32 : DUNIA YANG SEMPIT

6 0 0
                                    

Cinta. Entah kapan dia datang. Entah bagaimana prosesnya. Zara tidak tahu semua itu. Zara hanya mengingat setiap momen manisnya bersama Arka di tengah-tengah pertengkaran mereka. Arka memang belum mengatakannya, tapi Zara yakin cintanya sama besar dengan cinta yang dia punya untuk Arka.

"Kalau kalian tiap hari berantem, terus gimana prosesnya kalian saling jatuh cinta ? Gimana Arka menyatakan cintanya padamu ?" tanya Devina.

"Aku nggak tahu." Jawabnya. "Pak Arka hanya melamarku di hadapan seluruh karyawan kantor, disana juga ada Tante Diana dan Vania. Saat aku terus menolak menikahinya karena aku pikir dia bercanda, dia malah terus meyakinkan aku kalau dia serius. Ya mungkin dari situ." Jelas Zara.

Cinta. Tidak pernah ada dalam pikiran Arka sebelumnya. Dia tidak pernah dekat apalagi mencintai perempuan manapun. Namun pernikahannya ada di depan mata. Seharusnya dia mencintai Zara, namun hingga kini dia tidak tahu. Arka tidak tahu apakah mencintai Zara atau tidak, atau justru Arka tidak mampu mendengar suara hatinya sendiri.

"Jadi gitu ceritanya, Ma." Arka menjelaskan kejadian saat Aldo sudah merestui hubungannya dengan Zara.

"Syukurlah. Mama seneng banget dengernya, Arka." Diana sangat senang dan memeluk putra tercintanya itu.

"Pokoknya Mama harus mulai mempersiapkan pernikahan kamu. Kali ini Mama pengen supaya pernikahan kamu digelar mewah." Diana mulai membayangkan hal apa saja yang harus ia persiapkan.

"Ma. Apa nggak sebaiknya pernikahannya sederhana aja ?"

"Nggak bisa ! Ini pernikahan, Arka. Sekali seumur hidup, jadi harus berkesan. Udah kamu tenang aja. Pokoknya semua beres." Ucapnya. "Ya sudah, kamu mandi. Mama mau turun mau temui calon menantu." Diana kemudian langsung pergi dari kamar Arka.

"Zara." Diana berjalan cepat ke arah Zara dan memeluknya lagi.

"Tante kenapa peluk aku lagi ?" tanya Zara.

"Tante seneng, akhirnya Kakakmu merestui kalian. Pokoknya sekarang Tante harus mulai persiapkan semuanya." Ucap Diana senang.

"Persiapin apa, Ma ?" tanya Vania yang sudah pulang dari kampusnya.

"Ya pernikahan Arka dan Zara. Siapa lagi ?" jawab Diana.

"WOW !!!" Vania yang masih berdiri di depan pintu langsung berlari dan memeluk Zara. "Ih aku seneng banget, akhirnya kalian nikah juga."

Devina yang ada diantara mereka masih bingung dengan pembicaraan mereka. Kenapa mereka sangat senang dengan pernikahan Arka dan Zara pikirnya. Perlahan Devina pergi dari mereka bertiga yang masih asyik bicara. Kemudian Devina menuju ke kamar Arka.

Arka yang baru saja selesai mandi, keluar dari kamar mandinya memakai handuk dan bertelanjang dada menunjukkan tubuhnya yang sangat bagus. Setiap wanita pasti terpana melihatnya. Arka sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk. Devina masuk ke kamar Arka tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, namun Arka tidak menyadari jika perempuan itu sudah ada di kamarnya.

Devina melihat Arka yang membelakanginya yang hanya mengenakan handuk di bagian bawah. Devina tersenyum melihatnya. Dia berjalan mendekati Arka dan Arka masih belum menyadarinya. Devina mulai mengelus punggung Arka dengan lembut. Hal itu membuat Arka kaget.

"Devina !" Arka berbalik dan kaget saat ada Devina ada di kamarnya.

Dengan cepat, Arka mengambil kaos berwarna biru muda di dalam lemarinya. Walaupun Arka dan Devina berteman sejak kecil, namun Arka tetap canggung dengan temannya itu.

"Ada apa ?" tanya Arka sambil memakai kaosnya dengan cepat.

"Maaf, Arka. Aku masuk tanpa ketuk pintu." Ucap Devina merasa bersalah.

"Ya, nggak apa-apa." Jawabnya.

"Aku kesini mau tanya sesuatu tentang Zara." Ucap Devina.

