Raka mendapatkan pertanyaan seperti itu segera menyangkalnya.

"KAGAK LAH!" teriak Raka spontan.

Adelia yang mendengar teriakan Raka seketika tersentak kaget.

"Y-a biasa dong lo jawabnya." ucap Adelia tergagap.

"S-orry gue kagak sengaja replek." Raka berucap dengan canggung.

Hening kembali,

"Sebenarnya lo mau ngomong apa sih ka?" tanya Adelia.

"A-nu Del." ucap Raka

"Anu? Satu kata berjuta makna?" Adelia berucap dengan sarkas. Lo ngomong yang bener dong, mumpung jiwa kalem gue sedang mendominasi.

"Gini--" ucap Raka, belum selesai dia mengucapkan nya, dengan seenak seenak jidatnya di potong Adelia.

"Oh jadi gitu." ucap Adelia cepat.

Raka terdiam, tadi gue disuruh ngomong lah ini malah di potong, si adelia minta di mutilasi di Ancol kayanya. Batin Raka berkata dengan penuh rencana sesat. Astaghfirullah.

"Gue belum selesai ngomong anjir."

"Suruh siapa Lo ngomongnya lama Ka, kan gue tidak suka menunggu, karena menunggu hanya membuang-buang waktu.

"Bacot lo," ucap Raka dengan lirih.

"Lo ngomong apa?" tanya Adelia.

"Gue belum ngomong njir," sangkal Raka. "A-nu gue mau pinjem baju seragam, masa iye gue anak teladan kagak masuk sekolah.

"Oh, elo mau minjem baju sekolah gue yakin?" tanya Adelia mencoba menyakinkan Raka.

"Gue yakin." Jawab Raka mantap.

Adelia mengerutkan keningnya mendengar jawaban Raka, dia heran nih anak kenapa? Adelia menyentuh kening Raka dengan tangannya, tidak panas gumamnya.

"Kenapa lo nyentuh kening gue?" Raka bertanya dengan heran.

"Gue takut aja lo sakit, eh tapi kan lo selalu sakit tiap hari." Kekeh Adelia.

"Anjir." Kaget Raka. Secara tidak langsung Adelia mengatakan kalau dia stres, tapi si Adel ada benarnya juga."gumam Raka.
"Buruan Del gue minjem seragam," ucap Raka maksa.

"Yakin lo?" Adelia bertanya lagi.

"Gue yakin Del." Jawab Raka Mantap.

"Astaghfirullahaladzim, innalilahi rojiun. Allahuakbar." ucap Adelia."sedih gue melihat lo yang jadi belok seperti ini.

"Lo kok malah ngucap Del, lo mau jadi ukhty-ukhty Padang pasir?" sumpah anjir lo kagak cocok, dilihat dari segi manapun." Ucap Raka sambil ngakak.

"Gak perlu lo bilang juga gue udah sadar diri."
Lo aja kali yang mau jadi bencong." Adelia berucap sambil menoyor kepala Raka.

"NJIR BENCONG APA MAKSUD LO." Teriak Raka histeris.

"Ya lo emang mau jadi bencong, kiamat inimah." Adelia berucap dengan sedih.

"Muka lo bencong salon." ucap Raka sarkas

"Eh sorry gue bukan bencong, gue REAL cewek gak ky lo yang mau jadi cewek."

"Bacot lo Del fitnah aje gue."

"Gue gak fitnah, Gimana gue gak berprasangka buruk, coba lo pikir nangka, lo mau minjem seragam gue ? lo mau pake rok ke sekolah gitu?, lo kalau punya otak di pake dong bukan malah di kontrakin ke orang-orang, demi menyambung hidup." Adelia berucap dengan satu tarikan nafas. Gila capek juga. Batin Adelia berucap.

"Eh iya juga." ucap Raka pendek.

"Hadeh." Adelia mengehela nafas lelah.

"Jadi gue harus gimana Del, masa iya gue beli baju seragam pagi-pagi mana ada yang jual. Lagian gue kagak ada duit." Raka berucap dengan pedih.

