☀️Part 11☀️

Start from the beginning
                                    

"Gapapa pak" ucap semua murid.

"Baiklah saya minta maaf sebesar besarnya, tapi besok pagi kami akan segera kembali, jadi untuk kalian meskipun tak ada guru kalian harus tetap menjalani peraturan yang pembina katakan, jika bahan makanan kalian habis, kalian bisa mengambilnya ditenda guru, hanya itu yang bisa saya sampaikan, wassalamualaikum" ucap pak kepsel masuk kedalam mobil bersama guru yang lainnya.

"Bebasssss!" Pekik para murid setelah mobil guru pergi menjauh.

"Hey! Gimana kalo malam ini kita nyanyi nyanyi gitu" ucap nanda siswi kelas XII-Ips.

"Setuju" pekik semua murid dari kelas X-XII.

"Oke makan malam dulu" ucap nanda. Merekapun makan malam.

Ayra membuka matanya perlahan. Gelap, itulah yang ia lihat sekarang. Ayra terduduk dengan tangan memegang kepalanya yang terasa pusing.

"Astaghfirullah gelap banget" ucap ayra meraba raba saku celananya.

"Untung aku bawa senter tadi" ayra menyalakan senternya lalu mulai berdiri.

"Badan aku sakit semua" rintih ayra.

"Aku harus keluar dari sini" ucapnya menyemangati dirinya. Ayra mulai berjalan pelan pelan, tangannya tak lepas dari batang pohon.

Arya memutuskan untuk masuk kehutan, mencari gadis yang sudah menempati hatinya beberapa minggu ini.

"AYRA!"

"AY!"

"AYRA LO DIMANA!"

Arya terus saja memanggil ayra disetiap langkahnya. Sungguh dirinya sangat khawatir sekarang, apalagi sudah malam, bagaimana jika terjadi apa apa pada gadis itu?

Arya berhenti disebuah pohon, dia menoleh kebelakang sudah lumayan jauh dia berjalan tapi belum juga ada tanda tanda ayra ada.

"AYRAAAAA LO DENGER GUE?!"

"AY JAWAB GUE KALO LO DENGER GUE!"

Ayra menggerutu karena senter yang dipakainya mati.

"Aaaa jangan mati dulu aku belum bisa keluar" ucap ayra menghentakkan senternya agar bisa menyala siapa tau baterainya kesenggol, namun tak ada reaksi sama sekali. Ayra membanting senternya geram.

"Akhh" ayra merintih merasakan sakit ditangannya.

"Kak ar ayra kesakitan" lirih ayra terduduk memegang perutnya yang terasa perih.

"Tolong!"

"Tolongin ayra"

Arya melanjutkan jalannya, mata terus menelusuri hutan yang gelap ini.

"AY LO DENGER GUE?!"

Arya mendengar suara semak semak disekitarnya, dia menolehkan kepalanya kesegala arah mencari sumber suara.

"Ay, itu lo?"

Ayra terus saja berjalan, menguatkan kakinya yang sudah bergemetar. Dirinya baru ingat jika dari pagi belum makan, pantas saja tubuhnya bergemetar.

"Awww sakit" rintih ayra.

"Ayra takut disini" lirihnya mengeluarkan air mata.

Arya terus saja mendekat, entahlah hatinya mengatakan jika itu ayra, tapi pikirannya mengatakan itu bukan ayra. Arya lebih memilih apa kata hatinya karena hati memiliki ikatan yang kuat. (Anjuyyyyy>o<)

"Ayra kalo itu lo, jawab gue" ucap arya yang sudah berada didepan semak.

Arya mulai membuka semak semak itu. Ternyata bukan ayra, tapi tunggu! Dia seperti mendengar suara tangisan.

Arya berjalan mendekat kearah suara itu, semakin dia mendekat tangisannya semakin jelas terdengar.

"Ay gue harap itu lo" bisik arya berjalan menuju balik semak.

Arya membolakan matanya ketika melihat seseorang yang sedang menangis. Dia berjongkok, siapa gadis yang malam malam gini menangis? Dihutan pula.

"Kakak aku takut" isaknya terdengar pelan namun arya bisa mendengar itu.

"Ayra ini lo?" Ucap arya hati hati. Perlahan kepala gadis itu mendongak, arya melihat dia seperti menahan sakit.

"Kak" ucap orang itu langsung memeluk arya erat, membuat arya terkejut namun sedetik kemudian dia tahu siapa ini.

"Ay lo kenapa?" Tanya arya menangkup pipi ayra.

"A..ku"

"AYRA!" pekik arya melihat ayra yang menutup matanya. Dengan segera dia mengangkat tubuh ayra dan segera menuju tenda.

"Ayra buka mata lo" ucap arya terus saja berjalan, matanya sudah memerah, untung saja dia membawa senter kepala jadi dia tak susah walaupun harus berlari.

"Ayra buka mata lo ay" sepanjang jalan dia hanya bisa mengatakan itu.

Setelah keluar dari hutan dia segera berlari menuju mobil, mengundang tatapan heran dari semua murid yang sedang berkumpul.

Sahabat merekapun langsung menyusulnya.

"Kenapa ya?" Tanya yoga khawatir.

"Ayra" jawab arya masuk mobil dan segera menjalankan mobilnya.

"Ayra, udah dateng? Tapi mana?" Ucap dira.

"Apa yang arya gendong tadi ayra?" Celetuk leonal. Semua terdiam hingga akhirnya membolakan matanya.

"Susul" ucap gita.

"Pake apaan?" Tanya yoga.

"Woy ada yang bawa mobil ga?!" Teria dira membuat semua murid menatapnya.

"Ada nih" ucap salah satu siswa berdiri.

"Minjem ya, darurat banget" ucap dira mendekati kakak kelasnya itu.

"Iya" ucap siswa itu memberikan kuncinya.

"Makasih" ucap dira memeluknya sebentar lalu berlari keteman temanya.

"Demi apa gue dipeluk dira woy!" Pekik siswa itu yang masih ternganga dengan dira yang memeluk Rino.

"Anjim mobilnya mana coy" ucap dira menatap parkiran.

"Buka dulu baru bisa tau" ucap yoga.

"Pinter" ucap dira memencet tombol buka.

Tit tit

"Noh" ucap gita menunjuk mobil paling ujung.

"Cepet" ucap leonal menarik tangan gita.

"Anjing! Kaget gue" pekik gita.

☀☀☀☀☀

See u next chapt!!

|| 𝐔𝐧𝐭𝐨𝐮𝐜𝐡𝐚𝐛𝐥𝐞 𝐌𝐚𝐧 || End ✔ Where stories live. Discover now