EPILOG

6.8K 221 23
                                    

Sabtu ini Adnan mengajak Latisya untuk keluar, kemana saja untuk menghabiskan waktu bersama. Ketika sudah sore, Adnan memberhentikan mobilnya di dekat taman di sekitar rumah Latisya.

Adnan hanya ingin bersama dengan Latisya lebih lama lagi, dia merasa waktu hari ini bersama dengan Latisya terasa begitu singkat tiba-tiba sudah sore.

“Kamu inget nggak waktu kita makan dan kamu bahas filosofi ikan?” Tanya Adnan.

“Yang kita dari kantor pusat itu ya? Inget kok.” Latisya menatap Adnan, tepat dimatanya.

“Waktu itu kamu bilang kalau kamu cerita kayak udah ngelebihin Christoper Colombus kan?”

Latisya mengangguk, “Iya, terus?”

“Kayaknya kamu emang sama kayak dia deh Sya.” Ujar Adnan sambil menahan senyumnya.

“Sama? Kenapa?”

“Iya. Dia orang yang pertama kali menemukan benua Amerika yang belum pernah terjamah oleh siapapun kan?” Latisya mengangguk.

Fakta baru yang Latisya tahu adalah, ternyata Adnan bukan hanya suka ngomel-ngomel waktu kerja tapi memang dia cukup banyak bicaranya. Tapi Latisya senang-senang saja, mengobrol dengan Adnan hampir sama seperti membaca. Menyenangkan dan informatif. Entah itu dia jadi mengetahui cerita lain tentang Adnan ataupun obrolan-obrolan dengan topik yang agak berat—Latisya sudah pernah bilang kan kalau obrolannya dengan Adnan ini sebelas dua belas ketika dengan papanya.

Menyenangkannya karena Adnan tahu cara agar obrolan mereka tidak membosankan.

“Kamu juga hampir sama kayak Christoper Colombus, soalnya menemukan hati aku yang udah lama nggak dijamah oleh siapapun.” Adnan tersenyum diakhir kalimatnya.

Satu pukulan halus mendarat di lengan Adnan, “Gombal terus yaaaaa..”

Adnan tertawa, dia mencubit gemas pipi Latisya yang sudah memerah.

“Tapi benua Amerika waktu itu belum pernah dijamah sama sekali. Kalau hati Mas yang kan emang udah ada yang pernah.” Jawab Latisya. Latisya menopang dagunya di dashboard tengah-tengah antara kursinya dan Adnan.

Adnan kemudian memajukan tubuhnya dan menempelkan dahi serta hidung mereka.

“Mas baru sadar, mereka yang pernah jamah itu nggak pernah masuk ke hati Mas sedalam kamu Sya.” Ujar Adnan dengan menatap mata Latisya.

Blush! Kalimat Adnan dan posisi mereka membuat Latisya tidak bisa berkutik, hanya refleks ditubuhnya saja yang membuat dia menggigit bibirnya untuk menahan senyum.

Adnan kemudian memiringkan kepalanya, mereka sama-sama merasakan terpaan napas mereka satu sama lain, Latisya tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Dia memejamkan matanya dan merasakan sesuatu yang lembut yang secara implisit menyampaikan betapa besar cinta Adnan untuknya.

Latisya akhirnya tahu betapa menyenangkannya mendapatkan cinta yang tulus dan Adnan akhirnya kembali dapat merasakan betapa indahnya jatuh cinta. Yang mereka lakukan sekarang adalah menjalani hubungan mereka. Dan berharap semoga hubungan mereka akan bermuara di satu tempat yang sama.

Cerita di masa lalu kamu dan orang yang ada di cerita itu, tidak selalu muncul dengan hal dan cara yang sama. Semuanya memang sudah takdir tapi bagaimana cara kita menuju takdir itu adalah yang terpenting. Latisya telah memilih untuk berhenti menjadi pemimpi, ia memilih untuk dicintai dengan kepastian. Dan itu bersama Adnan.

END.

***

Tamattt guyyss.. selesaii.. End..
Nggak nyangka bisa menyelesaikan cerita ini. Yang tiba-tiba sudah kepikiran untuk direvisi 'lagi', tapi yah.. nanti aja deh 😂.

Dan itulah cerita Latisya dengan dua laki-laki berinisial A. Udah lama deket sama Ariq tapi jadiannya sama Adnan. That's life, kita nggak tahu akhirnya gimana.
Sooo.. gimana ceritanya?

Oh ya.. Aku mau ngucapin terima kasih sebesar-besarnya untuk kalian yang sudah baca dan vote cerita aku. I really appreciate it guys. I feel so honor. Thank you!

Aku akan sangat berterimakasih juga, kalau kalian berkesan dengan cerita ini, dan berniat rekomendasiin Start with A ini sama teman2 kalian.

Semoga kita bisa ketemu di cerita aku selanjutnya ya.. hopefully.

See you!


Start with AWhere stories live. Discover now