7 : RUMAH

42 17 7
                                    

"Papa." Hanya itu yang keluar dari bibir Zara bahkan saat dirinya tidak sadar.

"PAPA !!!"

"Zara. Kamu kenapa ? Ini minum dulu." Aldo memberikan segelas air pada Zara.

"Kak. Aku dimana ?" tanya Zara.

"Kamu di rumahku, dan mulai sekarang ini rumahmu juga. Dan ini akan jadi kamarmu." Aldo mencoba membuat Zara sedikit tenang.

"Kak. Bisa nggak anter aku ke makam Papa ? Walaupun aku nggak pernah ketemu Papa, setidaknya aku tahu makam Papa." Ucap Zara masih terlihat sedih.

"Kamu yakin bisa sekarang ?" tanya Aldo karena masih tak yakin dengan kondisi adiknya yang masih terpukul.

"Iya, Kak. Aku mau pergi sekarang." Jawab Zara yakin.

*****

Zara merasa sangat hancur saat mengetahui Papanya sudah meninggal. Zara bahkan belum pernah melihatnya sekalipun. Gadis malang itu sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua kandungnya sendiri. Air mata tak kunjung berhenti mengalir dari matanya. Zara seakan tidak punya tujuan hidup lagi.

"Zara." Panggilan Aldo membuyarkan lamunan Zara. "Sudah sampai."

Zara keluar dari mobil dan melihat di sekelilingnya. Hanya ada pemakaman. Gadis itu tidak percaya jika harus melihat Papanya di pemakaman.

"Ayo." Ajak Aldo untuk menuju makam Papanya.

Berusaha untuk menguatkan langkahnya, Zara terus menyusuri satu demi satu makam yang ada disana. Zara melihat sekelilingnya dengan mata yang masih sembab.

"Ini makam Papa." Aldo menghentikan langkahnya pada salah satu makam. Zara melihatnya, tertulis "Radiansyah bin Ahmad".

"Papa meninggal 9 tahun yang lalu ?" Ucap Zara saat melihat tanggal kematian ayahnya itu.

"Iya." Jawab Aldo.

"Papa meninggal karena apa, Kak ?" tanya Zara lagi.

Aldo mengalihkan pandangannya ke tempat lain, "Ah.. itu Papa.. Hmm...Papa sakit. Serangan jantung." Jawab Aldo gugup.

Zara berusaha tegar. Menghapus air mata yang telah membasahi pipinya. Memejamkan matanya dan mulai berdoa. Gadis malang itu hanya bisa berdoa agar ayahnya diterima di tempat terbaik sisi Allah.

"Ayo, Kak. Kita pulang." Ajak Zara setelah selesai berdoa.

Aldo menurut dengan ucapan Zara. Mereka berjalan menuju mobil dan pulang ke rumah.

*****

"Zara. Mulai sekarang kamu tinggal di rumahku ya. Rumah itu juga rumah kamu. Nanti aku suruh orang buat pindahin barang-barang dari kontrakan kamu. Aku seneng banget, adik kecilku sekarang dekat denganku." Ucap Aldo senang.

Zara yang masih terpukul hanya bisa mengangguk pelan dan tak mengeluarkan sepatah katapun. Zara dan Aldo sampai di rumah. Zara melihat rumah besar itu sekali lagi. Sekarang disinilah dia harus tinggal bersama kakaknya.

"Ayo masuk."Ajak Aldo.

"Iya." Jawab Zara.

"Bi. Ini Zara adikku. Dan aku tahu pasti Bibi bingung. Nanti aku ceritain." Aldo mengenalkan Zara pada Asih, asisten rumah tangganya. "Zara. Ini Bi Asih. Dia asisten rumah tangga kita. Dia udah lama bekerja disini." Aldo menjelaskan tentang ART nya itu.

Zara hanya mengangguk pelan dan tersenyum tipis pada Bi Asih. Tanpa menunggu perintah Aldo, Bi Asih langsung mengantar Zara ke kamarnya.

*****

"Mbak Zara. Kok sudah bangun ?" Bi Asih bertanya saat melihat Zara sudah bangun sepagi itu.

"Aku memang selalu bangun jam segini, Bi. Kak Aldo udah bangun ?" tanya Zara pada Bi Asih yang sibuk menyiapkan sarapan.

"Sudah, Mbak. Mungkin sedang siap-siap ke kantor." Jawab Bi Asih.

"Oh, gitu. Sekarang mending Bibi kerjain yang lain aja, biar sarapan aku aja yang urus. Aku juga lagi pengen masak. Jangan khawatir soal Kak Aldo." Zara mendorong tubuh Bi Asih untuk segera pergi dari dapur dan mengerjakan pekerjaan lain.

"Dan sekarang, akan kulakukan sedikit keajaiban dengan tanganku." Zara mulai menyiapkan bahan-bahan makanan untuk dimasak. Bermodalkan resep yang sering dia simpan dari internet, gadis itu berhasil membuat sandwich dan nasi goreng.

"Fyuhh. Selesai."

"Zara. Kamu ngapain ?" Aldo mengagetkan Zara yang terduduk di lantai dapur karena kelelahan.

Zara melihat Aldo sudah berpakaian rapi ala kantoran. Zara bangkit dari duduknya dan menghidangkan semua makanan yang telah berhasil dibuatnya.

"Taraaa !!! Aku masak buat Kakak." Jawab Zara dengan riang.

"Maaf, Mas Aldo. Tadi saya dipaksa pergi dari dapur dan Mbak Zara yang masak semuanya." Bi Asih minta maaf karena membiarkan majikannya itu masak sendiri.

"Aduh, Bibi. Kenapa minta maaf padanya ? Aku hanya ingin memasak untuk Kakakku. Apa tidak boleh ?" Ucap Zara.

"Ya, Ya. Tidak apa-apa, Bi. Saya nggak marah. Bibi juga silahkan sarapan." Aldo mempersilahkan Bi Asih untuk segera sarapan dan Bi Asih segera pergi.

"Kamu kenapa bangun pagi sekali ? Harusnya kamu istirahat, Zara." Ucap Aldo sambil melihat makanan yang telah dibuat Zara di atas meja.

"Aku memang selalu bangun pagi. Lagipula aku harus berangkat kerja." Zara mulai makan sandwich yang sudah dibuatnya.

"Kamu mau kerja hari ini ? Kamu istirahat aja dulu. Ambil cuti sehari kan bisa." Aldo mulai melahap nasi goreng buatan adiknya itu. "By the way, nasi goreng buatan kamu enak. Pinter masak kamu, ya." Sambungnya.

"Iya, Kak. Istirahat aku udah cukup. Kan aku udah tidur pulas semalam. Untuk apa aku cuti ? Kalau aku cuti, nanti Tuan Pemarah akan mengaum seperti singa." Zara mengingat tentang Arka yang pemarah.

"Tuan Pemarah ? Siapa ?" Aldo bertanya tentang julukan aneh yang diberikan Zara.

"Oh ya. Aku lupa cerita sama Kakak. Aku sekarang jadi sekretaris di Kusuma Constructions. Dan bosku sekaligus direkturnya, Pak Arka Kusuma. Dia itu sangat pemarah, Kak. Tahu nggak, dia itu selalu marah padaku tentang hal-hal kecil. Dan dia hidupnya kaku sekali seperti robot. Kadang-kadang aku..."

"Arka Kusuma ?" Aldo terhenti melahap makanannya begitu mendengar Arka Kusuma dan Kusuma Constructions.

"Iya. Kenapa ? Kakak tahu sesuatu tentang perusahaan itu ? Atau Kakak kenal dengan Pak Arka ?" tanya Zara tanpa henti.

"Nggak apa-apa." Jawab Aldo datar.

Begitu banyak perusahaan di kota ini, kenapa Zara harus bekerja di tempat itu. Aku juga sulit untuk menghentikan Zara bekerja karena dia masih terpukul. Dengan bekerja setidaknya dia akan melupakan soal Papa. Tapi kenapa harus bekerja disana ? Pikiran Aldo tidak menentu sejak mengetahui jika Zara bekerja di Kusuma Constructions dan menjadi orang terdekat Arka Kusuma.

Holaaa guys !!
Masih semangat gak buat ngikutin ceritaku ?? Semangat dong !!

Aku bakalan up siapa-siapa aja nih cast yg ada di cerita ini, dgn tokoh khayalanku pasti nyaa

Vote & comment nya guys, jgn lupa....

Enjoy !!

Arka & Zara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang