☀️Part 14☀️

1.1K 87 2
                                    

Ayra baru saja sampai apartemennya, dia langsung membanting tubuhnya disofa memikirkan perkataan bundanya tadi.

Ayra menghela nafas, kenapa secepat ini dirinya untuk menikah? Baru saja kemarin dia bersenang senang dengan sahabatnya, dan seminggu lagi dia akan menikah. Lalu dia akan bertemu calonnya malam ini?

"AAAAAA AYRA GA MAU" pekik ayra menghentakkan kaki dan tangannya.

"Tapi ayra harus mau"

"Nanti bunda sama ayah sedih"

"Ayra ga mau mereka sedih"

"Bunda kak aya, maafin ayra karena ga bisa dampingi kak aya, ayra harus jadi pendamping orang lain" keluh ayra.

"Siap siap deh" ucap ayra berjalan kekamarnya.

Setelah mandi dia memilih baju yang akan dipakainya malam ini.

"Pake baju apa ya? Ini, ini, ini, atau ini" beo ayra memegang 4 baju.

"Ini aja deh" ucap ayra memilih dress selutut berwarna hitam dengan motif polkadot putih.

"Cantikkan ayra" ucap ayra berputar. Dia menuju lemari tasnya, dia mengambil tas yang sama seperti bajunya, tak lupa merias wajahnya dan rambutnya yang dia hias sedemi kian rupa.

"Mudah mudahan cowonya cakep kayak kak arya" kekeh ayra.

Ayra segera keluar dan menuju mobilnya. Dia segera mengendarakan mobilnya menuju restoran, yang ditentukan bundanya tadi.

Ayra turun dan berdiri didepan restoran, kenapa dia jadi deg degan? Ayra terkejut saat ada seseorang yang memegang bahunya, dia langsung menoleh.

"Kak ar?" Ya arya yang memegang bahunya tadi.

"Lo ngapain malam malam disini?" Tanya arya.

"Malam ini pertemuan aku" jawab ayra. "Kakak ngapain?"

"Sama" ucap arya. Arya melihat ayra, malam malam gini pake baju tanpa lengan? Rok selutut pula.

"Eh?"

"Nanti lo sakit" ucap arya memakaikan jaketnya pada ayra.

"Makasih" ucap ayra mengecup bibir arya. Arya hanya tersenyum, nanti dia tak akan bisa melihat senyuman ayra lagi, tak bisa merasakan sentuhannya lagi. Dia tak yakin dia bisa tahan dengan seseorang yang tak bisa menyentuhnya sama sekali.

"Aku masuk dulu ya kak, sukses buat kakak" ucap ayra tersenyum lalu masuk.

"Yah, bun, om" ucap ayra menyalami mereka semua.

"Ini anak kamu? Sangat cantik" ucap orang itu.

"Makasih om" ucap ayra sopan.

"Siapa namamu?" Tanya pria itu.

"Ayra aqueenla jovanta om" jawab ayra.

"Gimana nyetaknya ini dy?" Tanya pria itu pada andy.

"Jangan meremehkan benihku rud, apapun itu asal dengan benihku akan terlihat sempurna" ucap andy bangga.

"Yah, kalo ngomong filter dulu kenapa sih, ada ayra" ucap wulan.

"Gapapa bun, ayra sudah harusnya tau" kekeh andy.

Ayra hanya diam, apa pria itu yang akan dijodohkan dengannya? Inimah seumuran ayahnya, bagaimana bisa mereka menjodohkannya dengan om om.

"Yah, aku dijodohin sama om ini?" Tanya ayra to the point, membuat mereka terdiam lalu tertawa bersama.

"Apa kamu mau?" Tanya pria itu.

"Engga" jawab ayra menggeleng, lagi lagi mereka tertawa.

"Engga sayang, kamu sama anaknya" ucap wulan. Ayra mengangguk lalu mengehela nafas lega, untung saja bukan sama om ini.

|| 𝐔𝐧𝐭𝐨𝐮𝐜𝐡𝐚𝐛𝐥𝐞 𝐌𝐚𝐧 || End ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang