☀️Part 12☀️

1.2K 86 1
                                    

Arya langsung membawa ayra masuk, dirinya sudah tak karuan antara sedih dan senang.

"SUSTER TOLONG!" teriak arya. Seorang susterpun langsung membawa brankar dan membawanya keruangan.

Arya terduduk didepan ruangan, membiarkan ayra yang diurus dokter dan suster didalam.

"Kenapa harus lo, dari sekian banyaknya siswi" lirih arya menitiklan air matanya.

"Ya kenapa?" Tanya yoga yang baru saja datang. Ya mereka mengikuti mobil arya sejak tadi.

Arya mendongak menatap yoga dan yang lainnya. Mereka terkejut arya menangis? Tapi karena apa?

"Kenapa?" Tanya yoga duduk disamping arya.

"Ayra didalem" ucap arya membuat semuanya terdiam, jadi benar? Yang tadi adalah ayra.

"Gimana bisa?" Tanya dira sudah menitikkan air matanya.

"Gue ga tau, gue nemu dia dibelakang semak" jawab arya.

Ceklek

Pandangan semuanya beralih menatap dokter yang baru saja keluar.

"Bagaimana dok?" Tanya arya.

"Pasien tak apa apa, hanya saja banyak sekali luka ditubuhnya, dan benturan dipunggungnya menyebabkan memar. Saya sudah mengobati luka dan memarnya, hanya menunggu pasien siuman" jawab dokter membuat semuanya menghela nafas lega.

"Boleh masuk?" Tanya leonal.

"Boleh, asalkan tak menganggu pasien. saya permisi" ucap dokter meninggalkan semuanya.

Arya terduduk lemas, dirinya takut hal ini terjadi lagi dikehidupannya.

"Lo ga mau masuk?" Tanya yoga.

"Gue takut" jawab arya menitikkan air matanya lagi. Membuat yoga terdiam menunggu lanjutan arya.

"Gue takut ini terjadi lagi, lo inget gimana bunda meninggal? Dia jadi korban pembunuhan, ditemukan, dibawa kerumah sakit, banyak luka dan memar, ga bisa diselamatkan, gue takut" lanjur arya menutup matanya. Yoga mengerti, arya memiliki ketakutan yang besar.

"Ayra ga akan kenapa napa percaya sama gue" ucap yoga menepuk bahu arya. Arya mendongak menatap yoga yang tersenyum dan mengangguk padanya. Arya mulai berdiri.

Entah kenapa tiba tiba saja jantungnya berdetak cepat saat memegang knop pintu. Ini adalah yang kedua kalinya dia kerumah sakit, dan kedua kalinya juga orang tersayangnya kerumah sakit.

"Gue pasti bisa" batin arya.

Arya membuka pintunya, obat, itulah yang tercium diruangan ini. Dia melihat dira, gita, dan leonal yang berdiri disamping kasur.

Perlahan arya mulai mendekat dengan langkah yang pelan. Jantungnya berdetak cepat, matanya memerah, pikirannya entah kemana.

Semuanya menatap arya yang telah berdiri disamping ayra dengan mata memerah, membuat mereka menatap iba arya.

"Buka mata lo ay" lirih arya memegang lengan ayra yang tak bertenaga. Sahabatnyapun menjauh dan duduk disofa membiarkan arya bersama ayra.

"Apa yang terjadi sama lo ay? Kenapa lo bisa gini? Apa karena gue?"

"Kerena gue yang ngambek?"

"Bangun ay, jangan bikin ketakutan gue melebih" lirih arya menangis ditangan ayra.

"Setelah delapan tahun gue ga liat arya nangis" celetuk yoga.

"Gue kira air matanya dah kering" ucap leonal, sontak menerima jitakan dari gita.

|| 𝐔𝐧𝐭𝐨𝐮𝐜𝐡𝐚𝐛𝐥𝐞 𝐌𝐚𝐧 || End ✔ Where stories live. Discover now