12

14.2K 1.2K 41
                                    

Yang malmingnya di rumah aja, sini mending baca cerita DySam aja :v
Happy Reading ^^

***

"Sam, gak kerja?"

Sam menggeleng menjawab pertanyaan Nia itu. Pandangannya masih ke wajah Dyba. Ah, biasanya pipi yang bersemu merah karena gombalan-gombalannya itu sekarang menjadi memucat. Sam menelungkupkan kepalanya di kasur Dyba, tangannya masih mengelus-elus pipi Dyba.

Baru saja matanya hendak menutup matanya, elusan di rambutnya membuat Sam langsung mendongak. Sam tersenyum saat menemukan mata biru itu menatapnya dengan sedikit binaran di dalamnya, lengkungan bibir itu juga sudah sedikit terangkat.

"Dy mau apa? Mau makan? Kamar mandi? Atau apa?"

Tangan Dyba beralih mengelus pipi Sam. "Aku sayang sama kamu. Maaf ya gak bisa jagain adek, maaf aku terlalu ceroboh."

Sam menggeleng, ia menggenggam tangan Dyba yang tadi mengelus pipinya. Ia kecupi punggung tangan itu. "Enggak kamu gak salah. Aku juga sayang sama kamu. Udah jangan nyalahin kamu sendiri. Sekarang, kamu harus fokus sama kesehatan kamu."

Dyba tersenyum. "Iya, aku bakalan berusaha untuk bangkit kok."

Sam tersenyum lebar. "Nah, gitu dong baru istrinya Sam."

"Dyba."

"Eh, Bunda, kapan bunda datang?"

Nia terkekeh, ia berdiri di samping ranjang putrinya itu. "Udah dari tadi bunda di sini, tapi tadi gak mau ganggu kamu sama Sam aja. Gimana badannya? Ada yang sakit atau gimana gak?"

Dyba menggeleng. "Enggak kok, Nda."

Sam berdiri, ia mempersilahkan Nia untuk duduk. "Bunda duduk di sini aja, Sam mau bersih-bersih dulu."

"Aduh menantu bunda baik banget, jadi tambah sayang deh."

Sam menggaruk tengkuknya, ia tersenyum malu. "Bunda bisa aja."

Nia terkekeh mendengar itu, ia duduk di kursi samping Dyba dan menggenggam tangan putrinya itu. "Putri bunda pasti kuat. Tau gak kamu itu sebenarnya punya kakak selain Gean."

Dyba menatap Nia dengan mata membulat. "Maksud bunda?"

"Bunda juga sama kayak kamu, bunda dulu pernah keguguran."

"Eh, kok bisa?"

"Ya bisalah. Jadi waktu itu Gean udah 3 tahun, terus akhirnya bunda dikasih amanah lagi sama Allah untuk punya anak. Tapi, sewaktu 3 bulan itu terjadi, sebuah kejadian yang paling bunda gak pengen inget."

Dyba menatap bundanya dengan seksama. Baru kali ini ia mendengar cerita bundanya tentang ini. Nia tersenyum sambil menatap Dyba. "Ini kejadian yang bunda tutupi dalam-dalam, bunda gak mau buka kenangan lama lagi. Tapi, karena kamu juga mengalami ini kayaknya kamu harus tau cerita bunda."

Dyba balik menggenggam tangan Nia. "Kalau bunda gak kuat cerita gak usah, Dy gak papa kok."

"Enggak, bunda tetep mau ceritain. Jadi, bunda udah hamil 3 bulan 2 mingguan terus tiba-tiba ada mantannya ayah yang datang ke rumah. Bunda nyambut dia baik-baik, tapi dengan kasar dia langsung dorong bunda. Bunda jatuhnya itu duduk, tapi bunda ngelindungi perut bunda. Naasnya waktu itu pak Soli sama bi Indah lagi keluar jadi gak ada orang di rumah. Bunda udah berdiri lagi, tapi dia juga dorong bunda sampai akhirnya perut bunda kena ujung meja. Itu tuh rasanya luar biasa sakitnya, apalagi waktu bunda ngelihat darah udah merembes di kaki bunda. Waktu itu dunia bunda terhenti seketika."

Air mata Dyba menetes, ia mengusap air mata Nia yang juga sudah menetes. "Bunda jangan nangis nanti Dy ikutan nangis."

Nia tersenyum, ia menghapus air mata Dyba juga. "Bunda perlu waktu setahun lebih untuk nerima ini. Perlu waktu bertahun-tahun juga akhirnya bunda bisa dapatin kamu. Jadi, bunda harap kamu bisa lebih kuat, lebih cepat nerima ini semua. Ini bukan akhir dari kehamilan kamu, ini awal supaya kamu sama Sam lebih kuat usaha dan doanya. Kalau udah telat datang bulan, langsung periksa aja jangan takut. Bunda tau rasanya kalau hasilnya gak sesuai perkiraan kita, tapi kita harus berjaga-jaga juga supaya kejadian kayak gini gak terulang."

DySam (After Marriage)  [Selesai]Where stories live. Discover now