51

13.3K 1.2K 180
                                    

"Anak ayah kenapa, hmm?" tanya Sam dengan suara seraknya sambil menggendong Rion. Tangannya menepuk-nepuk bokong Rion perlahan supaya jagoannya dapat tidur kembali.

"Sayang, jangan keras-keras nangisnya nanti bunda kebangun. Kasian bunda sayang baru aja tidur."

Bagai mengerti ucapan Sam tangis Rion perlahan memelan, mata bulat dengan iris mata coklat itu menatap Sam dengan lucunya. Sam memejamkan matanya, tidak kuat melihat tatapan polos Rion. Saat ia membuka matanya, ia kemudian mencium pipi Rion dengan gemas karena jagoannya masih setia menatapnya.

"Jangan gemes-gemes atuh dek, ayah pengen ngarungin kamu jadinya."

Jagoan Sam yang sudah berumur satu bulan lebih itu malah mengedip-ngedipkan matanya lucu, dan itu membuat Sam mengumpat dalam hati. "Hasil nyemilin salju kok bisa seimut ini sih!" pekiknya tertahan.

"Adek, adek udah bisa liat ayah belum sih?" Sam menepuk keningnya. "Oh iya adek gak mungkin bisa jawab. Oke, saatnya kita tanya ke mbah kamu, mbah gugel."

Sam sambil menggendong Rion berjalan ke nakas samping tempat tidur, mengambil ponselnya, dan kemudian duduk di sofa. "Apa yang bisa dilakukan bayi usia 40 hari?" Setelah mengucapkan itu Sam menatap Rion. "Kamu 40 hari kan? Ah anggap aja lah ya segitu. Iya yah anggap aja segitu."

"Bayi mulai mampu memberikan respon seperti berkedip, menolehkan kepalanya dan menangis." Sam membaca sedikit kemudian ia kembali menatap Rion. "Lah kamu bayi ajaib kali ya? Dari kecil kerjaan kamu cuma minum pabrik susu ayah sama nangis. Kedip? Kamu kan dari awal udah bisa kedip. Oh, kalau menolehkan kepala baru beberapa kali ayah liat."

Melihat bibir Rion yang terbuka dan sedikit mengecap-ecap membuat Sam mengangguk paham. "Oh, kamu mau ngehabisin pabrik susunya ayah? Bentar, mau gimanapun kita harus bangunin bunda, ayah gak bisa ngehasilin susu soalnya dek."

Baru saja berdiri dari sofa dan akan melangkah Sam langsung memegang dadanya. Di ranjang ia sudah melihat Dyba yang tengah menumpukan kepalanya dengan sebelah tangan sambil menatapnya dan Rion dengan geli. Sam berdecak, ia membawa Rion ke ranjang, memberikan kepada Dyba agar disusui.

"Sejak kapan kamu bangun?"

Dyba menurunkan bajunya sambil tetap menatap Sam geli. "Sejak kamu ngomong sama Rion, terus dia cuma kedip-kedip doang."

Sam mengigit pipi Dyba sekilas. "Dasar kamu tuh. Oh iya mumpung kita buka google jadi mari kita lanjutkan mencari tau tentang dedek." Sam melihat ponselnya kembali dan membaca artikel dari google. "Ketika Ibu dan Ayah menyentuh bagian pipinya, bayi akan mencari dan membuka mulutnya. Selain itu, ketika jari Ibu atau Ayah diletakkan di telapak tangannya, ia akan mencengkram jari tersebut. Bahkan pada usia ini, bayi sudah memiliki naluri berjalan. Jika Ibu dan Ayah meletakkan kaki bayi pada permukaan yang cukup keras, si kecil akan mencoba untuk melangkah. Waw, masa sih? Coba yok Dy!"

Dyba hanya terkekeh geli melihat kelakuan suaminya. Sejak Rion sering bangun malam kelakuan Sam makin gila. Ngomong-ngomong sendiri, menceritakan tentang film Frozen kepada putranya, bahkan beberapa hari yang lalu Dyba mendengar Sam menceritakan tentang kisah romantis Romeo dan Juliet kepada Rion dan jelas hanya dibalas tatapan polos anaknya.

"Dy, aku ikutan di sebelahnya boleh gak?"

Dan jangan lupakan sifat Sam yang satu ini, mesumnya lelaki itu tidak pernah berkurang, malahan semakin bertambah. Ada saja kelakuan nakal Sam saat melihat anaknya yang tengah meminum susu. Kemarin Dyba sempat bertanya kenapa begitu dan jawaban Sam malah, "Kan itu pabrik susu aku, buatan aku, makannya jadi gede. Kalau udah ngehasilin susu gitu jadi aku harus dapat dong, enak banget adek doang yang minum sedangkan aku yang remas-remas." Rasanya bahkan Dyba ingin menjahit mulut suaminya itu agar tidak berkata mesum satu hari saja.

DySam (After Marriage)  [Selesai]Where stories live. Discover now