"Ehem sabar Ka, namanya juga hidup pasti penuh ujian dan ejekan." Adelia berucap dengan bijak. "Tenang aja gue ada ide kok, gue jamin lo bisa sekolah hari ini."

"Serius lo del?" tanya Raka dengan antusias.

"Serius gue, kapan sih gue enggak serius emangnya gue elo." ucap Adelia sambil sedikit menyelipkan sindiran untuk Raka. "Tunggu sebentar gue ambil sesuatu."

Tidak lama kemudian Adelia kembali dengan bungkusan di tangannya.

Adelia memberikan bungkusan itu kepada Raka.
Raka mengambil bungkusan tersebut dan dia heran melihat bungkusan tersebut, Raka bertanya kepada Adelia.

"Ini apa Del?" tanya Raka

"Itu adalah barang yang akan menyelamatkan lo hari ini." ucap Adelia lugas.

"Hah." Raka berucap dengan heran.

"Buruan lo cobain sana, gue udah kagak sabar melihatnya." Adelia berucap menyuruh Raka untuk mencoba bungkusan tersebut.

Enggak sabar ngakak maksudnya. Batin Adelia terkikik geli.

Raka yang mendapat perintah Adelia segera masuk kedalam kamar mandi untuk mencoba bungkusan tersebut.

Tidak lama kemudian terdengar teriakan.

"ADELIA BANGSAT ANJ*** LO." teriak Raka dari dalam kamar mandi.

Adelia yang namanya di sebut malah ngakak dengan tidak elitnya. Dia sudah memperkirakan bagaimana murkanya si Raka.
dan tak lama suara langkah kaki terdengar menuju ke arahnya.

"ADELIA KAMPRET, BANGK*, KEBANGETAN LO JADI ORANG." teriak Raka berapi-api.

Adelia yang mendapat amukan Raka malah tambah ngakak. Perutnya sakit melihat penampakan Raka saat ini.

"B-entar Ka, gue ngakak dulu."

"ADELIA!" bentak Raka.

"Oke bos, gue siap jawab." Adelia berucap sambil sesekali terkikik geli."

"Lo jawab pertanyaan gue, ini baju seragam siapa?" tanya Raka tegas.

"B-aju seragam bekas bokap g-ue." Ucap Adelia. Emang ada yang salah sama bajunya?" tanya Adelia dengan menahan tawanya. Kalau menurut gue enggak ada yang salah.

"Bajunya kagak ada yang salah, tapi Lo lihat celananya anjir ilfiel gue liatnya," ucap Raka sambil sesekali mengernyit dengan jijik.

"Celana bagus Ka, Lo jadi mirip Elvis Presley." Jawab Adelia dengan mengacungkan kedua jempol.

"Bagus kolam lo bagus."

"Emang bagus,"jawab Adelia. Kan gue udah bilang hidup idup penuh dengan Ujian dan ejekan, jadi Lo harus terima keduanya."

"Ya kagak gini juga lah njir_-," ini baju jaman SMA bapak lo gila ye ketinggalan jaman.

"Hadeh," Adelia menoyor kepala Raka dengan pelan.
Namanya juga baju jaman dulu geb jadi modelnya beda. Udah Lo terima aja pake baju itu dulu, daripada lo kagak sekolah hari ini.

"Y-a tapi jangan baju gini juga lah, gue bisa di bully se-sekolah." ucap Raka pasrah.

Justru itu yang gue harepin, gue ngak sabar melihat si nangka busuk di ketawain se-sekolah. Batin Adelia berkata jahat.

"Udah ayo berangkat nanti kita terlambat." Ajak Adelia.

"T-api Del."

"Buruan atau gue tinggal!" Ancam Adelia.

"I-ya." ucap Raka pasrah. Dia sudah membayangkan bagaimana nasibnya nanti.

TBC -

Makin gaje?

Sorry gue lama up, biasa sibuk makan jurnal. Banyak tugas, banyak persoalan hidup juga:v
Pembaca cerita gue pada kemana?

Playboy BukalapakWo Geschichten leben. Entdecke jetzt