XII

2K 163 0
                                    

Semesta suka bercanda dan penuh kejutan.

***
"Tau masih lama gini datengnya, mending tadi gue nunggu lift aja!" Bima duduk sambil memejamkan matanya karena cukup kelelahan.

Benar saja manajer yang dari tadi ditunggu-tunggu belum datang sampai sekarang. Mereka tidak tahu ritual apa yang dilakukan untuk menyambut manajer baru mereka. Sespesial itu ya?

"Pagi semua.." di depan sana ada kepala HRD, kalau sudah ada beliau berarti sang manajer baru sudah datang dan seketika semua keturunan Hawa langsung merapikan penampilan mereka bukan tanpa alasan.

"Anjir, jadi si kampret yang bikin gue ngos-ngosan pagi ini. Gue mau ngomong kasar boleh nggak?!" Bima berbisik dengan panik kearah Latisya dan Nabila yang masih fokus merapihkan penampilan. Mereka yang heran dengan respon Bima jadi ikut mengarahkan pandangan mata mereka ke depan.

"Mampus..mampus..demi apa?! Itu temen lo kak? Ngapain disini?" Latisya auto panik, pasalnya manajer baru nya ini bahkan lebih parah dari film itu. Iya ini jauuuuh lebih parah. Astaga sekali saja dia tidak pernah membayangkan ini terjadi.

"Ini manajer marketing yang baru, Adnan Arganta Yuda. Masih muda ya, mungkin beberapa dari kalian ada yang seumuran dan kalian pasti sudah mendengar tentang Pak Adnan kan? Apalagi mbak-mbak ini." Setelah itu, Pak Krisna kemudian memberikan beberapa patah kata dan setelah itu membawa Adnan ke anak-anak marketing.

Latisya ingin rasanya lari, sembunyi, keluar ruangan. Tapi yang ada dia hanya diam mematung. Kurang buruk apa lagi mood nya hari ini, ditambah lagi mendapat manajer yang dulunya musuh terbesar Latisya dari SMA.

Kakak kelas yang merangkap Ketua Osis yang baik ke semua orang tapi tidak dengan dirinya, sekaligus sahabat baiknya Bima.

"Jadi ketua osis aja udah nyebelin apalagi dia jadi atasan gue? Mampus lo, durhaka lo Latisya sama orang tua ini waktu SMA. Sekarang lo jadi cungpret nya, harga diri minus seribu!!" Latisya menggerutu dalam hati, dia merasa iba dengan keadan dirinya sendiri sekarang. Latisya bahkan tidak mendengarkan apa yang dikatakan Pak Krisna dengan rekan-rekannya dan juga si 'Manajer baru.'

"Nah, kalo ini namanya Latisya, kebanggan marketing juga. Dikasih kerjaan apa hasilnya selalu memuaskan, nggak pernah bermasalah. Sejauh ini sih anak marketing baik-baik saja ya?" Latisya yang merasa dirinya disebut hanya tersenyum canggung ke arah Pak Krisna.

"Pak Adnan, mereka juga sebenarnya nggak beda jauh umurnya dengan bapak. Jadi mungkin akan lebih mudah bagi Pak Adnan untuk berkoordinasi tentang pekerjaan." Adnan mengangguk.

Latisya memperhatikan interaksi bahasa isyarat antara Bima dan Adnan, dia menebak mereka sekarang ini sedang berbahagia karena bisa kerja bareng.

Setelah percakapan berakhir Latisya langsung menarik tangan Nabila untuk menjauh dari keberadaan Adnan.


"Bima nggak tahu juga ya kalau kak Adnan yang jadi manajer baru. Tapi mukanya tadi udah bahagia sih, secara mereka sohib banget gitu ya." Nabila dan Latisya memilih untuk duduk di pantry untuk beberapa saat.

"Lo bisa bayangin nggak hari-hari gue kerja mulai hari ini?" Latisya mulai gelisah, dia berpikir mungkin Adnan akan menyulitkan pekerjaannya mengingat dulu Latisya jadi adik kelas kurang ajar, kerjaanya membantah ketua osis.

"Maksud lo, dia dendam sama lo gitu?"

"Yaa.. menurut lo aja, gue tuh beberapa kali ketemu dia juga nggak pernah nyapa dia gitu. Ya dia juga masa bodoh sih, tapi ini tuh dia jadi atasan kita Bil. Lo bayangin ajalah dia jadi ketos aja gimana." Latisya mulai kesal mengingat memori SMA nya dulu saat dia harus berhadapan dengan Adnan setiap hari kamis.

"Tapi, tadi gue liat dia biasa aja kok. Lagian dia itu emang biasa aja kali dari SMA, cenderung baik malah sama adik kelas. Lo aja yang ada masalah sama dia, jadinya sama lo mungkin dia bakal sensian." Nabila benar, selama ini hanya dia adik kelas yang ada masalah dengan Adnan kata teman-temannya yang laki-laki maupun perempuan Adnan itu baik, bukan tipikal kakak kelas yang rese terkecuali dengan Latisya.

Bima Pradipa : wey ceweks, udahan gosipnya. Pak Adnan mau first meeting nih. Buruan ya. Jangan telat, ini bukan hari kamis hahaha!!

"Fighting sist, first meeting sama manajer baru." Nabila menggerling dan tersenyum geli kearah Latisya.

Dan sekarang adalah pertama kalinya Latisya akan berhadapan dengan Adnan setelah sekian tahun tidak memiliki hubungan yang baik, dia benar-benar merasa harga dirinya sudah habis ketika dia harus berlaga sopan, untuk menjadi anak buah yang tunduk dengan atasan, tidak membantah setiap omongan atasan, yang siap dimarahi kapan saja.

Dia benar-benar melakukan sesuatu yang berkebalikan dengan dia dulu di SMA saat berhadapan dengan Adnan, dan dia melakukan ini sekarang demi mempertahankan pekerjaan yang tercinta ini.

***

"See? Dia biasa aja. Bahkan sama lo dia kayak baru kenal. Profesional abis sih dia orangnya."

Meeting tadi berdurasi tidak lebih dari 30 menit. Adnan hanya melakukan evaluasi singkat tentang pekerjaan marketing ketika dirinya belum bergabung, berbicara tentang peraturan, sedikit perkenalan dan dia bilang sisanya akan sesuai seiring waktu mereka kerja. Dan benar saja, dia profesional. Latisya sedikit lega karena setidaknya pertemuan pertama mereka ini sebagai atasan dan bawahan tidak ada masalah sama sekali.

"Kenapa lo Sya, lo mikirin Adnan mulu kayaknya." Bima yang sangat paham dengan cerita mereka berdua terus-terusan menggoda Latisya.

"Mikirin nasib gue, mikirin harga diri gue, ogah banget gue mikirin dia." Iya ini jujur, yang daritadi di pikiran Latisya hanyalah nasib dan harga dirinya yang harus dipertaruhkan. Bertemu dengan Adnan lagi adalah hal ke-140 dari 100 harapan dia.

"Makanya sekarang lo jangan telat deh kalau disuruh sama dia. Ya walaupun lo sebenarnya nggak pernah telat sih. Dan sekarang lo nggak bisa marah-marah juga sama dia, kalo lo berani sih gue acungin dua belas jempol buat lo." Bima terkikik geli sedangkan Latisya semakin ruyam.

"Kenapa sih? Itukan temennya Bima, berarti itu kakak kelas kalian juga dong. Kenapa lo kayak cacing kepanasan banget dari tadi?"

"Jelaslah! gue punya kenangan buruk sama dia. Lagian lo nggak sadar, dibanding jadi Manajer dia itu lebih cocok jadi algojo. Kerjaannya nanti marah mulu pasti tuh." Nabila dan Bima lagi-lagi hanya tertawa.

"Lebay deh lo! lagian kalo Pak Adnan marah dia nggak bakal marah ke kita, marah nya ke lo doang hahahah.." Nabila merasa sahabatnya ini terlalu melebih-lebihkan tentang Adnan

"Gimana kalau makan siang ini ajak Pak Adnan? Biar akrab gitu." Latisya langsung mengalihkan pandangannya ke Recky, apa-apaan ini mereka harus makan dengan suasana tegang?

***

"Jadi, Pak Adnan pindah ke Indonesia baru-baru ini ya?" Arvin yang sebenarnya agak bingung ingin berbicara seperti apa dengan Adnan memberanikan dirinya membuka obrolan.

Adnan sekarang mungkin tidak terlalu jauh berbeda dengan dia dulu ketika masih SMA. Pembawaannya masih santai, tidak terlalu memperdulikan hal-hal remeh, bedanya karisma leadership-nya itu semakin bertambah, dia juga tampak lebih berwibawa dengan setelan jas yang dikenakannya sekarang.

"Iya, saya baru dua bulan ini balik ke Indonesia." Adnan berbicara kalem, cukup santai tapi kelihatan berwibawa.

"Dulu, sempat kerja di perusahaan di Jerman juga ya pak?" Kehidupan orang yang dulunya pernah tinggal di luar negeri memang menjadi hal yang menarik, dulu saat Latisya baru bekerja disini dia juga sering ditanya tentang kehidupannya di Jerman.

"Iya sekitar tiga tahunan."

"Latisya juga lulusan Jerman kan? Dulu sering ketemu sama Pak Adnan dong?" Bima bisa banget ya mengungkit masa lalu.

"Pak Adnan dulu sekolahnya di Munchen juga ya? Kalo iya berarti sama dong kayak Latisya." Baiklah, mari kita lihat persekongkolan Bima dan Nabila.

"Iya saya dulu di Munchen, kayaknya dulu lumayan sering ketemu di kampus tapi mungkin nggak sempet sapa waktu itu." Jawab Adnan tanpa ekspresi.

Sontak Latisya mengomel dalam hati, "Jelaslah sering ketemu, orang satu jurusan sama-sama manajemen. Sering ketemu juga kalau lagi kumpul anak PPI." Ingin rasanya Latisya membalas perkataan Adnan tapi sejak rapat tadi dia sudah cukup baik menjaga sikapnya.

"Iya mungkin ya pak sering ketemu, saya nggak terlalu memperhatikan orang sih waktu di Munchen dulu." Latisya tersenyum sungkan didepan. Nabila dan Bima hanya terkikik melihat dua orang ini. Merasa dendam lama belum kelar.


***

Hii!!

Sudah ketemu dengan Manajer baru kan? Gimana? Kalau si Latisya, dia sampe gelagapan gitu waktu tahu kalau itu Adnan.

Ohya, untuk visual tokohnya.
Aku belum ketemu visual yang pas untuk Ariq, tapi kalau Adnan sih bayanginnya kayak Jamie Dornan tapi yang ada sentuhan muka Indonesia nya.

Kalau untuk Latisya, kalian pilih visual sendiri deh. Kalau mau Latisya itu kalian juga silahkannn.

Enjoy next chapter! :)

Start with AWhere stories live. Discover now