"Tentang Zara ? Tanya apa ?" tanya Arka.

"Tadi aku dengar kalau Tante Diana ngomong kalau pernikahan kalian sempat nggak direstui kakaknya Zara, ya ? Makanya sekarang Tante seneng banget kalau kakaknya itu berubah pikiran. Memangnya kenapa kalian sampai nggak direstuin ?" tanya Devina yang sangat penasaran.

"Karena Zara adalah adiknya Aldo." Jawab Arka singkat.

Devina kaget saat mendengar nama Aldo. "Apa ? Adiknya Aldo ? Bukannya Aldo itu anak tunggal ?"

Kemudian Arka menjelaskan pada Devina tentang asal-usul Zara sebelum akhirnya dia bertemu dengan Aldo dan mengetahui bahwa ia adalah kakaknya. Arka juga menceritakan tentang lamaran di kantor.

"Oh ! Jadi gitu ceritanya." Jawab Devina. "Ya udah deh, aku mau balik ke kamar. Maaf ya ganggu kamu." Ucap Devina kemudian keluar dari kamar Arka.

Zara adiknya Aldo ? Sempit sekali dunia ini. Dulu kakaknya, sekarang adiknya yang akan menghancurkan semua rencanaku. Awas aja ! Aku nggak akan melepaskanmu, Zara. Batin Devina kesal.

Zara menemani dan membantu Diana memasak di dapur sambil berbincang-bincang kecil. Sementara Vania yang baru saja pulang dari kampus pergi ke kamarnya dan mandi. Saat tengah berbincang, tiba-tiba ponsel Zara berbunyi. Aldo menelponnya.

"Tante, Kak Aldo nelpon." Ucapnya pada Diana kemudian mengangkat telponnya.

"Halo, Kak."

"Zara, kamu dimana ? Kenapa belum pulang ?"

"Oh ya, aku sampai lupa ngabarin Kakak. Aku lagi di rumah Pak Arka. Kenapa, Kak ?"

"Ngapain kamu kesana ?"

"Loh ? Memangnya nggak boleh berkunjung sebentar ke rumah calon suami ? Kan Kakak udah merestui aku. Dan kemarin Kakak bilang kalau kami harus mengenal lebih dalam sebelum menikah. Iya kan ?"

"Yaudah yaudah. Aku cuma mau bilang kalau besok pagi aku berangkat ke Singapura selama 3 hari, ada urusan bisnis. Dan Suci malam ini pulang ke rumah Ayahnya karena pamannya meninggal. Mungkin sekitar 3 hari juga."

"Oh gitu. Eh Kak ! Aku boleh nggak nginep di rumah Pak Arka ? Boleh ya ?? Plissss. Lagian aku bosan kalian berdua pergi. Lebih bagus aku disini. Ya kak ? Boleh ya ??"

"Oke. Tapi cuma 3 hari aja, ya. Setelah aku pulang, kamu juga harus pulang."

"Oke. I love you, Bro."

"Jadi kamu mau menginap disini ?" tanya Diana saat Zara sudah menutup telponnya.

"Eh. Iya, Tante. Boleh nggak ?" tanya Zara.

"Ya boleh, sayang." Diana mencubit pipi Zara pelan. "Rumah ini terbuka lebar untuk kamu. Lagipula setelah menikah, ini kan jadi rumah kamu juga."

Diana dan Zara selesai memasak. Kali ini dapur keluarga Kusuma sudah berhasil dibuat berantakan bukan main dengan tangan Zara. Diana sama sekali nggak mempermasalahkannya. Tapi Arka, itu musibah baginya.

"Ini makanannya udah siap." Zara membawa satu per satu makanan ke atas meja makan.

Arka yang sudah duduk dari tadi memperhatikan cara Zara bekerja. Tidak ada yang berbeda. Vania membantu Zara menata meja dan membersihkan pinggiran piring dan mangkuk yang terkena sedikit percikan makanan. Semuanya harus rapi dan bersih. Zara sudah mulai terbiasa dengan hal itu, namun belum bisa mengubah dirinya seperti Arka.

Diana menyuruh Zara duduk di tempat duduknya, yaitu di samping kanan Arka. Diana duduk di sebelah kiri Arka, tepatnya berhadapan dengan Zara. Vania duduk di samping Zara. Kemudian Devina datang dan duduk di sebelah Diana. Mereka mulai makan.

"Arka. Tiga hari ke depan sejak malam ini, Zara akan menginap disini."

Arka & Zara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang