76

11.1K 1.2K 201
                                    

Part ini isinya Airin!

***

"Hai buna atau bunda nya kakak."

Dyba tersenyum, ia merentangkan tangannya dan Airin langsung masuk ke pelukannya. "Kakak manggil apa aja boleh."

"Bunda aja deh, soalnya buna buat dedek kakak. Adeknya kakak yang selalu ada sama bunda."

Dyba mencium rambut Airin dengan sayang. "Jangan ngomong gitu, kakak anaknya bunda."

"Sebentar ya kakak ngomongnya, bentar lagi ayah datang."

Dyba menatap Airin bingung. "Ayah bisa masuk? Bertiga di sini?"

Airin mengangguk. "Karena hari ini hari yang sangat, sangat spesial untuk kakak, bunda, maupun ayah."

Dyba mengelus pipi Airin. "Apa sih? Jangan buat bunda kepo sayang."

Airin terkekeh senang, ia melepas pelukannya dan ia langsung menubruk Sam yang ada di sampingnya. "Ayah."

Sam mengelus punggung Airin. "Hai anak cantiknya ayah."

Airin melepas pelukannya dari tubuh Sam. Ia kemudian menggenggam tangan Dyba dan Sam. "Ayah, bunda."

Dyba dan Sam bertatapan sebentar kemudian tersenyum. Mereka dengan kompak menoleh ke arah Airin dan menjawab, "Apa sayang?"

Senyum lebar Airin terbentuk, ia memandang dengan kebahagiaan Dyba dan Sam. "Kakak seneng banget akhirnya bisa bertiga. Sebenernya kakak mau minta sama Allah biar bisa sama Ion, tapi gak jadi deh, kakak udah sama ayah bunda aja udah bersyukur banget."

Dyba menarik Airin ke pelukannya. "Kakak gak suka bunda nangis kan? Jangan buat bunda nangis sama kata-kata kakak. Bunda gak mau buat kakak sedih, jadi jangan ngomong gitu sayang."

Airin mengelus pipi Dyba, mengecup pipi itu dengan sayang. "Bunda, jangan nangis ih, kakak gak pengen buat bunda nangis."

Sam merengkuh tubuh keduanya, ah akhirnya ia bisa melihat kedua bidadarinya berpelukan. Tangan mungil Airin ikut memeluk leher Sam.

"Ayah, bunda, kakak mau pamit ya?"

Sam dengan cepat melepas pelukannya, ia menatap tidak percaya ke Airin. "Kakak mau ke mana lagi?"

Airin mengelus pipi Sam, ia tersenyum manis. "Maafin kakak ya, kakak udah gak bisa nemenin ayah sama bunda di dunia, sekarang kakak juga udah gak bisa nemenin ayah sama bunda di mimpi."

Airin ganti menatap Dyba yang tengah menatapnya-- tidak, tatapan bundanya kosong. Airin menggenggam tangan hangat Dyba dengan tangannya yang dingin. "Bunda .... kakak bakalan selalu sama bunda sama ayah, tapi waktu kakak untuk di mimpi ayah sama bunda udah habis, kakak gak bisa ngelawan takdir, nda."

Sam mengulum bibirnya, tangannya merangkul pundak Dyba yang saat ini tengah menunduk. Sam menatap Airin, pandangannya sudah kabur. "Kakak ... kalau tau kakak bakalan ngomong gini mendingan ayah gak tidur tadi, biarin ayah kerja lembur aja tadi."

Airin menatap Sam bersalah, gadis mungil itu bersimpuh di depan Sam. "Ayah, jangan ngomong gitu. Ini semua udah takdir yah, nda, kakak gak bisa ngapa-ngapain."

"Tapi kenapa? Ayah sama bunda masih pengen banget ketemu kamu, walaupun cuma mimpi, tapi semua itu dah berasa sayang."

"Ayah ... kakak harus ngomong apa lagi? Ini takdir, kakak udah gak bisa ketemu ayah sama bunda lagi, waktu kakak udah habis. Kakak masih pengen ketemu ayah bunda, tapi udah gak bisa."

DySam (After Marriage)  [Selesai]Where stories live. Discover now