XVIII

1.9K 115 0
                                    

Flashback.

Hal ini adalah hal yang menjadi alasan kenapa Latisya bisa sebenci itu dengan Adnan, kenapa mereka jadi sering bertengkar, kenapa mereka bisa seperti tidak saling kenal saat di Jerman, semua karena kejadian di hari Kamis.

Inti Osis itu sudah pasti orang yang paling sibuk kan diantara siswa yang lain, apalagi ketua osis nya. Dulu di SMA, mereka ada jadwal untuk anggota dan inti osis untuk 'patroli' keliling sekolah. Untuk memeriksa kalau ada siswa terlambat, merokok, tidak ikut apel, tidak piket dan lainnya.

Latisya sendiri mendapatkan giliran piket kelas di hari Kamis, fyi di sekolahnya itu ada apel pagi yang dilaksankan pukul tujuh kurang lima belas menit, biasanya untuk mereka yang piket halaman atau kelas harus ada disekolah paling lambat jam setengah tujuh-bukan peraturan tertulis tapi tetap saja itu peraturan.

Latisya merasa dia bisa mengukur waktu, lamanya perjalanan dia dari rumah kesekolah, semepet-mepetnya dia datang ke sekolah dia tidak pernah terlambat saat apel.

Ketua Osis sebenarnya tidak punya jadwal khusus untuk patroli, yang jelas dia harus tetap mengawasi semua kegiatan setiap hari. Tapi, entah kenapa hari Senin dan Kamis menjadi kesukaan Adnan untuk patroli, terkadang dia juga sering patroli dadakan. Dia akan datang jam setengah tujuh kurang dan berkeliling dengan salah satu anggota osis yang piket di hari yang sama.

Sialnya bagi Latisya, dia harus tertangkap terlambat 'hampir' setiap hari Kamis, tertangkap baru pegang sapu atau terlambat baru datang saat piket kelas sudah hampir selesai dan itu semua karena Adnan. Latisya tahu dia tidak akan terlambat apel, dia masih melaksanakan piket walaupun dia datang lebih dari jam setengah tujuh, tapi ketua osis yang maha agung itu tidak mengindahkan semua alasan Latisya.

"Latisya tadi Kak Adnan udah patroli kesini, dan dia tahu lo belum piket."

"Sya lo tadi dicariin Kak Adnan, katanya lo kenapa dateng telat padahal piket kelas."

"Sya lo kayaknya bakal dimarahin Kak Adnan lagi deh."

"Sya gue sampai habis alasan buat jawab pertanyaan kenapa lo dateng telat."

"Nggak capek apa lo diomelin mulu sama dia?"

Itu yang diucapkan teman-temannya setiap hari Kamis, setiap minggunya. Sampai-sampai dia menjadi terbiasa sendiri, bahkan teman-temannya sudah tahu jawaban apa yang akan diberikan ketika ada anggota osis yang bertanya kenapa dia belum datang.

Tidak ada alasan sebenarnya, dia datang siang karena dia sudah bilang "sisain aja piketnya buat gue, ntar gue yang nyelesainnya." dia masih piket, dia masih ikut apel tanpa telat tapi kenapa dia harus kena marah Adnan terus?

"Lo nggak bisa apa, sehari aja dalam seminggu, di hari Kamis aja lo dateng jam setengah tujuh. Piket duluan, nggak usah minta sisain debu sama temen lo buat piket. Gampang kan?" hari itu Adnan sengaja menunggu Latisya dan menyaksikan dia melaksanakan piket. Latisya sudah kesal sampai keubun-ubun, kemudian mendengus sebal.

"Kak, gue masih piket selalu piket malah setiap kamis. Gue juga nggak pernah telat dateng, bel apel bunyi gue udah ready bareng temen-temen gue. Salah gue dimananya kak?" Latisya menjawab dengan suaranya yang semakin meninggi bahkan tanpa ragu dia membalas tatapan tajam dari Adnan.

"Walaupun ini bukan peraturan tertulis tapi lo harus taati, kalau piket jam setengah tujuh udah harus ada ditempat, bukan baru jalan. Salah lo ya disitu." Latisya hanya diam dan melanjutkan piketnya, terserah Adnan mau bicara apa. Bebas.

"Sepinter apapun lo, mau sebanyak apapun guru kenal sama lo kalau kelakuan lo nggak baik kalo lo nggak punya attitude, pinter lo itu nggak berlaku apapun!" Adnan sudah tidak tahan bagaimana mungkin ada adik kelas yang terus-terusan membalas perkataannya tanpa sungkan sedikit pun, dan perempuan lagi. Parahnya lagi dia sangat bebal.

"Kak gue tahu banget lo ngejalanin tanggung jawab lo dengan sangat baik, tapi gue juga udah ngejalani tanggung jawab gue! Akan lebih baik kalau kakak pura-pura nggak liat, nggak tau kalau gue piket hari Kamis. Jadi kakak nggak perlu pake emosi setiap Kamis!" setiap Adnan datang memeriksa piket di kelas Latisya, hampir selalu mereka akan berakhir dengan adu mulut seperti ini, sampai akhirnya Adnan sama sekali memperdulikan apapun yang berhubungan dengan Latisya.

Masalah mereka ini bahkan sudah sampai ketelinga guru, pasalnya aneh bagi mereka kalau Adnan ketua osis yang punya citra baik, pintar, tampan, prince charming di sekolah, senior yang katanya baik ini-terkecuali sama Latisya, bisa punya masalah sama Latisya anak baru yang banyak orang bilang salah satu yang cantik, pintar dan sebenarnya sopan-terkecuali dengan Adnan.

Tidak sedikit dari guru yang suka member nasihat mereka untuk tidak saling benci, tidak sedikit juga malah yang mendoakan mereka jodoh yang diamini baik oleh guru juga teman-temannya.

Lebih dari 40 orang yang ngaminin, bahaya banget nggak sih kalau mereka beneran jodoh?

Mama Latisya dan Mama Adnan itu sama-sama dokter gigi, mereka berteman dari zaman kuliah. Saat mereka berdua tahu masalah anak-anaknya mereka jadi geleng-geleng kepala.

Bagaimana bisa, disaat orang tuanya berteman sedangkan anak-anaknya seperti Tom & Jerry. Sudah sering dinasihati, sudah sering diajak ketemuan bareng biar bisa baikan, tanpa sengaja kuliah di Jerman dikirain pulang dari Jerman temenan, tapi ternyata salah. Tidak ada satu hal apapun yang bisa membuat mereka jadi berdamai, yang ada justru mereka seperti orang asing.

***

Jadi itulooh history nya Latisya-Adnan.

Gimana menurut kalian? Atau kalian jadi mikir kalau dari SMA ternyata ada yang diem-diem udah nyimpen rasa?

I'll not answer it hehehe.

See you next chapter!


Start with AWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu