XXXV

1.9K 159 4
                                    

Sebenarnya aku ga nyangka di wattpad chapternya udah 35 aja, karena waktu aku nyelesain cerita ini sebelumnya, udah dipangkas disana sini dan hasilnya ga sampe 30 part doong.

Berhubung di wattpad satu chapternya itu paling banter 1800an kata, yah jadi wajar aja ya kalau disini bisa sampe 30an lebih.

Aku masih rekomendasiin lagunya John Mayer- Friends, Lovers or Nothing. Tapi kalau kalian mau kasih tau lagu lain yang cocok, komen aja ya!  Thank you.

Happy reading~~

***

Beberapa minggu dari pertemuannya dengan Ariq itu, Latisya sudah mulai bisa menyembuhkan hatinya. Dia mencoba untuk menjalankan aktifitasnya seperti biasa, menyibukkan dirinya dengan pekerjaan.

Latisya berjalan beriringan dengan Adnan, mereka baru saja kembali dari kantor pusat. Di lobi dia bertemu dengan Nabila, Reyhan dan... Melihatnya hati Latisya mencelos, rasanya seperti dihantam batu keras.

Belum reda rasa sakitnya kemarin, tapi hari ini luka dihatinya seperti ditaburi garam. Apa hari ini dia harus diperjelas lagi dengan keberadaan sebuah benda, yang tanpa dia bersuara pun sudah sangat mampu memperjelas keadaan?

“Eh.. udah balik lo?” Nabila bertanya ketika melihat Latisya mendekat. Latisya hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Gue baru tahu kalau Kak Adnan udah bisa deket-deketan sama Latisya. Ciee.. udah baikan nih?” Reyhan bersuara kemudian dia menertawakan Adnan dan Latisya yang datang bersamaan.

Latisya tidak ambil pusing dengan itu, semua orang yang tahu permusuhannya dulu dengan Adnan akan bereaksi sama ketika melihat mereka bersama seperti ini.

Bersama sebagai atasan dan bawahan ya. Tolong digaris bawahi.

Lagipula dengan keadaan sekarang yang ada Ariq disana, tentu bukan waktu yang tepat untuk membahas masa lalunya dengan Adnan.

“Eh ini udah kan? gue keatas ya, see you.” Nabila segera menarik tangan Latisya untuk beranjak dari sana.

Tapi sebelum itu, beberapa detik pandangan Latisya dan Ariq  bertabrakan. Tidak ada yang bisa menjelaskan tatapan masing-masing dari mereka. Apa itu tatapan marah, kecewa, sakit atau rindu?

Tidak, Latisya dengan cepat mengalihkan pandangannya. Tidak ada lagi alasan untuk dia terus berputar dihubungan yang sama dan dengan orang yang sama.

See you Han.” Latisya mengikuti Nabila untuk segera keatas, tanpa menyapa Ariq. Setidaknya sampai sekarang, dia masih terus mencoba mengontrol dirinya saat berhadapan dengan Ariq.

Sedangkan Adnan hanya bersalaman ala ‘bro’ dengan Reyhan dan Ariq, kemudia dia ikut masuk ke dalam lift.

Nabila memberi kode dengan Adnan, agar dia tidak memberi tahu ke Latisya dengan apa yang dilihatnya ditangan Nabila. Didalam lift, Nabila berdiri disamping Latisya dan Adnan didepannya.

“Punya Reyhan atau Ariq?” suara datar Latisya memecah keheningan lift. Adnan yang merasa tidak ada hubungannya sama sekali hanya diam, sebagai kambing congek.

“Apa?” 

“Gue udah lihat dari pintu lobi Bil. Nggak usah disembunyiin.” Nabila hanya diam menggigit bibir bawahnya, bingung ingin merespon apa.

Yup, she saw everything.

***

Untungnya Latisya berinisiatif lebih dulu untuk memperjelas hubungannya dengan Ariq, kalau tidak hubungan mereka akan berakhir lebih menyakitkan bagi Latisya.

Detik pertama Nabila memberi tahu tentang undangan itu, hatinya seperti lupa bentuk. Inikah puncaknya dia harus merasakan sakit hati? Ariq tidak perlu banyak bicara dan sudah mampu membuat hati Latisya berantakan.

Mengingat semua yang terjadi diantara mereka, Latisya meringis, hubungan mereka selama ini tidak berarti apa-apa, sama sekali.

Terakhir.. kali ini saja Latisya ingin menangis, setidaknya untuk meredakan rasa sakit ini. Bahkan, dia berharap air matanya ini mampu menghilangkan semua rasa yang tersisa untuk Ariq.

Latisya tidak tahu dengan perasaannya sekarang, mungkin rasa kecewa lebih mendominasi. Tapi, bukankah kekecewaan itu lebih parah dibanding amarah seseorang?

Mungkin Ariq bukan arsitek yang hebat, dia membangun hubungan tanpa rencana dan tanpa fondasi, dia hanya mempercantik luarnya dengan interaksi manis tapi kemudian dia membiarkan semuanya hancur tanpa berniat memperbaiki.

***


Start with AWhere stories live. Discover now