☀️Part 11☀️

1.2K 84 0
                                    

Sedangkan ayra, dia masih bergelantung diakar pohon. Dirinya masih mencoba untuk naik sampai sekarang tenaganya habis.

Ayra merasakan tubuhnya melemas ditambah lagi sinar mata hari yang tertuju padanya, membuat punggungnya terasa panas, bahkan sangat.

"Ayra lemas" lirih ayra.

"Tolooong!" Ucap ayra mulai melemah.

"Ayra jangan nyerah, ayra harus naik" ucap ayra memberikan dirinya semangat. Dia masih berusaha naik, memaksakan lengannya yang tak bertenaga itu untuk kuat. Kakinya terus saja bergerak mencari pijakan.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAA" ayra berteriak karena dirinya terlepas dari pegangannya dan jatuh menurun.

"AAAAAAAAAAA TOLONGGGGGG!"

"SIAPAPUN TOLONG AYRA!"

Ayra terserat kebawah, bajunya terangkat membuat kulitnya tergesek langsung dengan tanah. Tangan dan kakinya sudah banyak darah karena ranting ranting yang menusuk dan tergores.

DUK

"AAAKKHHHH" ayra menjerit saat punggungnya menghantam batu besar.

"Awww sakit" ucap ayra memegang bahunya.

Ayra berdiri dengan tangan dipohon, dia melihat tubuhnya yang banyak sekali tanah dan luka dikaki dan tangannya. Untuk saja wajahnya tidak.

"Akhhh sakit banget" rintih ayra terduduk lemas. Ayra menatap keatas dimana tempatnya terjatuh tadi.

"Tinggi banget, terus sekarang ayra dimana? Ayra tersesat?" Beonya dengan mata sudah berkaca kaca.

"Bunda, ayah, kak aya ayra takut disini" ucap ayra mengeluarkan air matanya. Saat ingin berdiri tiba tiba tubuhnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Sedari tadi pikiran arya terus saja tertuju pada ayra. Ini sudah sore, kenapa gadis itu tak kunjung datang? Kemana sebenarnya gadis itu.

"Kenapa sih kak?" Tanya dira yang sedari melihat arya gelisah.

"Gapapa" jawab arya berusaha tenang.

"Lo ga bisa bohongin gue" ucap yoga baru saja datang.

Arya menghela nafas. "Dari tadi ayra ga ada, dia belum juga kesini"

"Mungkin ayra lagi jalan jalan" ucap leonal.

"Ini udah jam 16.30, dan dia ga ada jam 06.30, mana ada yang jalan jalan sampe 10 jam lamanya" ujar arya.

"Mungkin nemuin desa disini jadi disana dulu" ucap gita.

"Gue dah sering kesini, gue tau semua tempat, dan gue ga pernah nemuin desa disini, jangankan desa nemuin gubuk aja ga pernah, gue takut ayra kenapa napa" ucap arya lirihan diakhir kalimat.

"Ayra ga akan kenapa napa, percaya sama gue" ucap yoga menepuk bahu arya.

"Gue harap" ucap arya lesu lalh pergi entah kemana.

"Perasaan gue ga enak" celetuk dira.

"Ayra ga kenapa napa, udah istirahat aja sana" ucap yoga menyelipkan rambut dira.

"Iya" dirapun menuju tendanya diikuti gita yang juga menuju tendanya.

Arya terududuk dibawah pohon yang rindang. Pikirannya terus saja berputar tentang ayra, dia tak tahu dimana gadis itu sekarang.

"Ay, lo kemana?" Lirih arya menunduk.

Cukup lama arya terduduk disini, dia menatap jam tangannya, sudah pukul 18.30. Arya berdiri dan berjalan kembalin ketendanya.

"Ada apa?" Tanya arya saat mendapati seluruh murid berada dilapang.

"Assalamualaikim warahmatullahi wabarokatuh, anak anak, untuk malam ini saya minta maaf karena semua guru guru ada urusan sebentar, ini adalah urusan mendadak, saya baru mengetahuinya tadi, jadi saya akan meninggalkan kalian semua disini apa tak apa apa? Kareka tak mungkin jika kita pulang sekarang karena ini sudah malam dan bus belum kita pesan" ucap kepsek.

|| 𝐔𝐧𝐭𝐨𝐮𝐜𝐡𝐚𝐛𝐥𝐞 𝐌𝐚𝐧 || End ✔ Where stories live. Discover now