XXXIX

2K 158 5
                                    

Flirtationship, more than friendship less than a relationship.

Jujur, Latisya merindukan Ariq. Dia merindukan waktu yang menyenangkan saat mereka sedang bersama, walaupun hanya sebatas saling mengirim pesan tapi itu sudah cukup menyenangkan baginya.

Dulu, seringkali mereka berbicara mengenai hal-hal yang sebenarnya tidak penting, cukup mengomentari video lucu di instagram ataupun bercerita hal-hal yang aneh. Sederhana saja, tapi mereka melakukannya hampir setiap hari, jadi mungkin itu yang membuat mereka seperti terikat satu sama lain.

Malam ini Latisya jadi membaca obrolan lama mereka. Setiap melihat video yang menarik, baik Latisya maupun Ariq akan langsung mengirimkannya ke DM Instagram, lalu setelah itu obrolan mereka akan merambat kemana-mana. Dan mereka melakukannya hampir setiap hari.

Tapi beberapa tahun belakangan ini mereka tidak terlalu sering lagi seperti itu, terkadang mereka tidak saling mengirim pesan hingga satu bulan. Awalnya.. mungkin itu menjadi hal yang tidak menyenangkan terutama bagi Latisya, sometimes she just missed him. Karena ada banyak cerita yang ingin dia sampaikan, ada banyak video yang bisa mereka bahas. Entahlah, bisa mengobrol dengan Ariq walaupun hanya lewat pesan itu just like a heroin.

Ya, when you fall in love with someone.. everything is just like a comedy because it makes you happy all the time.

Semakin kesini, mereka tidak terlalu sering mengobrol lagi. Entah sejak kapan, tapi Latisya sudah cukup lama hanya menganggap Ariq 'teman biasa' sama seperti yang lainnya. Dia sudah cukup lama menepis perasaan kalau dia menyukai Ariq, sederhana saja.. Latisya tidak ingin terlalu berharap.

Mereka dekat di tahun terakhir mereka SMA, setelah itu mereka sibuk kuliah dan berada di negara yang berbeda, saat bekerja mereka berada di lingkungan dan kesibukan yang juga berbeda. Mungkin itulah kenapa frekuensi pertemuan mereka amat sangat jarang.

Walaupun sekitar satu tahun belakangan ini mereka jadi dekat lagi karena Ariq lebih sering di Jakarta, sekarang bedanya mereka jadi cukup sering bertemu secara langsung.

Cukup sering bertemu dengan Ariq justru membuat Latisya kembali berharap. Dulu saat jaman-jaman kuliah dan awal bekerja, Ariq sempat berpacaran dengan orang lain dan itu tentu saja membuat Latisya patah hati. Itu menyadarkannya bahwa 'You're just another girl to him' atau 'You're just a friend'.

Sakit memang, Latisya mencoba untuk 'masa bodoh' dengan Ariq saat itu. Tapi setelah dia putus, Latisya masih oke-oke aja waktu deket lagi sama Ariq.

Ariq memang tidak pernah mengatakan secara gamblang kalau dia suka dengan Latisya, tapi tanpa itupun everyone knows dia suka dengan Latisya. Menceritakan kehidupan kampusnya, menceritakan kesehariannya sudah menunjukkan bahwa tidak mungkin kalau Ariq tidak memiliki perasaan kepada Latisya kan? Setidaknya sedikit.

Iya.. itulah permasalahannya, Ariq menyukai Latisya tidak sebesar rasa suka yang dimiliki Latisya untuknya. Inilah kenapa sebenarnya Latisya tidak mau berhubungan dengan cinta, dia tidak mau merasa bodoh.

Itu juga yang membuat Latisya tidak meunjukkan perasaannya kepada Ariq secara terang-terangan. Ariq sulit untuk dibaca, dia juga tidak begitu sering melemparkan kode ke Latisya. Entah apa yang membuat dia sangat berhati-hati saat mendekati Latisya.
Sampai akhirnya.. mereka lupa tentang perasaan mereka masing-masing.

***

Sebagai salah satu obat pelipur lara, Nabila mengajak Latisya menghabiskan hari minggu ini dengan berbelanja. Berbelanja adalah obat terbaik untuk perempuan kan? Dari sebelum makan siang sampai sekarang, mereka menyusuri Sephora, outlet New Look, Mark Spencer dan terakhir ZARA. Bahkan ditangan mereka, masing-masing sudah membawa beberapa belanjaan.

Start with ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang