di meja makan.

"Kenapa, Van ? Kok kayanya kamu seneng banget." Tanya Devina.

"Maaf, Dev. Maksudku aku bukan senang karena musibah kamu, tapi karena ada berita gembira dari Kak Arka." Jelas Vania.

"Oh ya ? Berita apa ?"

"Sebentar lagi Kak Arka akan menikah." Jawab Vania senang.

"Oh ya, Tante lupa bilang ke kamu." Tambah Diana.

"Wah ! Selamat ya. Kenalin ke aku dong. Calon istrinya Arka kan temanku juga." Ucap Devina.

"Iya." Jawab Arka datar. "Aku pergi dulu." Kemudian Arka pergi karena ingin menghindari pembicaraan mengenai pernikahan.

"Arka malu banget kayanya ya, Tante." Ucap Devina.

"Iya. Dia kan memang seperti itu." Jawab Diana.

"Ngomong-ngomong calon istrinya Arka itu siapa, Tante ?" tanya Devina.

"Namanya Zara. Dia sekretaris baru Arka." Jawab Diana.

"Oh..."

*****

Pagi ini, Zara diantar oleh Aldo ke kantor. Aldo ingin bicara sekali lagi dengan Arka soal pernikahan. Ada sedikit keraguan dalam hati Aldo saat akan mengantar Zara. Namun Suci selalu ada dan mendukung keputusan baik ini.

"Pergilah." Ucap Suci. "Aku yakin semuanya pasti baik-baik aja. Kamu harus bisa membuat adikmu bahagia dengan menyetujui pernikahan mereka."

Aldo memeluk istrinya itu dengan erat dan mendapat keyakinan penuh untuk merestui pernikahan Zara dan Arka.

"Aku pergi ya. Assalamualaikum."

Suci mencium punggung tangan Aldo dan Aldo mencium kening istrinya. "Waalaikumsalam." Jawab Suci.

Arka & Zara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang