XXXXII

1.9K 151 4
                                    

Ariq menyesal.

Dia merutuki kebodohannya, lagi.. dan lagi. Latisya sudah terlalu dalam masuk ke kehidupan Ariq, dia sadar ada banyak hal yang Ariq bagi ke Latisya. Latisya memahami banyak tentang dirinya, Latisya sempat menemani ketika kondisinya sedang buruk, Latisya ada untuknya.

Tapi Ariq? Dengan tidak tahu dirinya Ariq malah membuat perempuan itu menunggu tanpa kepastian dan sampai menyakitinya di akhir hubungan mereka.

Ariq tertawa miris, dia bodoh menyia-nyiakan Latisya. Tidak akan ada lagi si Dreamer di hidupnya, yang mau mendengar ceritanya, memberinya semangat. Tidak ada orang yang akan berbagi obrolan dan cerita receh dengannya lagi. Latisya-nya sudah lelah, dan sekarang dia memutuskan untuk pergi darinya.

Tapi.. sejak hari dimana Ariq menikah, sejak detik itu juga tidak ada lagi harapan apapun untuk hubungannya dengan Latisya. Walaupun itu menyakitkan, tapi akhirnya dia bisa melihat ujung dari hubungan mereka. Ternyata.. mereka harus berpisah.

Karena pada hakikatnya.. takdir pasti akan terjadi, tinggal bagaimana kita memilih dengan cara apa kita mencapai takdir itu. Dan lagi, semua cerita pasti memilih akhir, tinggal kita lihat apakah itu akan mengiring kita ke tawa atau tangis.

Semesta tidak mau dibantah, berteman adalah status paling cocok untuk mereka.
Now, he has his own life so does Latisya. And she’s deserve to be happy, bukannya terperangkap dalam hubungan tidak jelas dengan pengecut seperti dirinya.

Ariq ingin menyelesaikan semuanya, dia belum pernah menemui Latisya sejak hari itu di lobi kantornya. Ariq merasa they have’nt ended it well yet, walaupun sebenarnnya tidak ada yang harus diakhiri karena memang tidak pernah memulai sebelumnya.

Tapi.. setidaknya, setidaknya dia harus menemui Latisya dan menjelaskan apa yang belum sempat terucap.

***

Latisya baru saja keluar dari sebuah kafe yang berada didekat kantornya, dia sengaja mampir untuk membeli cheesecake dan secangkir Americano. Latisya berjalan sambil menatap layar ponselnya, dia berniat untuk memesan taksi online.

“Latisya..” Pergerakan jari Latisya dilayar poselnya terhenti ketika mendengar suara seseorang yang sudah sangat dia kenali tanpa harus menoleh melihat orangnya.

Dia.. yang seperti tidak bertanggung jawab dengan apa yang terjadi dengan hati Latisya, menghilang setelah dia mengantarkan undangan itu ke Nabila.

“Latisya..” Panggilnya lagi. Latisya menormalkan mimik mukanya kemudian beralih menatap seseorang itu. Dia hanya menatap datar Ariq yang berdiri tidak jauh dari dirinya.

Can we talk?” Ujar Ariq dengan ekspresi ragu.

Latisya tidak bergeming.

“Sebentar aja Sya, gue mau jelasin semuanya sama lo. Setelah ini terserah lo mau gimana, nggak mau ketemu gue.. gue akan terima.” Latisya berdesis mendengarnya. Latisya memang sudah berdamai dengan hatinya, dia memang sudah menerima kenyataannya, tapi melihat Ariq yang baru datang untuk memberi penjelasan setelah berminggu-minggu membuat Latisya jadi sedikit tersulut emosinya.

Then, you can talk.”

“Kita masuk aja Sya, sambil duduk.” Kata Ariq dengan lembut, membuat Latisya jengah.

“Disini, cukup disini. Gue nggak punya banyak waktu.” Jawab Latisya tajam. Ariq hanya menghela napas dan mengikuti kemauan Latisya, setidaknya dia bisa berbicara dengannya walaupun ditempat parkiran seperti ini.

“Maaf Sya, maaf untuk semuanya. Maaf karena udah buat lo nunggu tanpa kepastian, maaf karena udah nyakitin lo.. maaf karena baru bisa nemuin kamu sekarang. Maaf untuk semuanya.” Latisya diam mendengarnya, matanya menatap aspal tanpa berniat melihat kearah Ariq.

Berapa kali Ariq mengucapkan maaf?

"Gue tahu gue salah, bego karena telat sadar sama perasaan lo dan perasaan gue sendiri. Gue bodoh karena menyiakan-nyiakan lo dan akhirnya malah lepas. Sya, kalau lo merasa selama ini gue hanya mempermainkan lo, itu salah Sya.."

"Selama ini gue selalu coba untuk cari waktu yang tepat Sya untuk menjelaskan hubungan kita. Gue sayang lo. Bohong kalau selama ini gue nggak punya perasaan apapun sama lo. Lo.. nggak sendirian yang jatuh cinta.” Mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut Ariq membuat Latisya menatap tajam.

‘Lo nggak sendirian jatuh cinta’ Cukup membuat Latisya tersinggung, seakan-akan dirinya ini benar-benar mengharapkan Ariq.

Latisya memejamkan matanya, kemudian menatap Ariq dingin.

“Iya.. gue mikirnya lo cuma mainin gue, karena selama ini lo memang nggak pernah serius kan Riq? Apa? Hampir sepuluh tahun ini lo cari waktu untuk jelasin hubungan kita, sepuluh tahun dan lo nggak pernah ketemu waktu itu barang sedetik pun?"

"Iya jelas! Kalaupun ada waktu lo malah cari yang lain, chatting-an sama yang lain, deketin orang lain yang lebih ke tipe lo. Gue mah emang cuma temen.. nggak lebih, iya kan?!” Latisya mengatakannya dengan menggebu-gebu. Seolah-olah, kalimat ini sudah tertahan sejak lama.

“Gue jatuh cinta sendiri? Gue aja sampai lupa kapan terakhir kali keluar dari mulut gue kalau gue cinta sama lo! Riq.. apa lo pikir sedalam itu perasaan gue ke lo?"

"Nggak Riq, nggak sebesar itu. Karena gue tahu.. gue sadar hubungan kita nggak akan bisa jauh dari kata temenan. Kalaupun gue suka sama lo, ya cuma sebatas itu.”

Ariq menatap nanar ke arah Latisya, dia sadar diri dengan apa yang sudah terjadi. Latisya berhak marah.
Apapun perasaannya ke Latisya juga tidak bisa diapa-apakan lagi, semuanya sudah jelas.

Mereka harus selesai sampai disini dengan cara seperti ini.

“Maaf Sya, maaf.. sekali lagi maaf. Gue mau bilang makasih buat selama ini, lo udah mau dengerin cerita-cerita gue. Gue harap, kita masih bisa jadi teman. Maksud gue, gue harap lo masih mau jadi teman gue.” Ariq tersenyum miris di akhir kalimatnya.

Latisya mengatur nafasnya, matanya terasa panas tapi tidak untuk menangis sekarang. Latisya akan mengakhiri, benar-benar mengakhiri apa yang sudah mereka jalani hampir sepuluh tahun ini.

Sepuluh tahun, dan hanya seperti ini.

“Bahagia selalu ya Riq.. gue harus pulang sekarang.”

Latisya berjalan membelakangi Ariq, meninggalkan 'temannya' itu.

Ariq.. apa lagi yang bisa Ariq lakukan selain membiarkan Latisya pergi.

***

Hiiiiii!!

Terakhir.. ini terakhir ada Ariq. Ariq cuma mau ketemu Latisya sebentar. Jangan benci Ariq yaa.. dia 'teman' yang baik looohhh.. wkwk

See you next chapter!!

Start with AWhere stories live. Discover now