07

17.1K 1.4K 64
                                    

Dyba mengelus rambut Sam yang masih terduduk di depannya. Wajah lelaki itu juga masih diletakkan di pahanya. Dyba tersenyum, posesif Samudera muncul lagi setelah sekian lama menghilang. Saat Sam kuliah Dyba benar-benar merasa kehilangan sosok Samudera yang posesif, dan setelah bertemu Sam tidak mengeluarkan sifatnya itu lagi. Entah Dyba harus senang atau sedih, di satu sisi ia ingin Sam jadi dirinya sendiri, entah itu yang posesif, manja, ataupun sifat yang lain. Tetapi, di sisi lain ia juga senang kalau Sam membebaskan dirinya.

Mata Dyba mengerjap, ia baru sadar. Tadi, ia pulang kan pakai mobil Sam, terus nasib mobilnya gimana? Masih dua hari yang lalu belinya, sayang kalau ditinggalin begitu. Plat asli mobil aja belum keluar, ya gak mungkin mau ilang gitu aja.

"Sam, mobil aku gimana?"

"Biarin. Hilang beli lagi."

Mata Dyba membulat, ia menepuk bahu Sam. "Enak aja kalau ngomong, duit masih bisa ditabung untuk keperluan besok. Aku tau kamu kaya, tapi harus tetap hemat juga. Itu mobil juga baru dua hari."

Sam berdecak, ia mengangkat kepalanya dari paha Dyba. Ia menatap perempuan itu dengan kesal. "Kayak gini masih mikir mobil, bawel amat!"

Dyba memutar bola matanya. "Itu juga belinya pakai duit!"

"Sekali lagi mata kamu kayak gitu, aku habisin kamu sampai gak bisa jalan. Diem di sini, jangan ke mana-mana! Aku mau nyuruh pak Hadi ngambil mobil kamu."

Dyba menghela nafas kasar saat melihat Sam sudah menghampiri pak Hadi. Kalau seperti ini Dyba harus memiliki kesabaran ekstra. Sam pasti super duper menyebalkan.

Sam menghampiri Dyba setelah memberikan kunci mobil yang sempat ia ambil dari tas Dyba kepada pak Hadi. Ia mendudukkan dirinya di samping Dyba dan memeluk perempuan itu dengan manja.

"Kamu tiduran."

Dyba mengernyitkan dahinya, ia tidak paham. "Maksud?"

Sam berdecak kesal. Ia dengan cepat mendorong Dyba untuk telentang di sofa. Dyba memekik, ia memukul punggung itu dengan kasar. "Kampret!"

Sam menggidikkan bahunya, bodo amat dengan umpatan itu. Ia menindih tubuh Dyba, kepalanya ia letakkan di atas dada Dyba. Tangannya ia lingkaran erat di pinggang Dyba.

Dyba yang melihat itu berdecak sebal. "Kayak gini masih modus aja."

"Biarin, kamu buat aku kesal. Pokoknya tiga hari gak boleh keluar rumah. Itu hukuman, gak ada bantahan!"

Rasanya saat ini Dyba ingin menjambak rambut coklat itu. Tingkat kekesalannya sudah di level teratas. Tetapi, ia menahan itu semua.

"Aku tadi beli KFC, tapi udah gak ada mood makan karena kamu buat aku kesel."

"Aku terus yang salah."

"Kamu gak salah kok, kamu cuma buat aku kesel aja."

Tangan Dyba sudah tidak bisa diajak kerja sama lagi. Tangannya terulur begitu saja untuk menjambak rambut tebal itu. "Itu sama aja! Makan, aku gak mau kamu sakit."

"Kamu suapin," kata Sam sambil membiarkan tangan Dyba yang menarik-narik rambutnya. Sakit memang, tapi biarkan sajalah.

"Manja banget. Kalau kamu masih di atas aku gimana caranya mau suapin? Nyawa aku yang suruh ngambilin gitu?"

"Nanti aja deh makannya, aku mau gini dulu. Boneka tadi beneran kamu buang, Dy?"

Dyba mengangguk. "Iya."

Sam mengangkat kepalanya dari dada Dyba, ia menatap perempuan itu dengan serius. "Kamu buang di mana?"

"Buang di tong sampah depan."

DySam (After Marriage)  [Selesai]Where stories live. Discover now