20. Jujur

265 75 183
                                    

"Dia terlalu lucu dan lembut, sayang tidak bisa gue miliki. Terlalu banyak halangan yang memisahkan kita. dia hewan sementara gue manusia."

Typo gentayangan.

---

Kamar VVIP

Raka yang mendapat titah mulia dari sang calon Ayah mertua. Segera saja dia melaksanakan titahnya takutnya kalau di tolak. Restu untuk memiliki anaknya bisa hilang dalam sekejap.

Raka segera menyingkir dari hadapan Pak Firman. Dia berjalan kearah ranjang bayi-bayi Selena. Tapi sebelum itu dia meringis terlebih dahulu saat melihat penampakan bayi-bayi Selena yang begitu Full color. Astagfirullah anak gue eh!

Bayi-bayi itu begitu penuh warna. Bukan, bukan kulit mereka yang full color tetapi selimut serta atribut bayi-bayi yang begitu mencolok matanya.

Gila sih ini, siapa yang beli barang-barang norak kayak gini?. ucap batin Raka.

Sementara itu di lobi rumah sakit Emak Raka tiba-tiba bersin dadakan.

Perasaan emaknya mulai tidak enak. Dia mulai berfikiran negatif.

Ini pasti ada yang ngomongin, dan pelakunya tidak akan jauh-jauh dari anaknya.  Batin emak Raka berucap.

Kembali ke Raka.

Tanpa babibu lagi Raka segera melaksanakan adzan. Mumpung Camer masih ada disini mencari muka dululah biar keliatan sholeh nya. Hehe.

Tiba-tiba dia jadi teringat pepatah lama. Ibaratnya sambil menyelam minum air. Kalau berutung selamat, kalau kena sial ya mati mendadak. Begitu pula keadaan saat ini. Kalau beruntung restu cair. Tapi kalau gagal ya di coba lagi haha.

Setelah selesai dengan kewajibannya mengadzani, ada satu lagi yang kurang yaitu Mengkhafani si Jason. pikir sinis Raka saat ini.

Heran aja si Jason jadi bapak kok kagak berguna. Nyesel gue udah mungut dia di jalan. Dasar kucing Pungut!.

Raka berjalan kearah Pak Firman kembali, yang kebetulan sedang berdiri didekat ranjang Selena sementara Adelia entah kemana.

Kok gue tiba-tiba kangen si Adel padahal tadi sudah ketemu dan pelukan bersama. gumam Raka pelan.

Dia berdiri disamping Pak Firman. Raka menepuk pelan pundak camernya agar menoleh ke arahnya.

"Pa?" panggil Raka.

Pak Firman berbalik.

"Ada apa Nak Raka?" tanya Pak Firman heran.

Kini mereka sudah berhadap-hadapan.

Raka memandang wajah pak Firman. Dan dia kaget melihat mata Papa Mertua yang mulai berkaca-kaca. Mungkin terharu setelah mendengar adzannya yang subhanallah merdunya. pikir Geer Raka.

"Lah. Kenapa bapak menangis?" tanya Raka dengan antusias dan berjingkrak-jingkrak.

Sementara Pak Firman tambah menitikan air matanya dengan deras, enggan menjawab pertanyaan Raka. Karena ada hal yang lebih penting dari menjawab pertanyaan Raka. Kakinya terlalu sakit.

"Lah. Kok bapak enggak jawab pertanyaan saya? Apakah bapak saking terharunya mendengar adzan saya? Alhamdulillah kalau gitu pak. Jadi saya udah dapat restu nih untuk menikahi anak bapak. Secara Ke - Sholehan saya sudah terbukti dan tersertifikasi." ucap Raka tanpa henti.

Hening 

Pak Firman tidak menjawab kata-kata lagi? Raka merasa diabaikan.  
Tetapi Raka mulai merasakan ada yang aneh. Segera saja dia menghentikan tingkahnya yang sudah mirip monyet ketika melihat pisang. Paham?

Playboy BukalapakWhere stories live. Discover now