서른다섯

11.6K 855 104
                                    

~Thirty-Five~

'It's Okay to Cry'

Kim Taehyung, 4 tahun.

BRUK!

Bocah itu jatuh dari sepedanya—membuat pelipis dan lututnya terluka. Anak itu terbata, air matanya berkumpul di pelupuk matanya. Sang appa yang sedari tadi mengikutinya dari belakang hanya terkekeh pelan.

"Tidak apa-apa? Mana yang sakit?" Sang appa menepuk helm yang digunakan Taehyung beberapa kali, berusaha menenangkan putra tunggalnya itu.

"U... uh, tuh!" Taehyung masih berkaca-kaca, menunjukkan lututnya yang memerah dan perih—walau hanya memar, tidak berdarah. Sang appa pun menunduk, meniupi lukanya.

"Fuuh! Fuuh! Sudah, sembuh."

Mata Taehyung masih berkaca-kaca. Kerongkongannya terasa begitu sakit karena ia menahan tangisannya. Si ayah yang menyadarinya langsung mengangkat alisnya, "Tae... kalau kau mau menangis, menangis saja tidak apa-apa."

"... u-uh, ceh-habisnya kata eomma... laki tuh harus kuat," Taehyung menggeleng kuat-kuat. Ingin menahan air mata yang ada di ujung matanya. Namun yang ada, ia malah merasa sangat pening dan sesak.

Sang ayah menarik senyumannya. Ia mengerti, setiap ibu di Asia selalu menanamkan bahwa lelaki harus kuat dan tidak boleh lemah. Lelaki itu pun berkata sembari mencubit pelan pipi gembil putranya.

"Tae, menangis, tertawa, ataupun marah itu adalah bentuk perasaan. Siapa yang bilang laki-laki tidak boleh menunjukkan perasaannya? Menangislah kalau kau ingin menangis. Itu bukan berarti kau lemah."

Apa yang dikatakannya membuat Taehyung tidak dapat menahan tangisannya lagi. Tangis si Kim mungil itu pecah. Dengan cepat, ia memeluk appanya dengan manja—menenggelamkan wajahnya ke atas dada bidang si CEO muda.

.

.

.

Kim Taehyung, 15 tahun.

"Taehyung, bisa tolong ambilkan obeng minus?"

Kim Taehyung menggigit bawah bibirnya mendengar pertanyaan dari sang appa yang sedang berada di bawah mobil sportnya, memperbaikinya. Taehyung pun mencari obeng di tas peratalan milik sang ayah, tetapi ia tidak tahu yang mana benda yang dimaksud.

"Tidak tahu yang mana, ya?"

Tahu-tahu saja, ayahnya sudah berada di belakangnya. Taehyung mengangguk kikuk, memainkan jemarinya—merasa bersalah. Sang ayah pun dengan cekatan mendapatkan obeng yang diinginkannya.

"Ini namanya obeng minus, yang bentuknya pipih," sang appa menjelaskan.

"Begitu..." Taehyung mengangguk mengerti. "Maaf, appa. Tae benar-benar payah akan hal ini."

Sang ayah tertawa, "Kalau begitu, kau bisa tinggalkan appa, kok. Jangan memaksakan dirimu kalau memang tidak suka."

"Tapi, kata eomma... Tae harus belajar banyak dari appa," Taehyung menggerutu pelan. Sebenarnya, di hari libur seperti ini—ia memang kurang suka membantu sang ayah yang selalu saja sibuk membenarkan ini-itu. Entah mobilnya, alat elektronik, ataupun hanya sekedar mengotak-atik lampu rumah. Taehyung lebih suka menghambiskan waktunya untuk membaca, memasak, dan sesekali pergi dengan Jimin.

"Hm? Kalau tidak suka, ya sudah tidak usah," Sang ayah tertawa. "Kau bisa pergi ke dapur dan masak. Nanti kalau appa sudah selesai dengan ini, appa bisa memakan masakanmu~"

Little Sugar Daddy《KookV Fanfiction》Where stories live. Discover now